Fenomena air laut berwarna merah mencolok yang muncul di Iran sempat mengundang kecemasan dan berbagai spekulasi di media sosial. Sejumlah rekaman video yang beredar luas memperlihatkan hujan deras yang tiba-tiba menyeret material berwarna merah ke kawasan pesisir, sehingga permukaan laut tampak tidak biasa.
Peristiwa tersebut terjadi di Pulau Hormuz, tepatnya di area yang dikenal sebagai Pantai Merah, wilayah dengan karakter geologi khas. Curah hujan yang turun secara mendadak menyebabkan tanah dan endapan berwarna kemerahan dari daratan mengalir ke laut, menciptakan tampilan seolah perairan di sepanjang pantai berubah warna menyerupai darah.
Sebagian pengguna media sosial mengaitkan kejadian ini dengan narasi religius tentang “akhir zaman”. Namun kalangan ilmuwan menegaskan bahwa fenomena tersebut sepenuhnya merupakan proses alamiah dan tidak berkaitan dengan hal supranatural.
Dari sisi geologi, Pulau Hormuz tersusun atas material yang kaya oksida besi. Kandungan inilah yang memberi warna merah terang pada pasir serta tebing di kawasan tersebut. Ketika hujan lebat terjadi, lapisan tanah merah itu terbawa aliran air menuju laut dan bercampur dengan perairan pesisir, menghasilkan kontras tajam dengan warna biru Teluk Persia.
Fenomena ini juga menjadi perhatian para peneliti, termasuk dari NASA Earth Observatory. Mereka menjelaskan bahwa Pulau Hormuz merupakan kubah garam, yakni formasi geologi berbentuk menyerupai tetesan air mata yang terbentuk dari dorongan ke atas garam batu, gipsum, dan berbagai material evaporit dari lapisan bawah bumi.
“Halit atau garam batu memiliki sifat relatif lemah dan ringan, sehingga di bawah tekanan tinggi material ini tidak lagi rapuh, melainkan mengalir menyerupai cairan,” demikian penjelasan ilmuwan yang dikutip dari Mirror.
Selain keunikan geologinya, tanah merah di Pulau Hormuz yang secara lokal disebut gelak juga memiliki nilai ekonomi. Material ini diekspor dalam jumlah terbatas dan dimanfaatkan sebagai bahan pigmen, kosmetik, serta produk tradisional setempat.
Pulau Hormuz sendiri berada di Selat Hormuz, jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Teluk Persia dan Teluk Oman, sekitar 1.000 kilometer di selatan Teheran. Wilayah ini tergolong jarang diguyur hujan, dengan curah hujan umumnya hanya terjadi pada musim dingin hingga awal musim semi.
Sementara itu, hujan lebat yang turun tidak hanya berdampak di Pulau Hormuz. Di sejumlah wilayah Provinsi Hormozgan, curah hujan tinggi memicu banjir dan memaksa otoritas setempat menutup beberapa ruas jalan utama. Di daerah Iran lainnya, hujan justru disambut positif setelah negara tersebut mengalami periode kekeringan berkepanjangan.
Iran sebelumnya tercatat mengalami defisit curah hujan hingga 89 persen di bawah rata-rata tahunan. Kondisi tersebut sempat mendorong Presiden Masoud Pezeshkian memperingatkan potensi krisis air serius, bahkan menyebut kemungkinan pemindahan ibu kota apabila hujan signifikan tidak turun hingga akhir tahun.
