Lembur Katumbiri Diresmikan, DPRD Bandung: Jangan Hanya Simbol

Posted on

Pemerintah Kota Bandung telah meresmikan Lembur Katumbiri, sebuah kawasan wisata tematik di RW 12, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong. Lembur Katumbiri ini diresmikan sebagai upaya untuk memperkuat sektor pariwisata berbasis masyarakat di Kota Bandung.

Namun hadirnya Lembur Katumbiri yang dulunya bernama Kampung Pelangi itu mendapat catatan dari DPRD Kota Bandung. DPRD menilai, keberadaan Lembur Katumbiri harus memberikan manfaat nyata yang dirasakan oleh masyarakat di sana.

Ketua DPRD Kota Bandung, Asep Mulyadi mengatakan, pihaknya menyambut baik niat Pemkot Bandung yang menata kawasan Dago untuk menjadi daya tarik wisata dengan mengedepankan nilai-nilai seni dan budaya.

Namun Asep meminta, pemerintah harus menghadirkan sesuatu hal yang dapat memberi manfaat untuk kehidupan masyarakat yang tinggal di kawasan Lembur Katumbiri tersebut.

“Kami merespon positif apa yang dilakukan oleh pemerintah, namun bukan sekedar dinamakan Lembur Katumbiri, harus ada yang substantif di sana, bagaimana ciri khas di sana, diberdayakan, misal jadi pasar tradisional sehingga buat masyarakat sendiri bukan sekedar orang menikmati keindahan warna-warni,” kata Asep, Rabu (7/5/2025).

“Tapi masyarakat sekitar ada dampak yang dirasakan. Jangan sampai Lembur Katumbiri itu hanya sebagai simbol saja, dinikmati oleh orang lain sementara masyarakatnya tidak merasakan nilainya,” tegasnya menambahkan.

Lembur Katumbiri sebelumnya dikenal sebagai Kampung Pelangi 200 yang sempat viral pada tahun 2020. Kampung itu kemudian direvitalisasi dengan pengecatan ulang 347 rumah menggunakan 504 galon cat senilai Rp190 juta.

Asep menilai, anggaran yang dikeluarkan untuk mengecat Lembur Katumbiri harus bisa dirasakan oleh masyarakat jika pemerintah hadir di tengah-tengah mereka. Dia pun menginginkan, ada program lanjutan selain hanya meresmikan Lembur Katumbiri.

“Baiknya perlu ada program lanjutan dari pemerintah, tidak sekedar membuat kampung itu warna-warni dan saya yakin ada biayanya. Jadi bagaimana masyarakat di situ merasakan kehadiran pemerintah. Ada nilai peningkatan kesejahteraan, persaudaraan dan kedekatan diantara warga,” jelas Asep.

“Bukan sekedar simbol yang terlihat saja. Pasti itu dinikmati, orang lewat melihat, memfoto, diupload itu bagus ya. Tapi perlu ada nilai tambah buat warga di sekitar,” tandasnya.