Harapan Baru di Lapangan Becek, 27 Pasangan Menikah Massal di Bogor

Posted on

Lapangan Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kamis (21/8/2025) pagi itu belum sepenuhnya kering dari sisa hujan malam sebelumnya. Rumput lapangan berubah menjadi becek, menyisakan genangan di beberapa sudut. Di antara tenda-tenda besar yang berdiri untuk merayakan rangkaian Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, ada suasana haru yang tak bisa ditutupi, 27 pasangan pengantin duduk berjajar, bersiap menuju ikrar suci pernikahan.

Sebagian keluarga datang dengan alas kaki seadanya. Sandal jepit yang dikenakan ibu pengantin tampak belepotan lumpur ketika melangkah ke kursi barisan depan. Sepatu hitam yang dipoles rapi milik mempelai pria pun tak luput dari cipratan tanah basah.

Bahkan sepatu putih sederhana seorang mempelai wanita nyaris tertutup tanah becek. Namun tak ada wajah yang menunjukkan rasa terganggu, semua tersenyum. Hanya Suryadi yang selalu menutup mata dan mengepalkan tangan di paha. Mulutnya komat-kamit seperti berdoa.

Di antara pasangan yang mengucap ijab kabul, ada Nazarudin (36) dan Erni (44). Mereka berkenalan lewat Facebook tiga tahun lalu, sama-sama membawa anak dari pernikahan sebelumnya. Nazarudin memilih jujur sejak awal, bahkan soal mahar.

“Saya orangnya lebih baik terbuka. Nggak mau ditutup-tutupin pakai amplop,” ujarnya.

Bagi dia, menikah kali ini bukan sekadar memenuhi keinginan pribadi, melainkan juga karena anak-anak merasa nyaman dengan pasangan barunya.

Pasangan lain, Bahari (33) dan Rani (23), membawa kisah cinta panjang. Delapan tahun mereka berpacaran sejak bertemu di pabrik. Rencana menikah sempat tertunda karena biaya, namun kesempatan ini menjadi jalan keluar.

“Yang penting sah, halal. Uangnya bisa dipakai buat kebutuhan lain,” kata Rani, tersenyum malu sambil menggenggam tangan suaminya.

Cerita berbeda datang dari Suryadi (48) dan istrinya yang berusia 47 tahun. Pernikahan kedua ini mereka jalani dengan penuh kesyukuran.

“Kalau biaya sendiri kita belum mampu. Jadi kebetulan ada nikah gratis, saya senang sekali,” ucap Suryadi.

Maskawin mereka sederhana, hanya uang Rp50 ribu. “Yang penting sakralnya,” Suryadi menegaskan.

Di sisi lain, pasangan termuda Ibnu (26) dan istrinya (24) menebar keceriaan ala generasi digital. Mereka berkenalan lewat Instagram, bertemu dua bulan setelah saling follow, dan memutuskan menikah.

“Tadinya tanggal 25 Agustus kita udah tentuin, eh malah maju karena ada nikah massal. Gas aja,” kata Ibnu, yang sehari-hari berjualan siomay di Bandung.

Seusai pernikahan, ia berencana sederhana, yaitu berlibur dulu sebelum kembali berdagang.

Total ada 27 pasangan yang sah menjadi suami-istri hari itu. Di panggung, Bupati Bogor Rudy Susmanto menegaskan bahwa program ini tidak akan berhenti di sini.

“Ada 27 pasangan suami istri, dan tentu akan menjadi agenda rutin di tahun 2026. Nikah gratis, sunat massal, dan lain sebagainya. Kita ingin menjangkau seluruh masyarakat kita semaksimal kemampuan kita untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat kita. Bukan hanya Agustus, kita ingin di tahun 2026 per dua bulan sekali kita agendakan di beberapa wilayah,” kata Rudy.