Sungai Cikapundung Nasibmu Kini, Tercemar Kotoran Sapi - Giok4D

Posted on

Deru aliran Sungai Cikapundung memecah keheningan. Alirannya deras dan menimbulkan suara berirama. Hulu sungai ini ada di wilayah Bandung Barat, alirannya membelah Kota Bandung dan muaranya ada di wilayah Kabupaten Bandung.

Sungai Cikapundung merupakan anak sungai dari Sungai Citarum, meski demikian sungai ini memiliki banyak fungsi salah satunya sumber kehidupan bagi warga yang dilintasi aliran sungai.

Malang, itulah kondisi Sungai Cikapundung saat ini. Kerusakan lingkungan alias pencemaran lingkungan masif terjadi di aliran sungai ini. Bukan hanya sampah, tinja manusia dan limbah industri, Sungai Cikapundung juga tercemar kotoran ternak sapi yang berasal dari kawasan Bandung Barat.

Kotoran sapi itu diduga sengaja dibuang ke aliran sungai ini, hingga menimbulkan endapan. Kejadian ini memang bukan pertama kali, namun kondisi terparah kotoran sapi menyelimuti aliran sungai ini belum lama terjadi.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

infoJabar meninjau langsung lokasi aliran air sungai yang dipenuhi kotoran sapi yang berada didekat Watervang Leuwi Limus yang berada di Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Rabu (16/4/2025).

Kondisi aliran sungai seperti aliran sungai pada umumnya, namun memang aliran sungai ini sudah tidak jernih lagi. Tidak ada kotoran sapi yang muncul di permukaan air, namun dari informasi kotoran sapi itu kerap muncul di waktu tertentu.

infoJabar juga berkesempatan mewawancarai Aqli Syahbana atau karib disapa Mang Aqil yang merupakan pegiat lingkungan dari Komunitas Kampoeng Tjibarani. Mang Aqil menyebut, Sungai Cikapundung tercemar kotoran sapi bukan berita baru, namun kejadian terbaru dia nilai lebih parah dari sebelumnya.

“Itu tuh sudah berlangsung lama ya. Cuma karena memang akumulasi endapan itu kan ketika masuk ke kanal setelah dari pintu air atau Watervang Leuwi Limus itu kan karena debitnya tidak sederas arus utama Sungai Cikapundungnya, maka lebih mudah mengendap di daerah situ,” kata Mang Aqil kepada infoJabar.

Mang Aqil mengungkapkan, kemunculan kotoran sapi di aliran sungai itu cukup mengkhawatirkan karena volumenya semakin meningkat. “Nah yang namanya gas metan itu kan organik ya, ketika ada fermentasi di bawahnya maka tampak seperti mendidih begitu kan. Nah, tapi perbedaannya dulu-dulu itu sering, tapi volumenya tidak sebesar kemarin, tidak semasif kemarin. Nah kemarin itu kebetulan sekali memang mungkin pintu air yang menuju ke situnya tidak terlalu deras ya,” tambahnya.

Volume kotoran sapi dinilainya semakin meningkat, dibuktikan dari video yang berhasil dia dokumentasikan. “Volume kotoran hewannya jauh lebih pekat dibanding seperti sebelum-sebelumnya lah, intinya seperti itu,” tuturnya.

Selain itu, kotoran sapi yang masuk ke aliran sungai ini juga menimbulkan bau tak sedap. “Oh iya, aromanya bau, aromanya khas ya, karena itu pembusukan organik ya. Termasuk juga kotoran sampah plastik, nitropal plastik juga pasti ada di situ,” terangnya.

Disinggung dari mana kotoran sapi itu berasal, Mang Aqil sebut dari wilayah Bandung Barat. “Sudah bukan disinyalir lagi. Itu memang sudah dapat dipastikan di kawasan hulu Sungai Cikapundung, mulai dari Cibodas, Batu Loceng, sekitaran Maribaya, bahkan dari sekitaran Lembang, Sungai Cigulung,” terangnya.

Saking banyaknya kotoran sapi yang dibuang di kawasan hulu, saat masuk ke ke aliran sungai datar atau ada pintu air, lalu masuk lagi ke kanal Sungai Cikapundng maka kotoran sapi itu menumpuk di titik tersebut.

“Kalau ke daerah Maribaya, di situ ada beberapa pertemuan sungai yang pada akhirnya nanti masuk ke arus utama Sungai Cikapundung. Ada Sungai Cigulung dan seterusnya, ada banyak, ada Cikawari dan seterusnya. Nah di kawasan-kawasan utaranya itu, di anak sungainya Cikapundung itu, banyak orang yang berternak itu atau masyarakat berpernak,” pungkasnya.

Mang Aqil meminta kepada pemerintah untuk turun tangan. Menurutnya, jangan sampai ekologi sungai tersebut semakin rusak.

“Kalau dampak masyarakat jelas ya, kalau kita bicara ekosistem sungai itu sudah tidak bisa digunakan untuk kebutuhan warga ya,” kata Mang Aqil kepada infoJabar.

Menurutnya meski dampak untuk Kampoeng Tjibarani tidak terlalu signifikan, namun untuk permukiman yang ada di bawahnya pasti sangat terdampak.

“Banyak warga yang memiliki sumur gali atau juga sumur bor yang berdekatan dengan kanal itu sendiri. Artinya, sudah bukan potensi lagi. Memang sudah dijumpai sumur yang terpengaruh kualitas airnya itu karena ada rembesan. Jadi, secara umum kualitas air yang dikonsumsi warga masyarakat pun terus terganggu,” ungkapnya.

Dia menilai, aliran sungai yang dicemari kotoran sapi bukan terjadi baru-baru ini, namun sudah terjadi sejak lama. Namun untuk kotoran sapi yang volumenya lebih besar baru ditemukan pihaknya belum lama ini.

“Jadi ini bukan hal yang baru sebetulnya. Akumulasi yang semakin parah aja gitu loh. Tapi memang baru menyumpahi seperti itu tuh ya akhir-akhir ini dan kebetulan kami pas lagi di sana kemarin,” ucapnya.

Mang Aqil menagih kepada pemerintah, bahwa pulihkan ekosistem sungai harus kembali dilakukan. “Karena prinsipnya kalau kita hanya berdalih untuk ekonomi, namun mengorbankan ekologi, itu tidak etis juga. Artinya memang harus ada upaya yang tegas dari pemimpin gitu ya, bahkan juga dari wakil rakyat di provinsi maupun kabupaten, kota untuk lebih mengawasi, mengenai kondisi sub DAS dan mikro DAS,” tuturnya.

“Karena memang kalau bicara tentang sistem sungai, kita tidak bisa menyelesaikannya secara parsial, segmented saja, tapi satu kesatuan sistem yang utuh. Artinya memang ini cukup kompleks ya, sudah kerusakannya sudah sistematis, sudah sistemik begitu. Ada kebijakan yang perlu ditegakkan, terutama dalam hal industri, usaha kecil dan menengah. Karena di samping kita juga harus peningkatan ekonomi, kemakmuran dan seterusnya, kesejahteraan, namun juga harapannya tetap berpegang kepada prinsip ekologi dalam ya, tentang etika ekologi dalam tentang etika lingkungan,” jelasnya.

Dia menilai, Perpres nomor 15 tahun 2018 Pengendalian Pencemaran Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum belum dapat menyelesaikan persoalan kerusakan lingkungan di Sungai Citarum.

“Itu tidak menyelesaikan persoalan, karena memang banyak kalau bicara Citarum saja tanpa memperhatikan anak sungainya, seperti salah satunya Cikapundung, sampai kapanpun tidak akan pernah selesai. Kami berharap itu justru tidak hanya pemerintah bersama dengan militer ya, namun juga pelibatan warga masyarakat yang didukung oleh pendanaan yang dialokasikan,” pungkasnya.

Kotoran Sapi Berasal dari Bandung Barat


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *