Masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di Pulau Jawa mengenal mitos tentang adanya sosok gaib penguasa laut selatan. Sosok gaib itu bahkan ada yang menjadi ratu untuk kerajaan laut itu, namanya Kanjeng Ratu Kidul.
Selain sosok tersebut, dikenal juga Nyi Roro Kidul dan Nyi Blorong. Apakah sosok-sosok dengan nama-nama yang berbeda itu merupakan satu individu atau berbeda? Untuk lebih jelasnya, simak artikel ini sampai tuntas yuk!
Dalam mitologi Jawa, Ratu Kidul atau Dyah Kidul dianggap sebagai sosok yang diciptakan Dewa Kaping Telu. Ratu Kidul sebagai Dewi Kesuburan untuk tataran laut. Sebagaimana mestinya seorang ratu, Ratu Kidul juga punya kerajaan bernama Kerajaan Laut Selatan.
Di dalam ‘Babad Tanah Jawi’, dikisahkan Ratu Kidul berhubungan dengan Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya pendiri Kerajaan Mataram Islam, kerajaan yang dulunya di bawah Pajang lalu memberontak sehingga menjadi kerajaan yang mandiri.
Ratu Kidul ini karena telah jatuh cinta kepada Senopati dan telah berkasih-kasih dengannya di kerajaan di tengah samudera itu, lalu berjanji akan membantu Senopati dengan bala tentara gaibnya.
Kocap tercerita, dengan mitos Kanjeng Ratu Kidul membantu dengan bala tentaranya ini, Panembahan Senopati berhasil memberontak kepada Pajang dan membangun Kerajaan Mataram Islam dengan sukses.
Banyak versi yang menyebutkan Nyi Roro Kidul adalah bawahan dari Kanjeng Ratu Kidul. Namun, jika mitos ‘pakidulan’ itu diurutkan dengan waktu kelahirannya, maka boleh jadi yang dikatakan Kanjeng Ratu Kidul tiada lain adalah Nyi Roro Kidul itu sendiri.
Di Sunda, Nyi Roro Kidul merupakan Putri Kandita dari Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Sunda Pajajaran berdiri pada 923 Masehi dan runtuh pada tahun 1579 Masehi. Pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja inilah, yakni antara tahun 1482 hingga 1521 terjadi masa keemasan kerajaan ini. Sementara Sri Baduga atau Prabu Siliwangi VI adalah ayah dari Putri Kandita ini.
Putri Kandita yang difitnah dengan cara disihir hingga badannya rusak kena borok dan bisul diusir dari kerajaan. Dia lari ke selatan hingga sampai ke laut. Di laut selatan, setelah dia menceburkan diri, berkat karunia Sanghyang Tunggal, badannya sembuh. Selain sembuh, nuansa laut juga memberinya kesaktian untuk melanjutkan hidup dan membangun peradaban baru.
Dikatakan karena kesaktiannya, Nyi Roro Kidul bisa ‘mancala putra mancala putri’, yaitu mengubah bentuk tubuhnya ke berbagai bentuk, sebanyak tujuh kali perubahan dalam sehari. Dia bisa terlihat sangat cantik dan sangat muda, tetapi di lain waktu dia berubah menjadi sosok yang tua. Di satu waktu sosoknya sangat indah dipandang, di waktu lain sangat menyeramkan. Demikian menurut ‘Babad Tanah Jawi’.
Setelah cerita Putri Kandita ini terjadi di wilayah Sunda Pajajaran, barulah ada mitos serupa di wilayah Mataram Islam, yaitu, kisah Panembahan Senopati bertemu dengan Ratu Kidul. Yang mitos ini digunakan untuk menghimpun kekuatan demi terbentuknya Kerajaan Mataram Islam pada 1586 M.
Dalam ‘Nyai Ratu Kidul Hanya Rekayasa Politik’ yang disusun Subagyo (2004) dijelaskan bahwa dengan mitos Panembahan Senopati dibantu bala tentara Kanjeng Ratu Kidul, lawan politiknya ketar-ketir.
“Mitos tersebut telah berhasil membuat lawan-lawan politik dan para pendekar yang menentang Sutowijoyo menjadi merinding sebelum bertanding. Ini yang dikatakan sebagai ‘kalah sebelum bertanding’. Mitos tersebut sangat manjur untuk mempercepat perluasan wilayah Mataram,” tulisnya.
Menurut Subagyo, sebelum Panembahan Senopati atau sebelum Mataram Islam berdiri, tidak pernah ada yang menggunakan mitos Kanjeng Ratu Kidul dalam urusan politik.
Sebagian orang Sunda percaya Nyi Blorong adalah anak dari Nyi Roro Kidul. Mengutip buku berjudul, ‘Kanjeng Ratu Kidul dalam Perspektif Islam Jawa’ karya K.H. Muhammad Sholikhin, disebutkan bahwa masyarakat pesisir di Jawa Barat percaya Nyi Blorong lahir dari sebutir telur.
Menurut Solikhin, berdasarkan versi masyarakat di sekitar Palabuhanratu dan Pangandaran, Nyi Blorong merupakan putri dari Kanjeng Ratu Kidul.
Semua berawal dari Ki Tambir yang bertapa di Karang Bolong Palabuhanratu dan dititipi sebutir telur oleh Kanjeng Ratu Kidul. Ki Tambir diberitahu jika kelak telur itu menetas diberi nama Nyi Blorong dan diakui sebagai anak Kanjeng Ratu Kidul.
“Oleh Kanjeng Ratu Kidul, Ki Tambir diberitahu bahwa Nyi Blorong kelak akan memikul tugas untuk menggoda dan menyesatkan manusia,” tulis Solikhin.
Karena berhasil menjaga telur itu, Ki Ageng Tambir akhirnya diangkat menjadi juru kunci dan penjaga gua yang dihuni Nyi Blorong. Ki Ageng Tambir bertugas mengantar manusia yang ingin berhubungan dengan Nyi Blorong dan menjelaskan syarat-syaratnya. Selain urusan pesugihan, Nyi Blorong juga dikenal sebagai sosok yang ahli dalam memimpin pasukan jin. Jin-jin di bawah pimpinannya juga dikenal cukup kuat.
Kocap tercerita, Ratu Pagedongan yang merupakan putri Prabu Pagedongan yang bertakhta di Kerajaan Pagedongan, sebuah kerajaan di selatan Gunung Merapi banyak yang ingin mempersunting.
Namun, putri cantik rupawan itu menolak semua lamaran sebab dia hanya mencintai seorang lelaki, yaitu Raden Brawijaya, putra Prabu Brawijaya Raja Majapahit.
Namun, Prabu Brawijaya kurang merestui sebab dia ingin anaknya menikah dengan putri dari Kerajaan Blambangan. Karena tidak ingin ada pernikahan yang tidak direstui, Prabu Brawijaya mengirimkan pasukan untuk menghancurkan Kerajaan Pagedongan.
Raja Pagedongan terbunuh dan betapa gusarnya sang putri melihat ayahnya mati. Tak kepalang sedih menyadari kenyataan bahwa cintanya kepada Raden Brawijaya tak akan pernah terwujud sebagai sebuah perkawinan.
Maka, Putri Pagedongan mengutuk dirinya sendiri untuk melebur ke alam jin di laut selatan sampai-sampai dia menjadi Ratu Laut Selatan dengan nama menjadi Ni Mas Ratu Anginangin.
Di alam jin ini, Ni Mas Ratu Anginangin kocap tercerita mempunyai anak, seorang putri cantik bertubuh perempuan dan berbadan ular. Namanya, Nyi Blorong. Sosok yang sisik-sisik di tubuhnya bisa berubah menjadi kepingan emas.
Banyak masyarakat di Jawa mempercayai apabila ada yang menemukan dan berinteraksi dengan Nyi Blorong dapat melimpahkan kekayaan. Hal ini dipercaya karena konon katanya, sisik dari Nyi Blorong dapat berubah menjadi uang emas.
Dikutip dari infoJogja, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), Rudy Wiratama mengatakan mitos pesugihan itu ada, namun hingga kini belum ada bukti ilmiahnya.
“Sementara Nyi Blorong berada di Laut Selatan. Dia bertapa di Jawa bagian selatan. Di sini dipercaya, siapapun yang menemukan tempat pertapaannya Nyi Blorong dan kemudian berkomunikasi dengannya, itu bisa menjadi kaya. Istilah awamnya sekarang disebut sebagai pesugihan,” kata Rudy.
Namun, sejauh ini keberadaan Nyi Blorong tidak ada jejak pasti yang dapat ditemukan oleh masyarakat. Mitologi Nyi Blorong merupakan legenda lisan yang tersebar dari mulut ke mulut.
“Kalau bukti sejarah dalam bentuk historis dan objektif tentu saja kita tidak bisa menemukan dengan pasti. Yang ada itu asumsi masyarakat tentang tempat-tempat di mana Nyi Blorong itu bertapa, dan juga lebih banyak tersebar luas dalam bentuk folklore ya, tradisi lisanlah untuk rakyat,” kata Rudy.
Meski demikian mitos tentang Nyi Blorong sebagai pembawa kekayaan masih dipercaya oleh beberapa masyarakat Jawa. Rudy mencontohkan banyak cerita-cerita tentang pesugihan yang masih dikaitkan dengan Nyi Blorong.
“Contohnya kebanyakan masyarakat Jawa saat bercanda mengucapkan ‘Oh ini loh Pak X wonge sugih banget nganti sing jenenge Blorong wae kredit (Oh ini lho Pak X orangnya kaya raya sampai-sampai yang namanya ‘Blorong’ mengajukan kredit),” ujar Rudy.
“‘Kalau sampai Blorong saja mengajukan kredit ke Pak X itu, berarti kan Pak X itu kaya banget’. Itulah salah satu tempat Nyi Blorong hidup di masyarakat,” katanya.