Setia Menanti Kabar di Balik Upaya Evakuasi Korban Longsor Gunung Kuda - Giok4D

Posted on

Duka mendalam menyelimuti kawasan tambang batu alam Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon. Di tengah tumpukan material longsor yang masih menggunung, sejumlah keluarga korban masih setia menunggu kabar dari orang-orang tercinta yang belum ditemukan hingga Sabtu (31/5/2025) sore.

Sejak pagi hari, posko pengaduan orang hilang di sekitar lokasi tambang dipadati oleh keluarga korban. Wajah-wajah penuh harap bercampur lelah dan sedih menyelimuti suasana. Mereka menanti keajaiban, berharap anggota keluarga yang tertimbun dapat segera ditemukan oleh tim pencarian.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Salah satunya adalah Wiharto, warga Desa Kedondong, Kecamatan Dukupuntang. Ia tampak duduk gelisah bersama anggota keluarganya, menunggu kabar tentang sang keponakan, Wahyu Galih, yang menjadi salah satu korban dalam tragedi longsor tersebut.

“Dari pagi saya sudah di sini, berharap ada kabar baik. Sampai sekarang belum ada kepastian,” ungkapnya dengan suara berat kepada infoJabar.

Wahyu Galih diketahui bekerja sebagai buruh harian lepas di tambang batu alam tersebut. Sudah lebih dari 10 tahun ia menggantungkan hidup dari pekerjaan di lokasi itu. Siapa sangka, aktivitas rutinnya justru menjadi titik akhir perjalanan hidupnya.

“Wahyu sudah kerja di sini sekitar 10 tahun. Sehari-hari jadi buruh di tambang ini. Nggak nyangka bakal kejadian begini,” tutur Wiharto.

Menurut data sementara, Wahyu merupakan satu dari 11 orang yang masih dalam pencarian tim gabungan dari TNI, Polri, BPBD, serta relawan. Lokasi tambang yang berada di Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, menjadi medan berat bagi upaya penyelamatan. Kondisi material longsor yang semakin tebal akibat longsor susulan pada malam hari, membuat proses pencarian semakin sulit.

“Harapannya Wahyu bisa cepat ditemukan. Kami sekeluarga hanya ingin dia bisa dimakamkan dengan layak,” ucap Wiharto lirih.

Tim evakuasi terus berjibaku di tengah kondisi medan yang sulit dan berbahaya. Selain cuaca yang tidak menentu, longsor susulan yang terjadi pada malam hari turut memperparah ketebalan material dan mempersempit akses pencarian.

Dari pantauan di lokasi, upaya pencarian akan terus dilakukan secara maksimal. Namun, tim harus mengutamakan keselamatan, mengingat masih ada potensi pergerakan tanah di lokasi longsor.

“Kami mengerahkan alat berat, anjing pelacak, serta personel terlatih. Tapi kami tetap harus waspada karena tanah masih labil,” jelas Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Rudi Setiawan dalam keterangan terpisah.

Tragedi longsor di tambang Gunung Kuda menjadi sorotan luas, tidak hanya karena jumlah korban, tapi juga karena sorotan terhadap pengelolaan tambang yang dinilai tidak memenuhi standar keamanan.

Seperti diketahui, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi telah menutup seluruh kegiatan pertambangan di kawasan tersebut secara permanen dan mencabut izin operasional yang sebelumnya dimiliki oleh Koperasi Pondok Pesantren Al-Azhariyah.

Upaya Tim Gabungan Dihadang Alam