Senja dan Layang-layang di Bantaran Cimanuk Indramayu

Posted on

Hembusan angin di musim kemarau tak hanya membawa kesejukan. Di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, musim angin ini banyak dimanfaatkan untuk menyalurkan hobi terutama bermain layangan di waktu senja.

Sore itu, warga terlihat mulai memadati bantaran Cimanuk yang berada di Desa Terusan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. Mereka dari anak-anak, muda hingga orang tua tampak bersantai sambil menikmati merahnya matahari saat tenggelam di ufuk barat.

Ditambah, puluhan hingga ratusan layang-layang yang menembus cahaya senja, menjadi keindahan tersendiri. Tidak hanya menerbangkan, sebagian dari mereka pun terkadang terlibat adu kemampuan atau yang dikenal serengan layangan.

“Mulai main layangan dari bulan Mei. Ramai tuh baru ini, dulu tidak ada yang jualan sekarang baru dua mingguan semakin ramai,” kata Abdu (20) ditemui infoJabar, Senin (21/7/2025).

Bagi Abdu, keseruan bermain layangan tidak kalah menarik. Kalah dan menang saat bermain serengan hanya penghias saja. Menurutnya, keseruan berkumpul sambil menikmati sunset menjadi tujuannya.

“Ya lihat sunset. Sore enak pemandangannya kalau sambil foto dari atas jembatan, suasana juga sejuk,” katanya.

Layangan rusak yang dipegangnya bersiap diganti. Abdu merogoh kocek untuk membeli layangan baru agar bisa kembali melakukan aksi serengan layangan.

Saking serunya, tangan Abdu sering kena imbasnya. Goresan benang saat bermain layangan tak ia hiraukan.

“Di sini satu orang itu bisa menghabiskan 4 sampai 5 layangan untuk main serengan,” ujarnya.

Rupanya, keseruan tersebut mengundang banyak perhatian. Bahkan setelah viral di media sosial. Banyak warga dari berbagai desa datang untuk menyaksikan serunya permainan layang-layang di sore hari.

Keramaian itu jadi berkah tersendiri bagi penjual layangan. Ika (30) warga setempat nyaris tak pernah absen. Ia menjajaki aneka layangan.

Mulanya, Ika hanya melayani sekitar 30 sampai 50 lembar layangan saja. Namun, setelah ramai pengunjung, dagangan layangannya kian laris. Sehari kini ia bisa menjual sekitar 200 lembar layangan.

“Tadinya paling dapat Rp50 ribu, terus makin ke sini makin naik, sampai kadang dapat Rp200 ribu sehari,” ujarnya.

Melihat peluang itu, Ika pun tak mau menang sendirian. Ia sengaja membagi tempat dagangan dengan saudaranya.

Biasanya, Ika hanya menjual satu model layangan saja. Yaitu layangan petek. Namun, harganya disesuaikan dengan jenis layangan dari jenis sukoi, jabrug hingga jenis layangan CK dan warong.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *