Selama periode Januari hingga 2 Juni 2025, total kerugian akibat bencana di Kota Sukabumi mencapai Rp1.370.650.000 atau Rp1,3 miliar. Angka ini didominasi oleh bencana cuaca ekstrem yang terjadi di hampir seluruh kecamatan.
Data tersebut terungkap dalam laporan resmi yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi. Dari delapan jenis bencana yang dicatat, cuaca ekstrem menjadi penyumbang kerugian terbesar, dengan nilai mencapai Rp1.009.750.000.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Novian Rahmat mengatakan, bencana cuaca ekstrem dilaporkan terjadi di seluruh kecamatan, mulai dari Baros, Lembursitu, hingga Cikole. Baros tercatat mengalami kerugian tertinggi akibat cuaca ekstrem sebesar Rp312,5 juta, disusul Citamiang Rp220 juta, dan Warudoyong Rp138,8 juta.
“Cuaca ekstrem seperti angin kencang dan hujan lebat menyebabkan banyak kerusakan rumah warga serta infrastruktur ringan,” kata Novian saat dihubungi infoJabar, Rabu (18/6/2025).
Selain cuaca ekstrem, tanah longsor juga mencatatkan kerugian cukup besar dengan total mencapai Rp202 juta. Longsor paling parah terjadi di Citamiang dengan kerugian mencapai Rp100 juta dan Gunung Puyuh dengan kerugian Rp62 juta.
Sementara kerugian akibat banjir tercatat sebesar Rp77,8 juta, dengan Kecamatan Baros sebagai wilayah terdampak terbesar yaitu Rp31,3 juta.
Selanjutnya, bencana kebakaran permukiman juga terjadi di beberapa wilayah, terutama di Lembursitu, Warudoyong, dan Cikole. Nilai kerugian dari kebakaran permukiman mencapai Rp58 juta sepanjang tahun.
Sedangkan angin topan hanya tercatat terjadi di dua kecamatan, yakni Lembursitu dan Gunung Puyuh, dengan total kerugian sebesar Rp23,1 juta.
Selama 2025, tidak ada laporan kejadian bencana gempa bumi, kebakaran lahan, kebakaran transportasi, maupun kejadian luar biasa (non-alam) yang berdampak langsung terhadap kerugian materil.
Pada musim kemarau basah, pihaknya mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana, terutama menghadapi perubahan cuaca yang makin ekstrem. Novian mengatakan, beberapa upaya mitigasi pun dilakukan salah satunya membersihkan saluran drainase.
“Kami terus mendorong kesiapsiagaan masyarakat dan kelurahan untuk mengurangi dampak bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu,” tutupnya.