Banjir kerap menghantui warga Dusun Sukapulang Wetan, Desa Kertaraharja, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis. Setiap musim hujan tiba, puluhan rumah warga terendam air luapan sungai. Meski ketinggian air hanya sekitar 10 hingga 20 sentimeter dan surut dalam beberapa jam, kondisi ini tetap meresahkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
“Kalau hujan deras turun dua sampai tiga jam saja, air sudah naik. Sekarang malah lebih parah, airnya bisa sampai betis orang dewasa,” kata Nandar, Ketua RT setempat saat ditemui di lokasi kejadian, Selasa (21/5/2025).
Menurut Nandar, banjir tahun ini lebih sering dan lebih tinggi dari biasanya. Sebelumnya, banjir hanya sekali atau dua kali dalam setahun, namun sekarang sudah tiga kali.
“Yang terdampak ada 21 kepala keluarga (KK) atau ada 21 rumah, dan 12 rumah di antaranya paling parah,” ujarnya.
Ia menjelaskan, luapan berasal dari dua sungai, yakni Walungan Cibitung dan Sungai Citanduy. Saat curah hujan tinggi, air dari kedua sungai itu meluap dan merendam rumah-rumah warga.
“Air masuk lewat pondasi rumah. Sungainya sempit, dulu lebarnya 3 meter, sekarang makin mengecil. Jadinya gampang meluap,” tambahnya.
Menurut Nandar, banjir di wilayahnya bukan hal baru. Warga sudah mengalaminya sejak tahun 1990-an. Namun, menurut Nandar, banjir kali ini adalah yang paling parah dalam beberapa dekade terakhir. Apabila banjir semakin parah, warga mengungsi sementara.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
“Kalau malam hari air naik dan air belum surut, kami terpaksa mengungsi. Barang-barang dibereskan, rumah dibersihkan lagi pas air sudah surut,” jelasnya.
Warga pun berinisiatif melakukan berbagai upaya untuk bertahan. Beberapa rumah dimodifikasi dengan meninggikan lantai bagian dalam agar air tidak masuk. Pantauan infoJabar, memang tembok lantai beberapa rumah warga sudah lebih tinggi dari halaman, namun ada juga rumah warga yang kebanjiran hingga ke bagian dalam.
“Lantai sejumlah rumah sudah ditinggikan. Ada juga yang menutup celah pitu biar air nggak masuk semua. Upaya ini ada yang berhasil, tapi tetap ada saja air yang masuk ke dalam rumah,” ucap Nandar.
Pemerintah, menurut warga, sebenarnya sudah melakukan beberapa penanganan seperti perbaikan gorong-gorong dan pemasangan klep saluran air. Namun, hal tersebut dinilai belum cukup.
“Harapan kami pemerintah bisa segera menanggulangi banjir ini. Entah itu dengan meninggikan tanggul atau melebarkan sungai, supaya air nggak masuk lagi ke rumah warga,” tutup Nandar.
Sebagian besar warga Dusun Sukapulang Wetan bekerja sebagai buruh bangunan dan pensiunan. Kondisi banjir yang terus berulang ini jelas berdampak pada kondisi ekonomi bahkan kesehatan, terlebih saat harus berulang kali membersihkan rumah akibat genangan air.
Keluhan serupa disampaikan Isoh (70), salah satu warga yang rumahnya langganan kebanjiran. Apabila air sudah naik, ia hanya bisa pasrah. ” Kalau banjirnya parah kadang harus mengungsi,” kata Isoh.
Di balik musibah banjir ada berkah tersendiri. Sejumlah warga memanfaatkan banjir ini dengan menjala ikan. Ikan-ikan tersebut berasal dari kolam yang hanyut karena ikut terendam banjir. Beberapa anak pun nampak ceria di tengah banjir dengan bermain air.