Psikolog Ungkap Pemicu Kenakalan Siswa yang Dikirim ke Barak TNI

Posted on

39 siswa tingkat SMP masih menjalani pendidikan karakter, yang digelar di Resimen Armed 1 Sthira Yudha Purwakarta. Sudah sepekan mereka melakukan pendidikan kedisiplinan, bela negara hingga kerohanian. 16 siswa pun tengah melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS) di dalam barak.

Menurut Fiskalia Kartika Dini, Konselor Psikologi Dinsos Kabupaten Purwakarta mengatakan, sejak hari pertama digelarnya pendidikan ini, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan kepada para siswa yang sampai saat ini masih terus dilakukan pendampingan.

“Kalau dilihat dari sisi psikologis mereka yang berperilaku seperti itu yang mendasarinya pola asuh orang tua, faktor ini yang sangat berpengaruh kepada perilaku anak-anak,” ujar Fiskalia kepada infoJabar, Rabu (07/05/2025).

Ia menyebutkan, pola asuh yang kurang tepat membuat mereka tidak terkontrol, kurangnya perhatian dari orang tua dan kurangnya interaksi antara orang tua dan anak.

Sementara hasil pemeriksaan kepada siswa, beragam kasus dan yang paling menonjol adalah adanya perilaku yang di luar batas kewajaran perilaku anak-anak.

“Ini ada indikasi perilaku menyimpang seks, dan juga kenapa mereka melakukan tawuran karena rasa penasaran dan juga konsepnya mereka belum paham mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto menjelaskan, sistem pendidikan yang dilakukan kepada siswa peserta pendidikan berkarakter, adalah sistem kurikulum terintergrasi antara pendidikan yang diberikan oleh TNI dan pendidikan sesuai kurikulum pendidikan formal.

“Ya sebenarnya kita menempatkan integrated kurikulum, kalo bicara berapa yang diajarkan TNI berapa diajarkan dinas kita persentasekannya, apa kriterianya, karena yang diajarkan TNI itu juga diajarkan di sekolah , kedisiplinan, gotong royong, nasionalisme itu ada di kurikulum kita itu yang di sebut integrated kurikulum, itu namanya bersatu,” ucap Purwanto.

Purwanto mengatakan, segmentasi pendidikan formal dan pendidikan berkarakter nyaris bersinggungan, karena diantara keduanya terdapat kesamaan namun berbeda cara penyampaiannya. Ia menyebutkan pendidikan di ruangan sekitar 40 persen dan pendidikan di luar ruangan sekitar 60 persen.

“Pembelajaran ada yang di luar ada di dalam, indoor 40 persen dan di luar 60 persen, tapi ketika ditanya yang 40 persen kurikulum dinas semua enggak juga karena yang di luar juga ada kurikulum dinas pendidikan, ada konseling itu di luar,” Pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *