Produksi Manggis Purwakarta Turun Drastis, Kualitas Justru Meningkat

Posted on

Memasuki musim panen buah manggis tahun 2025, produksi manggis di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, diperkirakan akan mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data Dinas Pangan dan Pertanian setempat, produksi tahun ini hanya mencapai 1.574 ton, jauh lebih rendah dibanding 18.005 ton pada tahun 2024.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Hadyanto Purnama, menjelaskan bahwa penurunan ini dipengaruhi oleh siklus dua tahunan tanaman manggis serta tingginya intensitas hujan sepanjang tahun 2025.

“Panen tahun ini tidak seperti tahun kemarin karena manggis itu punya siklus dua tahunan. Tahun 2025 ini hujan terus-menerus, sehingga pertumbuhannya berkurang dan banyak buah yang gugur,” ujar Hadyanto, Kamis (13/11/2025).

Meski produksi menurun, Hadyanto menyebut bahwa kualitas buah manggis justru meningkat. Tahun ini disebut sebagai masa panen “buah dalam”, berbeda dengan tahun sebelumnya yang merupakan “buah luar” dengan jumlah melimpah namun rasa cenderung biasa.

“Kualitasnya lebih bagus, rasanya manis-asam seimbang. Secara ukuran pun lebih besar dibanding panen 2024,” katanya.

Saat ini, populasi pohon manggis di Purwakarta tercatat mencapai 179.584 pohon, meningkat sekitar 1.697 pohon dibanding tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 800 pohon merupakan bantuan pemerintah daerah, sementara sisanya hasil swadaya para petani.

Pemerintah daerah juga terus mendorong peningkatan mutu dan daya saing melalui penerapan SOP (Standar Operasional Prosedur), GAP (Good Agricultural Practices), serta GHP (Good Handling Practices). Hingga kini, sebanyak 562 petani telah memiliki registrasi kebun untuk memperkuat legalitas dan mempermudah akses ekspor.

“Registrasi kebun dan petani ini penting karena jadi salah satu syarat ekspor. Kami bantu gratis supaya buah manggis Purwakarta punya legalitas dan daya saing di pasar luar negeri,” ungkapnya.

Dari sisi harga, kondisi tahun ini cukup menggembirakan bagi petani. Harga manggis di tingkat petani kini mencapai Rp50.000 per kilogram, jauh lebih tinggi dibanding saat panen buah luar yang bisa jatuh hingga Rp5.000 per kilogram. Namun demikian, hanya sekitar 30 persen dari total produksi yang berhasil menembus pasar ekspor, disebabkan terbatasnya perusahaan eksportir asli Purwakarta.

“Kita mencatat ekspor sekitar 54 ribu kilogram atau 3,34 ton, itu pun hanya 30 persen dari petani lokal. Sisanya dari luar daerah,” pungkasnya.

Saat ini, sentra manggis Purwakarta masih berpusat di lima kecamatan utama: Panyawangan, Kiarapedes, Bojong, Darangdan, dan Pondok Salam. Untuk menjaga keberlanjutan produksi, tahun ini Dinas Pangan dan Pertanian juga menyalurkan 1.000 bibit pohon manggis baru kepada petani di wilayah tersebut.