Perjalanan Panjang ‘Jalur Langit’ di Kota Bandung

Posted on

Di tengah hiruk-pikuk kendaraan yang membelah Kota Bandung dari Barat ke Timur, bak ‘jalur langit’, berdiri sebuah bentang baja raksasa yang jadi saksi bisu geliat kota modern. Warga mengenalnya sebagai Jembatan Pasupati yang kini berubah nama menjadi Flyover Mochtar Kusumaatmadja.

Kemacetan Bandung yang makin menjadi memaksa pemerintah kota dan pusat memikirkan solusi jangka panjang. Ide membangun jalan layang yang menghubungkan Jalan Pasteur dan Jalan Surapati pun muncul.

Mengutip data Kementerian Pekerjaan Umum, Proyek pembangunan flyover ini dimulai pada tahun 2001 setelah sempat tertunda selama tiga tahun akibat dihentikannya kucuran dana dari Pemerintah Kuwait selaku penyandang dana proyek ini pada Juni 1999 akibat terlambatnya pembayaran cicilan oleh pemerintah.

Saat itu, total dana yang dialokasikan untuk proyek Pasupati mencapai 10 juta Dinar Kuwait atau sekitar 33 juta USD. Penundaan itu mengakibatkan pembengkakan dana akibat kenaikan harga sehingga pemerintah Indonesia harus menutupi kekurangan dari dana APBN.

Pada Oktober 2001, proyek Pasupati mulai dikerjakan dengan masa konstruksi mencapai 1.247 hari. Titik awal pekerjaan dimulai dari Jalan Dr. Djunjunan ke Jalan Pasteur, menyeberang lembah Cikapundung melalui Jalan Cikapayang dan berakhir di Jalan Surapati dengan panjang 2,8 Kilometer dengan struktur cable stayed sepanjang 161 meter yang menjadi ciri khasnya.

Disebutkan, keberadaan Jembatan Pasupati ini dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di simpang Jalan Pasir Kaliki, Jalan Cipaganti, Jalan Cihampelas, Jalan Taman Sari, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Wastukencana hingga Jalan Siliwangi.

Setelah melalui proses pembangunan panjang, Jembatan Pasupati akhirnya diresmikan pada 12 Juli 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak saat itu, Pasupati menjelma menjadi ikon visual Bandung dengan pancaran lampu warna-warni dari kabel sling dan menara betonnya.

Jembatan ini juga menggunakan teknologi Look Up Device (LUD), perangkat khusus tahan gempa buatan Perancis dan menjadikannya sebagai jembatan tahan gempa pertama, sementara panjangnya menjadikan Pasupati sebagai jembatan terpanjang kedua di Indonesia setelah Jembatan Suramadu.

Tahun 2022, melalui Keputusan Gubernur, nama Jembatan Pasupati resmi diganti menjadi Flyover Mochtar Kusumaatmadja. Keputusan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap Mochtar Kusumaatmadja, tokoh hukum internasional dan mantan Menteri Luar Negeri RI yang lahir di Bandung.

Mochtar dikenal sebagai konseptor utama Wawasan Nusantara dan diplomasi maritim Indonesia di forum internasional. Gagasan-gagasannya mampu meningkatkan luas wilayah NKRI hingga 2,5 kali lipat.

Meski sempat menuai pro dan kontra di kalangan warga yang sudah terlanjur akrab dengan nama ‘Pasupati’, banyak pula yang menyambut baik perubahan nama ini sebagai penghargaan kepada sosok Mochtar Kusumaatmadja.

Pada akhirnya, jembatan layang ini dikenal dengan dua nama. Sebagian orang tetap menyebutnya Jembatan Pasupati atau Flyover Pasupati. Sebagian lagi menyebutnya Jembatan atau Flyover Mochtar Kusumaatmadja.