Pemerintah berencana untuk melakukan reaktivasi sejumlah jalur kereta api di Jawa Barat. Rencana ini disambut baik oleh masyarakat untuk mengobati kerinduan akan jalur tersebut.
Di Cianjur misalnya, warga antusias dengan rencana reaktivasi jalur relasi Cipatat-Padalarang yang menjadi lanjutan relasi Cianjur-Cipatat. Selain mempermudah akses Cianjur menuju Bandung, reaktivasi tersebut juga akan jadi momen nostalgia bagi warga Kota Santri.
Pada 2019, reaktivasi dilakukan namun hanya untuk relasi Cianjur-Sukabumi. Dan pada 2020 kembali dilakukan perpanjangan reaktivasi hingga ke Cipatat.
Kini, kabar baik muncul usai Pemprov Jabar bersama Dirjen Perkeretaapian Kemenhub dan PT KAI tengah mempersiapkan reaktivasi lima jalur kereta api yang telah lama nonaktif, dimana salah satunya yakni relasi Cipatat-Padalarang yang menjadi lanjutan dari relasi Sukabumi-Cianjur-Bandung.
Astri Putri (33), warga Cianjur, mengaku informasi tersebut menjadi kabar baik, sebab masyarakat Cianjur punya alternatif moda transportasi menuju ke Bandung.
“Untuk sampai ke Bandung kan selama ini pakai bus atau kendaraan pribadi. Seringkali terjebak macet di Rajamandala, Cipatat, ataupun Padalarang sehingga waktu tempuh jadi lama. Dengan reaktivasi jalur kereta bisa jadi alternatif agar mempercepat dan mempermudah aktivitas warga,” kata dia, Rabu (16/4/2025).
Selain itu, relasi Cianjur-Padalarang juga menjadi nostalgia untuk warga Cianjur, sebab banyak kenangan unik saat relasi tersebut masih aktif.
“Pastinya jadi sekalian nostalgia masa kecil. Kalau dulu kan kadang tiba-tiba berhenti di tengah jalur di kawasan perkebunan. Jadi selain moda transfortasi, akan banyak yang naik untuk sekadar nostalgia perjalanan dari Cianjur ke Bandung,” tuturnya.
Sekelompok bocah ingusan lari-larian di area Stasiun Tagogapu, Desa Tagogapu, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Beragam aktivitas mereka lakoni di tengah teriknya matahari.
Ada yang sedang bermain sepakbola, sekadar kejar-kejaran, bermain layang-layang, hingga seorang bocah yang sedang ngelepek atau ngeplek burung merpati. Wajahnya sudah merah padam tersorot matahari pada Rabu (16/4/2025) siang yang cukup panas.
Bocah-bocah warga lokal itu tak takut akan kereta api yang melintas. Hal itu sebab sejak sedekade lebih, jalur kereta api dari Padalarang menuju Cipatat sudah tidak lagi aktif. Lain halnya dengan jalur Cipatat menuju Cianjur-Sukabumi yang sempat mati suri, sudah dihidupkan lagi.
Area stasiun yang berstatus bangunan cagar budaya itu jadi arena bermain buat mereka di tengah keterbatasan lahan terbuka sebagai ruang aktivitas buat anak-anak di Bandung Barat.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi kemudian muncul dengan rencana mereaktivasi lima jalur kereta api di Jawa Barat. Salah satunya rute Cipatat-Padalarang sepanjang 17 kilometer.
Ade (52), warga di sekitaran Stasiun Tagogapu punya kenangan masa muda dengan stasiun yang ada di ketinggian 595 Mdpl itu. Sebagai seorang pemuda dari pelosok, ia bisa menengok keramaian Bandung sebagai Ibukota Jawa Barat berkat Stasiun Tagogapu.
“Ya kemarin sudah dengar, kebetulan saya penonton channel YouTube KDM (Dedi Mulyadi). Jadi dulu itu saya kalau mau ke Bandung terus ke Cianjur itu pasti dari stasiun ini (Tagogapu),” kata Ade saat ditemui di Stasiun Tagogapu.
Kendati penumpang kereta api dari Stasiun Tagogapu tak seramai Stasiun Padalarang, namun stasiun kelas III itu sangat berguna buat warga setempat. Mereka tak perlu jauh-jauh naik kendaraan maupun berjalan kaki ke Stasiun Padalarang yang jaraknya sekitar 5 kilometer.
“Semua warga Tagogapu, Laksanamekar, sama desa tetangga itu kalau mau naik kereta kadang kesini, jadi enggak harus ke Stasiun Padalarang. Rata-rata itu ke Cianjur sama Sukabumi sebetulnya. Kalau naik kereta kan lebih cepat, ke Bandung hanya 15 menitan, ke Cianjur setengah jam,” kata Ade.
Selain itu, harga tiket kereta api lebih murah ketimbang harus mengeluarkan biaya untuk bahan bakar kendaraan pribadi. Untuk itu, ia sangat mendukung rencana reaktivasi jalur Cipatat-Padalarang.
“Ya dulu kalau naik kereta tiketnya murah, sekitar Rp200 perak. Kalau sekarang sekitar Rp5 ribu, lebih murah daripada naik angkot atau bawa motor. Makanya sangat mendukung kalau benar mau diaktifkan lagi,” kata Ade.
Sekadar informasi, jalur Padalarang-Cipatat sendiri berhenti melayani penumpang sekitar tahun 2013. Menurut Oman (74), berhentinya KA yang melayani penumpang jurusan Cianjur-Padalarang karena banyak hal.
“Setahu saya dulu, itu lokomotif cuma menarik 2 gerbong. Soalnya jalur ke Cianjur menanjak, jadi agak berbahaya. Terus penumpang dulu memang enggak seramai stasiun lainnya,” kata Oman.
Ia mendukung langkah Dedi Mulyadi yang hendak mereaktivasi rute tersebut. Namun sebelumnya, perlu dipersiapkan sarana dan prasarana yang matang hingga perbaikan jalur di sepanjang rute Padalarang-Cipatat.
“Sangat setuju (direaktivasi), tapi harus diperbaiki dulu jalurnya. Kalau enggak, berbahaya, apalagi kan sudah lebih dari 10 tahun tidak beroperasi. Bisa jadi tanahnya rawan longsor,” kata Oman.