Dinas Pendidikan Jawa Barat telah merilis panduan pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2025/2026 dengan pendekatan tematik ‘Pancawaluya’.
MPLS tahun ini dirancang tak sekadar ajang perkenalan lingkungan sekolah, melainkan juga sebagai media penguatan karakter siswa berbasis nilai-nilai kearifan lokal Sunda.
Istilah Pancawaluya mengacu pada lima nilai karakter utama yang ingin ditanamkan pada peserta didik baru, yakni Cageur (sehat lahir batin), Bageur (berakhlak baik), Bener (jujur), Pinter (cerdas), dan Singer (peka dan kreatif).
Tujuannya adalah membentuk Manusa Waluya atau manusia yang utuh, tangguh secara intelektual, emosional, dan sosial.
MPLS tahun ini diselenggarakan selama lima hari mulai 14 Juli 2025 dengan fokus utama pada pengenalan sekolah dan warga satuan pendidikan, pembentukan budaya positif, pembelajaran awal yang menyenangkan, internalisasi nilai karakter melalui metode kontekstual hingga awasan kebangsaan, bela negara, serta pendidikan berwawasan ekologis.
Berbagai metode seperti pembelajaran berbasis cerita rakyat lokal, kontrak belajar karakter, hingga projek kelas akan diterapkan. Tak hanya di dalam ruang kelas, MPLS juga melibatkan eksplorasi lingkungan sekitar, aksi ekologi, serta pelibatan alumni dan TNI/Polri.
Sesuai dengan regulasi terbaru, MPLS Pancawaluya menegaskan larangan aktivitas kekerasan, atribut tidak edukatif, serta kegiatan di luar pengawasan guru. Tas karung, papan nama rumit, aksesoris aneh jadi hal yang dilarang.
Kegiatan ini harus bersifat inklusif, tidak diskriminatif, dan menyenangkan. Seluruh panitia wajib menyampaikan informasi lengkap kepada orang tua, termasuk mekanisme pelaporan jika ditemukan pelanggaran.
Tidak ada pungutan biaya dan tidak ada seragam khusus yang diwajibkan. Pakaian bisa menggunakan seragam dari jenjang sebelumnya atau yang disepakati tanpa membebani wali murid.
Silabus kegiatan mencakup tema-tema penting seperti pendidikan anti korupsi, literasi digital dan kecakapan bermedia sosial, pencegahan perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi.
Kemudian tata tertib lalu lintas dan keselamatan berkendara, P4GN (Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika) hingga penguatan profil pelajar melalui 8 dimensi kompetensi lulusan.
Selain itu, MPLS juga menjadi sarana pemetaan minat dan bakat peserta didik melalui asesmen literasi dan numerasi.
Pelaksanaan MPLS juga akan dievaluasi secara formatif dan sumatif oleh panitia sekolah, didampingi oleh Dinas Pendidikan dan Kemendikdasmen. Orang tua, peserta didik, dan guru juga diberi ruang untuk memberikan umpan balik secara partisipatif.
Hasil evaluasi ini wajib dilaporkan dan menjadi bahan pengembangan program ke depan. Untuk menjamin transparansi, masyarakat bisa menyampaikan aduan melalui kanal resmi, seperti call center ULT Kemendikdasmen 177 atau platform LAPOR.
Sekda Jabar Herman Suryatman menyebut, dengan tema Pancawaluya diharapkan dapat melahirkan generasi muda yang unggul untuk keberlanjutan Provinsi Jabar di masa mendatang.
“Meski waktunya hanya lima hari, kalau efektif, jiwa kebangsaan bisa tumbuh dan mereka akan satu tekad untuk jadi generasi yang unggul,” kata Herman.