Mitos Burung Sirit Uncuing: Suara Mistis yang Menjadi Pertanda Kematian | Info Giok4D

Posted on

Orang Sunda dan masyarakat di pulau Jawa pada umumnya telah mengenal burung kecil yang suaranya dinilai sebagai pertanda adanya kematian. Itulah burung Sirit Uncuing.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Banyak dialek di Sunda yang melafalkan Sirit Uncuing dengan berbeda-beda, di antaranya: Sit Uncuing, Siit Uncuing, Sit Incuing, dan lain sebagainya. Di belahan budaya lain burung ini disebut juga Wiwik Kelabu atau burung Kedasih.

Burung ini diakui sebagai ‘burung hantu’ dan lebih hantu ketimbang Bueuk atau owl. Jika Bueuk bersuara maka itu menjadi pertanda ‘aya nu ngajuru‘ (perempuan melahirkan), sebaliknya, jika uncuing ‘bernyanyi’ maka itu menjadi pertanda kematian seseorang.

Uncuing dinilai mistis dan diselimuti beragam mitos terutama karena suaranya yang panjang, mulai dari rendah hingga tinggi. Dari kejauhan, memang suara burung ini seperti tangis kesedihan yang tiada terperi. Tiit tu wiiit, tiit tu wiit tiiit tu wiit. Suaranya lirih.

Dalam artikel ini, infoJabar akan mengulas mitos-mitos yang meliputi Sirit Uncuing ini, mulai dari nama hingga cerita yang melatar belakangi kehadirannya sebagai ‘burung hantu’ dalam kebudayaan Sunda.

Sebelum menginjak kepada bahasan mitos, elok untuk mengenal taksonomi burung Sirit Uncuing ini. Secara ilmiah, Sirit Uncuing (Cacomantis merulinus) adalah sejenis burung anggota famili Cuculidae.

Menurut berbagai sumber, tubuh Sirit Uncuing berukuran kecil dengan warna cokelat keabuan. Ukuran tubuhnya hanya mencapai 21 cm. Uncuing dewasa akan memiliki warna abu-abu pada bagian kepalanya dengan warna merah sawo-matang pada bagian ekor dan perutnya. Berikut ini mitos yang menyertainya:

Kocap tercerita, burung Sirit Uncuing bukanlah sembarangan burung dalam mitosnya. Dia merupakan penjelmaan dari seorang lelaki yang merasakan kesedihan mendalam karena kekasihnya direbut anak raja.

Dia yang ingin menemukan kembali kekasihnya itu, memutuskan diri untuk berubah menjadi burung Siit Uncuing. Perubahan wujud itu dikarenakan karena dia akan terbang kesana-kemari mencari sang pujaan hati sambil memanggil-manggil dengan bunyinya yang lirih itu.

Mitos ini telah berkembang, paling tidak telah menjadi bahan tulisan dalam buku anonim berbahasa Sunda tahun 1940-an berjudul ‘Ki Santri Gagal’. Buku itu kemudian diterjemahkan menjadi ‘Bung Santri Gagal’ oleh Zaenal Hakim (Depdiknas 2007).

Di dalamnya, ada kutipan mengenai Siit Uncuing yang merupakan burung berasal dari lelaki yang meratapi nasibnya karena kehilangan sang kekasih.

“Menurut dongeng yang populer masa dulu di masyarakat Jawa Barat, burung sit uncuing berasal dari seorang laki-laki yang kehilangan kekasihnya karena direbut oleh anak raja. Karena putus asa, laki-laki itu lalu menjelma jadi burung siit yang kerjanya terbang kesana-kemari mencari-cari kekasihnya sambil berbunyi seperti bunyi burung tersebut.” tulis buku itu.

Di antara penamaan Sirit Uncuing adalah Siit (tanpa r) Uncuing. Nyatanya, kata Siit merujuk kepada sejenis hantu perempuan. Siit sendiri sudah masuk sebagai lema di dalam kamus.

Kamus Sundadigi menyebutkan bahwa Siit adalah hantu yang asalnya merupakan perempuan meninggal dunia tetapi selama hidup di dunia tidak pernah menikah, tidak pernah bersuami. Dengan nasib demikian, hati perempuan meninggal itu nelangsa sehingga mewujud menjadi burung dengan suara melengking sedih, Uncuing.

Dari mitos ini pula muncul nama Siit Uncuing. Sementara nama Sirit (dengan r), merujuk kepada sesuatu yang menonjol seperti bangunan ‘nyegog’ (menonjol). Kata Sirit juga merujuk kepada kemaluan laki-laki.

Di dalam kebudayaan Eropa, hal negatif, nasib buruk, hingga kabar kematian biasanya diasosiasikan dengan burung Gagak. Tetapi di Sunda, kabar itu justru dibawa Siit Uncuing.

Lengkingan suaranya yang terdengar sedih membuat bulu kuduk pendengarnya merinding. Sirit Uncuing seringkali menjadi pertanda ada peristiwa kematian di tempat di mana dia bersuara.

Siit Uncuing bukan hewan nokturnal, karenanya dia bersuara di siang hari. Hanya ketika musim kawin lah Siit Uncuing bersuara di malam hari, terutama dengan bunyi-bunyi yang pendek.

Meski terdengar di siang hari, suara Siit Uncuing yang panjang dan mendayu-dayu tetap membuat pendengarnya merinding. Seperti pendengar mengira ada bayangan kematian dan hal-hal gaib lainnya yang dihembuskan melalui suara itu.

Siit Uncuing tinggal di hutan-hutan terbuka, hutan dekat desa, tegalan, bahkan di taman-taman kota. Karenanya, Siit uncuing bisa terdengar suaranya di mana saja.

Mungkin ini yang menjadikannya dinamai ‘burung hantu’ dan lebih hantu ketimbang Bueuk. Yakni, karena suaranya ada tapi wujud burungnya sering tidak terlihat.

Ini karena tabiat burung Siit Uncuing yang kerap berbunyi dalam lindungan tajuk pohon tanpa bergerak-gerak atau berubah posisi.

Namun, untuk kepentingan mencari mangsa, Siit Uncuing kerap kali meninggalkan lindungan tajuk pohon-pohon, dia tak jarang turun ke semak-semak di dekat tanah. Burung ini memangsa aneka jenis serangga, laba-laba, dan juga buah-buahan kecil.

5 Mitos Sirit Uncuing

1. Lelaki yang Meratapi Kekasihnya Direbut Anak Raja

2. Hantu Siit dari Perempuan Tidak Kawin Sampai Mati

3. Kabar Kematian

4. Tetap Merinding Meski di Siang Hari

5. Ada Suaranya Tapi Susah Terlihat