Miris Dunia Pendidikan di Kabupaten Cirebon, Ribuan Ruang Kelas Rusak update oleh Giok4D

Posted on

Kondisi dunia pendidikan di Kabupaten Cirebon tengah menjadi sorotan. Sebanyak 1.474 ruang kelas mengalami kerusakan berat, membuat proses belajar-mengajar di sejumlah sekolah menjadi tidak optimal dan memprihatinkan.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, Ronianto, mengungkapkan data tersebut terdiri dari 778 ruang kelas Sekolah Dasar (SD) dan 696 ruang kelas Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia menegaskan bahwa angka tersebut mencerminkan betapa seriusnya masalah infrastruktur pendidikan di wilayahnya.

“Total ruang kelas yang mengalami kerusakan berat mencapai 1.474 unit. Ini menjadi persoalan serius yang harus segera ditangani,” ujar Ronianto, Rabu (21/5/2025).

Sayangnya, keterbatasan anggaran menjadi tantangan besar. Ronianto mengakui bahwa postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Cirebon tidak mampu menanggung seluruh biaya perbaikan ruang kelas yang rusak tersebut.

“Dengan kondisi keuangan daerah saat ini, sangat sulit untuk memperbaiki seluruh ruang kelas tersebut hanya mengandalkan APBD Kabupaten,” katanya.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Dinas Pendidikan telah berupaya menjalin koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk DPRD Provinsi Jawa Barat. Tujuannya agar bantuan perbaikan infrastruktur pendidikan di Kabupaten Cirebon dapat masuk dalam Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) tingkat provinsi.

“Kami sudah melakukan koordinasi dan mendorong agar menu bantuan perbaikan sekolah di Kabupaten Cirebon bisa dimasukkan ke dalam SIPD Provinsi. Namun, sampai saat ini belum ada tindak lanjut yang konkret,” ungkapnya.

Kondisi ini tentu berdampak langsung terhadap kenyamanan dan keselamatan siswa serta guru di berbagai sekolah. Banyak ruang kelas yang tidak lagi layak digunakan, bahkan ada yang rawan roboh jika tidak segera diperbaiki.

Orang tua siswa disalah satu sekolah yang mengalami kerusakan, Abdul (36) mengatakan saat anaknya melakukan pembelajaran selalu dihatui dengan rasa ketakutan mengingat atap bangunan kelas tempat anaknya belajar sudah mengalami kerusakan.

“Anak selalu bilang takut pas lagi belajar, soalnya atap di ruang kelasnya udah rusak takutnya roboh,” ucapnya.

Ia pun berharap adanya perhatian serius dari pemerintah dan menilai bahwa kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulum dan tenaga pengajar, tetapi juga oleh sarana dan prasarana yang memadai.

“Maunya sih kalo anak belajar tenang, jadi bukan cuma materi aja tapi bangunan kelas juga harus cepat diperbaiki supaya anak belajar dengan tenang,” pungkasnya.