Menguak Sejarah yang Terkandung di Gunung Kuda Cirebon

Posted on

Gunung Kuda yang berada di Desa Cipanas, Kecamatan Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon, mendadak jadi sorotan gegara bencana longsor yang menewaskan belasan pekerja. Di balik tragedi tersebut, tersimpan sejarah panjang yang tak banyak diketahui publik.

Gunung Kuda bukan sekadar gundukan batu biasa. Menurut pegiat sejarah asal Kabupaten Majalengka, Nana Rohmana atau akrab disapa Naro, gunung ini memiliki nilai historis sejak ratusan tahun silam.

“Kenapa disebut Gunung Kuda? Karena dulunya, ketika pasukan Kesultanan Cirebon dan Kerajaan Demak akan menyerang Rajagaluh (Kerajaan di Majalengka), mereka sempat beristirahat di sana. Kudanya diikat di gunung itu, makanya disebut Gunung Kuda,” kata Naro kepada infoJabar, Sabtu (31/5/2025).

Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada abad ke-16, atau sekitar tahun 1528-an. Saat itu, Cirebon yang mendapat bantuan dari pasukan Demak berhasil menaklukkan Rajagaluh. Perang besar itu menjadi salah satu titik penting dalam sejarah penyebaran kekuasaan Kesultanan Cirebon di wilayah Jawa Barat.

“Saat itu terjadi peperangan antara Cirebon yang dibantu oleh pasukan Demak melawan Rajagaluh. Dan saat itu memang Rajagaluh kalah luluh-lantah oleh pasukan Cirebon dan Demak. Perang tersebut terjadi sekitar abad 16, tahun 1528-an,” ujar Naro.

Tak hanya menjadi saksi sejarah peperangan, Gunung Kuda juga menyimpan kekayaan geologi yang menarik. Pada masa kolonial Belanda, gunung ini pernah diteliti oleh seorang dokter asal Belanda bernama Von Koenigswald.

“Setelah kunjungan ke pabrik gula di Parungjaya, Leuwimunding, dokter Belanda itu main ke Gunung Kuda. Di sana, dia menemukan banyak fosil laut,” jelas Naro.

Fosil-fosil tersebut tersebar di berbagai titik Gunung Kuda, menjadikannya disebut sebagai ‘lumbung fosil’. Koenigswald meyakini batuan di gunung ini berasal dari dasar laut jutaan tahun silam.

“Tak heran, jika material batu di sana mengandung unsur kapur dan terasa lebih halus dibanding batuan pegunungan biasa,” ucapnya.

Gunung Kuda sendiri merupakan bagian dari gugusan Gunung Koromong. Gugusan ini terdiri dari sejumlah gunung kecil, seperti Gunung Bendera, Gunung Kerud, dan Gunung Goong. Nama Koromong merujuk pada bentuknya yang menyerupai alat musik gong kecil, bagian dari gamelan.

“Makanya, gunung-gunung kecil di sini disebut gugusan Gunung Koromong. Kenapa disebut Gunung Koromong, karena bentuknya seperti seperangkat alat musik,” pungkas Naro.

Kini, Gunung Kuda tak lagi hanya menyimpan kisah masa lalu. Eksploitasi yang terjadi selama bertahun-tahun mengubah wujudnya dan menyisakan luka. Tragedi longsor yang menewaskan para pekerja menjadi peringatan keras agar nilai sejarah dan ekologi kawasan ini tak diabaikan.