Mengingat Lagi Kasus Pria Garut yang Ngaku Imam Mahdi

Posted on

Dari berbagai peristiwa yang terjadi di Garut, kejadian ini yang mungkin menyita perhatian publik. Sosok tersebut adalah Abdul Rosid, lelaki tua dari perkampungan Garut yang tiba-tiba tenar usai mengklaim diri sebagai Imam Mahdi.

Tiba-tiba, Abdul Rosid, alias Dait, muncul melalui sebuah video berdurasi lebih dari enam menit di TikTok pada akhir Februari lalu.

Dalam video tersebut, Dait mengaku sebagai Imam Mahdi. “Saya Bapak Abdul Rosid, ulama Pancasila, sekaligus mengaku Imam Mahdi, mudah-mudahan kalian semua dalam pernyataan ini ada dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, amin,” kata Dait.

Selama enam menit berbicara dalam video itu, Dait hanya mengucapkan hal-hal yang tidak relevan. Dia bahkan sempat mengirim salam untuk Presiden RI Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka.

“Tentunya juga, untuk semua ulil amri yang ada di pusat. Khususnya Pak Prabowo sekeluarga, juga wakilnya Bapak Gibran. Tak lupa juga kepada Bapak Kapolri, Bapak TNI yang ada di bagian lautan, daratan, termasuk angkatan udara. Mudah-mudahan semuanya dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa,” katanya.

Kemunculan Rosid ini mendorong banyak pihak bereaksi. Banyak warga maya mengomentari kontennya. Adit (26) adalah satu dari sekian banyak warga Garut yang bereaksi terkait hal ini.

Berbincang dengan infoJabar sekitar awal Maret, Adit mengaku tak habis pikir dengan aksi Dait yang mengaku sebagai Imam Mahdi ini.

“Jelas aneh menurut saya. Kok bisa ada orang kampung, sama seperti saya, mengaku sebagai Imam Mahdi,” ucap Aditya kepada infoJabar, Sabtu, (8/3).

Adit mengaku pertama kali mendengar kabar tersebut di Instagram. Setelah melakukan *check and recheck*, ternyata kabar mengenai adanya seorang pria yang mengaku Imam Mahdi di Garut itu benar adanya.

Ayah satu anak ini mengaku terperangah kala menyaksikan aksi Rosid saat mendeklarasikan diri sebagai Imam Mahdi, di video viral yang beredar di media sosial.

“Sampai saya bilang ke beberapa teman saya yang wartawan. Kalau ketemu sama dia (Rosid) coba tanya apa alasannya dan kenapa bisa jadi begitu,” ungkap Adit penasaran.

Setelah kontroversi tersebut, pemerintah kemudian merespons kemunculan Dait si Imam Mahdi palsu ini. Menurut Kapolsek Pakenjeng saat itu, Iptu Muslih Hidayat, Abdul Rosid membuat video tersebut pada tanggal 26 Februari.

“Sengaja dibuat oleh yang bersangkutan. Dia meminta salah satu anaknya untuk merekam dan mengunggahnya di TikTok pada 26 Februari,” ucap Muslih.

Menurut pengakuan Abdul Rosid, ia mengaku mendapatkan ilham bahwa komando NII diserahkan kepadanya selepas Sensen Komara wafat. Dia mengklaim sebagai Jenderal Angkatan Udara berbintang empat.

“Pengakuannya bikin video karena iseng saja, ingin terkenal,” ucap Kapolsek Muslih.

Diketahui kemudian, Rosid adalah seorang pria berusia 60 tahun. Dia memiliki 12 anak, dan saat ini tinggal di Kampung Sindanglengo, Desa Nyalindung, Kecamatan Pakenjeng, Garut.

Menurut pihak desa, Abdul Rosid sehari-harinya berprofesi sebagai petani jagung. Kesehariannya sama seperti yang lain. Namun, Rosid kurang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti ronda.

“Orangnya biasa saja, sama seperti yang lain. Setahu saya memang sudah lama menjadi pengikut aliran seperti ini,” kata Nurjaman.

Yang dimaksud Nurjaman adalah Abdul Rosid sudah lama bergabung dengan Negara Islam Indonesia atau NII, pimpinan Sensen Komara yang kini sudah tiada.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Garut, Nurrodhin, membenarkan hal tersebut. Nurrodhin menjelaskan bahwa Rosid adalah salah satu loyalis Sensen.

“Abdul Rosid merupakan pengikut Sensen Komara Bin Bakar Misbah,” ujar Nurrodhin.

Dari hasil penelusuran Bakesbangpol, Abdul Rosid diketahui pernah meminta pengikutnya untuk melaksanakan salat menghadap ke timur. Hal itu sama dengan yang dilakukan oleh Sensen.

“Tapi sekarang sudah tidak lagi. Salatnya sudah menghadap ke kiblat,” ungkap Nurrodhin.

Setelah pernyataannya itu memicu kehebohan, Dait kemudian bertandang ke kantor kecamatan beberapa hari berselang. Di hadapan pemerintah setempat, Dait mengaku ingin damai dengan NKRI.

Deklarasi permohonan maaf dan sumpah Rosid untuk setia kepada bangsa digelar di Aula Desa Panyindangan, Kecamatan Pakenjeng, pada Senin (10/3) pukul 15.00 WIB.

Dalam sebuah video dokumentasi kegiatan yang diterima infoJabar terlihat bahwa Rosid, yang saat acara tersebut mengenakan batik, celana hitam, dan kopiah, sempat berbicara di hadapan hadirin.

“Saya mau damai dengan NKRI. Dan tentu, di NKRI banyak kawan, banyak teman. Ada Protestan, Hindu, Katolik, Buddha. Tidak hanya Islam saja. Itu yang dapat saya sampaikan,” kata Rosid.

Lelaki berumur 60 tahun tersebut mengatakan, aksinya mengaku sebagai Imam Mahdi, jenderal angkatan udara bintang empat hingga ulama Pancasila, terinspirasi dari ajaran Sensen Komara, Presiden Negara Islam Indonesia (NII) yang pernah mengaku sebagai Rasul.

“Apapun yang saya maksud kemarin-mengakui sebagai jenderal angkatan udara bintang empat, Imam Mahdi, dan ulama Pancasila-hari ini saya menyatakan pembubaran Negara Islam Indonesia,” katanya.

Dalam pertemuan yang dihadiri Camat Pakenjeng Bambang Isnaeni, Danramil Lettu Cacu Ruswandi, Kapolsek Iptu Muslih, hingga perwakilan desa, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu, Rosid mengimbau pengikutnya untuk kembali ke ajaran yang benar.

“Semua sudah jelas. Kepada mantan jenderal NII, baik laki-laki maupun perempuan, kembalilah menjadi rakyat. Laksanakan UUD 1945 dan Pancasila. Jangan lakukan lagi hal-hal yang saya sampaikan,” ucapnya.

Di akhir acara, Dait kemudian mendeklarasikan bahwa dirinya dan para pengikut akan kembali ke pangkuan NKRI. Kemudian, Rosid juga akan menjalankan agama sesuai dengan syariat. Deklarasi dibacakan oleh salah satu anak Rosid, Siti.

Dait saat ini telah kembali ke masyarakat. Kendati demikian, Dait saat ini masih berada di bawah pantauan dan pembinaan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Garut.

Diketahui kemudian, Rosid adalah seorang pria berusia 60 tahun. Dia memiliki 12 anak, dan saat ini tinggal di Kampung Sindanglengo, Desa Nyalindung, Kecamatan Pakenjeng, Garut.

Menurut pihak desa, Abdul Rosid sehari-harinya berprofesi sebagai petani jagung. Kesehariannya sama seperti yang lain. Namun, Rosid kurang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti ronda.

“Orangnya biasa saja, sama seperti yang lain. Setahu saya memang sudah lama menjadi pengikut aliran seperti ini,” kata Nurjaman.

Yang dimaksud Nurjaman adalah Abdul Rosid sudah lama bergabung dengan Negara Islam Indonesia atau NII, pimpinan Sensen Komara yang kini sudah tiada.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Garut, Nurrodhin, membenarkan hal tersebut. Nurrodhin menjelaskan bahwa Rosid adalah salah satu loyalis Sensen.

“Abdul Rosid merupakan pengikut Sensen Komara Bin Bakar Misbah,” ujar Nurrodhin.

Dari hasil penelusuran Bakesbangpol, Abdul Rosid diketahui pernah meminta pengikutnya untuk melaksanakan salat menghadap ke timur. Hal itu sama dengan yang dilakukan oleh Sensen.

“Tapi sekarang sudah tidak lagi. Salatnya sudah menghadap ke kiblat,” ungkap Nurrodhin.

Setelah pernyataannya itu memicu kehebohan, Dait kemudian bertandang ke kantor kecamatan beberapa hari berselang. Di hadapan pemerintah setempat, Dait mengaku ingin damai dengan NKRI.

Deklarasi permohonan maaf dan sumpah Rosid untuk setia kepada bangsa digelar di Aula Desa Panyindangan, Kecamatan Pakenjeng, pada Senin (10/3) pukul 15.00 WIB.

Dalam sebuah video dokumentasi kegiatan yang diterima infoJabar terlihat bahwa Rosid, yang saat acara tersebut mengenakan batik, celana hitam, dan kopiah, sempat berbicara di hadapan hadirin.

“Saya mau damai dengan NKRI. Dan tentu, di NKRI banyak kawan, banyak teman. Ada Protestan, Hindu, Katolik, Buddha. Tidak hanya Islam saja. Itu yang dapat saya sampaikan,” kata Rosid.

Lelaki berumur 60 tahun tersebut mengatakan, aksinya mengaku sebagai Imam Mahdi, jenderal angkatan udara bintang empat hingga ulama Pancasila, terinspirasi dari ajaran Sensen Komara, Presiden Negara Islam Indonesia (NII) yang pernah mengaku sebagai Rasul.

“Apapun yang saya maksud kemarin-mengakui sebagai jenderal angkatan udara bintang empat, Imam Mahdi, dan ulama Pancasila-hari ini saya menyatakan pembubaran Negara Islam Indonesia,” katanya.

Dalam pertemuan yang dihadiri Camat Pakenjeng Bambang Isnaeni, Danramil Lettu Cacu Ruswandi, Kapolsek Iptu Muslih, hingga perwakilan desa, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu, Rosid mengimbau pengikutnya untuk kembali ke ajaran yang benar.

“Semua sudah jelas. Kepada mantan jenderal NII, baik laki-laki maupun perempuan, kembalilah menjadi rakyat. Laksanakan UUD 1945 dan Pancasila. Jangan lakukan lagi hal-hal yang saya sampaikan,” ucapnya.

Di akhir acara, Dait kemudian mendeklarasikan bahwa dirinya dan para pengikut akan kembali ke pangkuan NKRI. Kemudian, Rosid juga akan menjalankan agama sesuai dengan syariat. Deklarasi dibacakan oleh salah satu anak Rosid, Siti.

Dait saat ini telah kembali ke masyarakat. Kendati demikian, Dait saat ini masih berada di bawah pantauan dan pembinaan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Garut.