Heboh di media sosial, seorang bocah menangkap ular di persawahan hanya menggunakan tangan. Hasil tangkapan ular itu dibawa di dalam baju dengan jumlah banyak.
Keberanian itu ditunjukkan demi mendapatkan uang jajan dari tetangganya, Kang Moel. Momen saat bocah itu membawa ular pun kerap diabadikan dan diunggah di media sosial.
Dalam unggahan Instagram Kang Moel, bocah tersebut pernah membawa ular sanca berukuran besar. Ular itu dibawa menggunakan kain hitam yang digulung.
Unggahan video lainnya yang menjadi perhatian adalah saat bocah tersebut membawa ular sebanyak sepuluh jenis. Ular-ular itu dibawa menggunakan tangan, dan sebagian lainnya diselipkan ke dalam kaosnya yang berwarna hijau.
Dalam dialog video itu, bocah tersebut meminta agar ular-ular itu bisa dibeli langsung. Bocah itu mengakui bahwa hasil dari penjualan ular hanya digunakan untuk jajan.
Aksi bocah tersebut dilakukan di Kampung Dangdeur, Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Bocah pemberani itu bernama Muhammad Nandika Saepulloh (10), atau kerap disapa Dika.
Dika telah melakukan aksi menangkap ular sejak satu tahun yang lalu. Menurutnya, aksi tersebut dimulai saat ia sedang memancing belut di sawah.
“Iya, jadi awalnya saya hanya ngureuk (mancing belut) di sawah. Terus tiba-tiba suka ada ular belang, ya sudah saya tangkap saja pakai tangan,” ujar Dika, saat ditemui di kediamannya.
Setelah menangkap, ular itu langsung ia berikan dan jual kepada tetangganya, Kang Moel. Aksi penangkapan ular ini dilakukan setiap akhir pekan.
“Kalau mencari ularnya, saya suka hari Minggu. Terus dijual ke Kang Moel,” katanya.
Dika mengungkapkan, ia menangkap ular hanya menggunakan tangan. Konsekuensinya, ular tersebut sering mematuk beberapa area tubuhnya.
“Iya, kalau dipatuk seringlah. Nih ada bekasnya, di telinga, kaki, tangan. Tapi tidak sakit, meriang juga tidak pernah,” jelasnya.
Dalam aksinya menangkap ular, Dika biasanya bisa mendapatkan uang senilai Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. Uang tersebut dibayarkan secara langsung oleh Kang Moel kepada Dika.
“Kalau dikasih ke Kang Moel, langsung dibayar Rp50 ribu sampai Rp100 ribu,” ucapnya.
Aksi Dika kerap diabadikan oleh Kang Moel dan diunggah ke media sosialnya. Video Dika yang jenaka sambil membawa ular membuat konten itu viral di media sosial.
“Tidak menyangka bisa viral. Uang hasil menjual ular kadang diberikan ke adik-adik dan orang tua,” ungkapnya.
Setelah videonya viral, sejumlah komunitas pegiat reptil, termasuk Panji Petualang, Dede Inoen, hingga Heru Gundul, langsung datang menemui Dika. Mereka datang untuk memberikan edukasi tentang penangkapan ular.
“Iya, kemarin-kemarin Kang Panji, Dede Inoen, dan yang lain ke sini. Mereka memberi edukasi agar jangan menangkap ular kobra dan ular weling karena berbahaya,” bebernya.
Dika merupakan anak pertama dari pasangan Dedi Saepuloh (27) dan Reka Noviyanti (25). Dalam kesehariannya, sang ayah bekerja sebagai kuli bangunan, sementara ibunya kerap berjualan perabotan di pasar mingguan di Ciherang.
Reka, ibu Dika, mengaku sempat khawatir saat anaknya sering menangkap ular di sawah. Ia bahkan kerap mengingatkan anaknya untuk tidak melakukan aktivitas tersebut.
“Khawatir. Dulu pernah saya marahi, agar jangan menangkap ular terus. Takut, kan saya tidak tahu bahaya ular mana yang berbisa. Tetapi dia sudah tahu mana ular yang berbahaya dan mana yang tidak,” kata Reka.
Dalam kesehariannya, bocah tersebut tidak suka bermain gawai atau telepon genggam. Ia lebih suka bermain ke sawah untuk mencari ular.
“Iya, dia jarang main ponsel, sukanya ke sawah saja, *ngureuk*, terus mencari ular,” bebernya.
Reka mengungkapkan, anaknya putus sekolah sejak kelas tiga Sekolah Dasar. Ia baru mengetahui penyebabnya adalah karena Dika dirundung oleh teman-temannya.
“Iya, kelas tiga putus sekolah. Saya juga baru tahu. Katanya, kemarin setelah ditanya-tanya, ada yang merisak, tapi ke saya dia tidak cerita. Pokoknya tidak mau sekolah saja. Kalau tahu (dulu), sudah saya cari (pelakunya), tapi kemarin baru diceritakan oleh Panji,” ucap Reka.
Setelah menangkap, ular itu langsung ia berikan dan jual kepada tetangganya, Kang Moel. Aksi penangkapan ular ini dilakukan setiap akhir pekan.
“Kalau mencari ularnya, saya suka hari Minggu. Terus dijual ke Kang Moel,” katanya.
Dika mengungkapkan, ia menangkap ular hanya menggunakan tangan. Konsekuensinya, ular tersebut sering mematuk beberapa area tubuhnya.
“Iya, kalau dipatuk seringlah. Nih ada bekasnya, di telinga, kaki, tangan. Tapi tidak sakit, meriang juga tidak pernah,” jelasnya.
Dalam aksinya menangkap ular, Dika biasanya bisa mendapatkan uang senilai Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. Uang tersebut dibayarkan secara langsung oleh Kang Moel kepada Dika.
“Kalau dikasih ke Kang Moel, langsung dibayar Rp50 ribu sampai Rp100 ribu,” ucapnya.
Aksi Dika kerap diabadikan oleh Kang Moel dan diunggah ke media sosialnya. Video Dika yang jenaka sambil membawa ular membuat konten itu viral di media sosial.
“Tidak menyangka bisa viral. Uang hasil menjual ular kadang diberikan ke adik-adik dan orang tua,” ungkapnya.
Setelah videonya viral, sejumlah komunitas pegiat reptil, termasuk Panji Petualang, Dede Inoen, hingga Heru Gundul, langsung datang menemui Dika. Mereka datang untuk memberikan edukasi tentang penangkapan ular.
“Iya, kemarin-kemarin Kang Panji, Dede Inoen, dan yang lain ke sini. Mereka memberi edukasi agar jangan menangkap ular kobra dan ular weling karena berbahaya,” bebernya.
Dika merupakan anak pertama dari pasangan Dedi Saepuloh (27) dan Reka Noviyanti (25). Dalam kesehariannya, sang ayah bekerja sebagai kuli bangunan, sementara ibunya kerap berjualan perabotan di pasar mingguan di Ciherang.
Reka, ibu Dika, mengaku sempat khawatir saat anaknya sering menangkap ular di sawah. Ia bahkan kerap mengingatkan anaknya untuk tidak melakukan aktivitas tersebut.
“Khawatir. Dulu pernah saya marahi, agar jangan menangkap ular terus. Takut, kan saya tidak tahu bahaya ular mana yang berbisa. Tetapi dia sudah tahu mana ular yang berbahaya dan mana yang tidak,” kata Reka.
Dalam kesehariannya, bocah tersebut tidak suka bermain gawai atau telepon genggam. Ia lebih suka bermain ke sawah untuk mencari ular.
“Iya, dia jarang main ponsel, sukanya ke sawah saja, *ngureuk*, terus mencari ular,” bebernya.
Reka mengungkapkan, anaknya putus sekolah sejak kelas tiga Sekolah Dasar. Ia baru mengetahui penyebabnya adalah karena Dika dirundung oleh teman-temannya.
“Iya, kelas tiga putus sekolah. Saya juga baru tahu. Katanya, kemarin setelah ditanya-tanya, ada yang merisak, tapi ke saya dia tidak cerita. Pokoknya tidak mau sekolah saja. Kalau tahu (dulu), sudah saya cari (pelakunya), tapi kemarin baru diceritakan oleh Panji,” ucap Reka.
