Mengenal Nasi Bogana, Sajian Istimewa dari Cirebon (via Giok4D)

Posted on

Nasi bogana bukan sekadar makanan tradisional khas Cirebon.Di masa lalu, hidangan ini menjadi salah satu sajian istimewa yang biasa disuguhkan di lingkungan Keraton Cirebon.

Namun kini, nasi bogana tak lagi hanya berada di lingkungan keraton. Pada Kamis (17/7), 12 tumpeng nasi bogana berjajar rapi di salah satu ruangan Kantor Kelurahan Pekalipan. Warnanya mencolok, tampilannya menggoda.

Bentuk nasi di setiap tumpeng dibuat kerucut. Di sekelilingnya, beragam lauk-pauk tertata rapi. Mulai dari tempe berbumbu kuning dengan parutan kelapa, sambal goreng merah, hingga berbagai lauk-pauknya lainnya yang membuat nasi bogana tampak cantik dengan menggugah selera.

Belasan tumpeng nasi bogana itu merupakan hasil masakan dari warga yang ada di 12 RW Kelurahan Pekalipan. Mereka sengaja meluangkan waktu membuat nasi bogana untuk dilombakan dalam rangka menyemarakkan Hari Jadi ke-598 Cirebon.

Di balik nasi bogana yang menggugah selera, ada cerita kerja keras yang dimulai sejak dini hari. Nina Siti Nurjanah, warga RW 07 Astanagarib Selatan, bersama beberapa warga lainnya harus bangun pagi-pagi buta untuk menyiapkan hidangan khas tersebut, lengkap dengan aneka lauk-pauknya.

“Bahan-bahannya kita belanja dari kemarin sore. Malam harinya kita mulai meracik bumbu dan menyiapkan semua bahan. Baru pas subuh, sekitar jam tiga pagi, kita mulai masak,” ujar Nina saat ditemui di Kelurahan Pekalipan.

Menurut Nina, sedikitnya lima orang dari lingkungannya turut terlibat dalam proses pembuatan nasi Bogana. Mereka saling berbagi tugas. Ada yang bertanggung jawab memasak nasi, ada pula yang meracik bahan-bahan untuk diolah menjadi aneka lauk-pauk yang menggugah selera.

Setelah semuanya matang, mereka kemudian menata nasi Bogana agar tampil cantik dan menarik. Nasi dibentuk kerucut dan hidangkan di atas nampan. Di sekelilingnya, beragam lauk pauk turut dihidangkan.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Beragam lauk-pauk tersebut di antaranya mulai dari tempe berbumbu kuning dengan parutan kepala, telur rebus, ayam goreng, sayur-sayuran, hingga berbagai pelengkap lainnya yang memperkaya rasa dan tampilan nasi Bogana.

“Yang namanya Bogana itu yang potongan tempe tahu yang dimasak pakai bumbu kuning,” terang Nina.

Meski harus bangun sejak dini hari, Nina mengaku antusias untuk mengikuti perlombaan ini. “Lumayan repot memasaknya, tapi kami semangat untuk ikut buat memeriahkan ulang tahun Cirebon,” kata Nina.

Setelah semua selesai disiapkan, Nina bersama beberapa warga dari lingkungannya membawa nasi Bogana buatan mereka ke Kantor Kelurahan Pekalipan. Di sana, nasi bogana mereka ditata berjejer bersama hidangan serupa yang dibuat warga dari RW lain.

Di dekat deretan nasi bogana, Wati tampak fokus memperhatikan setiap tampilan hidangan yang tersusun rapi di atas meja. Di tangannya tergenggam sebuah catatan yang sesekali ia lirik sambil meneliti satu per satu nasi bogana yang terhidang.

Wati merupakan Analis Ketahanan Pangan dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Kota Cirebon. Dalam perlombaan ini, Wati ditunjuk sebagai salah seorang juri.

Wati mengatakan ada beberapa hal yang menjadi poin penilaian. Antara lain mulai dari tampilan, susunan lauk-pauk dan beberapa hal lainnya.

“Ada lima poin yang jadi penilaian. Pertama platingnya penyajiannya. Kedua, bogananya ada tidak, yang potongan tempe tahu pakai bumbu kuning. Ketiga, ada tidak bahan pangan lokal. Keempat, kandungan nutrisinya, dilihat dari komposisinya. Dan kelima, yaitu rasanya,” kata Wati.

“Dan ini nasi bogananya semuanya bagus-bagus. Platingnya juga cantik-cantik. Total semuanya ada 12 nasi bogana dari 12 RW,” tambahnya.

Di tengah kesibukannya menilai satu per satu hidangan, Wati menjelaskan makna di balik nasi bogana yang tengah dilombakan. Menurutnya, nasi bogana adalah salah satu kuliner khas Cirebon yang sarat nilai tradisi.

“Nasi bogana ini merupakan makanan khas Cirebon. Yang khas dari nasi bogana ini adalah tahu tempe yang dimasak dengan bumbu kuning dan parutan kelapa. Biasanya memang ada lauk-pauk lain, seperti telur, ayam, sambal goreng dan lain-lain,” ungkapnya.

Di masal lalu, Wati menerangkan bahwa nasi bogana sendiri merupakan salah satu sajian istimewa yang biasa dihidangkan di lingkungan keraton. “Makanan ini walaupun terlihat sederhana, tapi memiliki akar yang kuat dalam tradisi makan para sultan,” jelasnya.

Setelah penilaian selesai, 12 tumpeng nasi Bogana dibawa dalam iring-iringan menuju makam Syekh Maulana Maghribi, salah satu tokoh yang dihormati di wilayah Kelurahan Pekalipan.

Sejumlah warga, perangkat kelurahan, hingga keluarga Keraton Kanoman turut serta dalam iring-iringan tersebut. Setibanya di gerbang makam, alunan musik gembyung pun menyambut kedatangan mereka. Iring-iringan kemudian melangkah masuk ke area makam dan menggelar tahlilan.

Setelah tahlilan selesai, suasana kebersamaan terasa hangat saat mereka menyantap nasi bogana buatan warga secara bersama-sama.

Sementara itu, Lurah Pekalipan, Mimin Minarsih, menjelaskan bahwa perlombaan 12 tumpeng nasi bogana dan iring-iringan ziarah ke Makam Syekh Maulana Maghribi merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi ke-598 Cirebon.

Di Kelurahan Pekalipan sendiri, berbagai kegiatan telah disiapkan oleh pihak kelurahan untuk turut memeriahkan hari jadi Kota Udang.

“Hari ini kita adakan lomba nasi bogana. Setelah selesai nasi bogana kita arak ke Makam Syekh Maulana Maghribi. Kita tahlil bersama di sana. Selesai tahlil, kita botram atau bancakan,” kata Mimin.

Tak hanya itu, Kelurahan Pekalipan juga menggelar pertunjukan seni yang menampilkan beragam tarian tradisional khas Cirebon, salah satunya kesenian Tari Topeng.

Di sisi lain, suasana di sekitar Kelurahan Pekalipan juga semakin semarak dengan hadirnya bazar UMKM yang menyajikan aneka jajanan dengan melibatkan warga setempat. “UMKM-nya tiga hari. Dan ini UMKM-nya dari Keluarga Pekalipan,” kata Mimin.