Mencicipi Mi Bakso Seporsi Goceng di Tasikmalaya

Posted on

Sejak dulu Tasikmalaya dikenal dengan kuliner mi bakso. Di kota ini banyak pedagang mi bakso yang terkenal kelezatannya.

Tapi dari sekian banyak pedagang mi bakso di Tasikmalaya, ada satu yang dapat dikatakan luar biasa, bahkan mencengangkan.

Betapa tidak, pedagang bakso yang satu ini menjual semangkuk mi bakso seharga Rp 5 ribu. Tahun 2025 ada mi bakso seharga Rp 5 ribu, tentu jadi barang langka.

Cukup goceng, kita bisa menikmati beberapa butir bakso, plus sejumput mi, bihun dan sayuran yang diguyur kuah gurih.

Selasa (29/4/2025) siang, infoJabar mencoba menyambangi pedagang mi bakso ini. Lokasinya berada di depan SD Pengadilan, Jalan Tarumanagara Kota Tasikmalaya. Gerobak mi baksonya sedang didatangi pembeli.

Meski terlihat seperti pedagang keliling, atau mi bakso gerobakan, tapi pedagang ini hanya mangkal di dua titik, yakni di depan SD Pengadilan dan di halaman eks Kantor Damri Tasikmalaya. Di jam sekolah, dia mangkal di depan SD Pengadilan. Menjelang petang dia bergeser ke halaman Kantor Damri.

“Oh iya siap,” kata Sulardi, pedagang bakso itu saat diminta membuatkan porsi goceng.

Tangan pria asal Solo tampak cekatan membuat pesanan, tak lebih 2 menit semangkuk bakso siap disantap.

Porsi Rp 5 ribu itu terdiri dari 2 butir bakso ukuran sedang, 5 butir bakso ukuran seujung jari, serta mi dicampur sayuran dan kuah panas.

Tak mau menunggu sampai dingin, mi bakso berharga murah ini langsung diicip-icip. Rasanya lumayan enak, terasa gurih dan pedas karena sempat dibubuhi sesendok sambal. Tekstur baksonya sedikit kenyal, tapi tak terasa ada citarasa daging sapi. Sementara untuk porsinya pas, cukup untuk membungkam perut yang berisik keroncongan.

“Ini baksonya pakai daging ayam, bukan daging sapi. Kalau pakai daging sapi ya tidak terkejar (harga jualnya),” kata Sulardi.

Meski yang dia jual bakso daging ayam, tapi tetap saja jika harga jual Rp 5 ribu masih relatif murah.

Jika diperbandingkan, Rp 5 ribu itu sama dengan jajan cilok, yang dibuat tanpa campuran daging, tanpa mi, tanpa kuah dan bumbu lainnya.

Dia mengatakan bersedia melayani pembelian Rp 5 ribu karena banyak pembelinya yang merupakan anak sekolah dan kalangan tertentu.

“Ya banyak yang beli anak-anak sekolah, sesama PKL atau ojol, yang kepengen jajan mi bakso. Jadi nggak apa-apa, beli Rp 5 ribu juga,” kata pria yang akrab disapa Mas Lardi ini.

Jika diperhitungkan, menjual bakso Rp 5 ribu jelas minim keuntungan. Tapi Mas Lardi berharap dari kuantitas, serta berharap keberkahan atas usahanya itu.

“Ya memang minim untungnya, tahu sendiri semua bahan makanan harganya naik terus. Tapi kan kalau yang belinya banyak, kerugian bisa ketutup, pasti ada untungnya. Lagi pula kita usaha kan nggak cuma cari untung, cari keberkahan juga,” kata Mas Lardi.

Dia juga menjelaskan tak semua pembeli meminta porsi Rp 5 ribu, biasanya hanya anak sekolah dan kalangan tertentu saja yang meminta porsi hemat itu.

“Jadi Rp 5 ribu itu setengah porsi, kalau seporsi Rp 10 ribu,” kata Mas Lardi.

Lebih lanjut dia juga mengaku di tahun 2025 ini tantangan usahanya agak berat. Dia mengalami penurunan omzet, ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Menurut dia kondisi serupa dialami oleh seluruh pedagang mi bakso yang dia kenal.

“Kalau untuk mi bakso tahun 2025 ini sedang turun, semua bilang begitu. Saya juga merasakan, tidak tahu apa sebabnya,” kata Sulardi.

Meski demikian dia tak gentar dan akan terus menekuni usaha yang telah menjadi penopang kehidupannya sejak lama. “Tapi bersyukur saja, masih bisa berjualan juga sudah Alhamdulillah,” kata Sulardi.

Kristian (28) salah seorang pembeli mengakui harga murah dari mi bakso ini. Namun demikian dia mengaku tak sampai hati jika selalu membeli seharga Rp 5 ribu, sehingga dia membelinya dalam porsi Rp 10 ribu.

“Kalau beli Rp 5 ribu jarang, kecuali kalau lagi nggak punya duit. Tapi memang kalau beli Rp 10 ribu atau seporsi, kita kekenyangan. Kan bakso sedangnya dapat 4 butir, belum yang kecil-kecilnya,” kata Kristian.

Dia mengaku kerap membeli mi bakso Mas Lardi untuk menu makan siang. “Sering jadi menu makan siang, baso disanguan (bakso tambah nasi). Murah meriah, kenyang,” katanya.