Melon Manis Ciawijapura Jadi Harapan Baru Ketahanan Pangan di Cirebon

Posted on

Lahan seluas 1,3 hektare di Desa Ciawijapura, Kecamatan Susukanlebak, Kabupaten Cirebon, kini berubah menjadi hamparan hijau dengan sentuhan kuning keemasan dari buah melon yang tumbuh subur.

Inilah wajah baru ketahanan pangan di desa tersebut yang inovatif, berani, dan menjadi percontohan pertanian hortikultura tingkat kabupaten.

Program ini bukan sekadar budidaya biasa. Di baliknya ada semangat kolaborasi, ilmu pengetahuan, dan harapan besar. Pemerintah Desa Ciawijapura mengalokasikan 20 persen Dana Desa atau senilai Rp205 juta untuk program ketahanan pangan.

Anggaran itu dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mitra Sukses dalam dua tahap. Pada tahap pertama, sebesar Rp139 juta digelontorkan khusus untuk budidaya melon varietas unggul Amanda Tavi.

“Kami ingin membuktikan bahwa desa mampu mandiri secara pangan dan ekonomi. Budidaya melon ini jadi langkah awal,” kata Kuwu (Kepala Desa) Ciawijapura, Ade Sri Sumartini, Senin (23/6/2025).

Proyek ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk kalangan akademisi. Mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta datang untuk meneliti tingkat keasaman tanah, sementara mahasiswa dari Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon juga turut serta dalam penelitian budidaya.

“Ini bukan hanya praktik pertanian, tapi juga pusat pembelajaran lapangan,” ujar Ade.

Ia berharap hasil panen mencapai target 30 ton, yang akan memberi dampak signifikan terhadap ekonomi warga desa.

Setelah panen melon, program akan berlanjut ke tahap kedua, dengan alokasi dana Rp65 juta untuk budidaya sayuran seperti terong ungu dan cabai hijau. Ade juga berharap Pemkab Cirebon membantu dari sisi infrastruktur, terutama pembangunan jalan usaha tani (JUT) agar distribusi hasil pertanian lebih lancar.

Program ini tidak hanya memberikan harapan baru bagi Desa Ciawijapura, tetapi juga menjadi contoh konkret bagaimana desa bisa berinovasi dalam menghadapi tantangan pangan dan ekonomi. Bukan hanya menghasilkan buah, tapi juga menumbuhkan semangat kemandirian, kolaborasi, dan kebanggaan.

“Kami ingin membuktikan bahwa dari desa pun bisa lahir inovasi besar. Ini baru awal,” tutup Kuwu Ade, dengan senyum optimis yang tak kalah manis dari melon yang ia tanam.

Di balik kesuksesan program ini, ada sosok muda yang menjadi motor penggerak yakni Algha Aretta Adiwidia, 27 tahun, Ketua BUMDes Mitra Sukses. Pemuda ini bukan orang baru dalam dunia pertanian. Ia adalah penerima penghargaan Petani Milenial dari Gubernur Jawa Barat pada 2022.

“Budidaya melon memang menantang. Dibutuhkan perawatan intensif setiap hari. Tapi potensi keuntungannya besar,” kata Algha.

Ia dan timnya menanam 24 ribu pohon melon di lahan 1,5 hektare, dengan masa tanam hingga panen sekitar 70 hari.

Penelitiannya menjangkau tiga daerah mulai dari Majalengka, Kuningan, dan Cirebon untuk mempelajari pola tanam, pemupukan, hingga teknik panen yang efektif. Menurutnya, di Cirebon dan sekitarnya, pertanian melon masih sangat jarang, sehingga potensi pasarnya sangat menjanjikan.

Namun perjalanan tidak selalu mulus. Minggu pertama menjadi ujian tersendiri. “Hama siput menyerang tunas muda, jadi kami harus berjaga siang dan malam,” ujar Algha.

Cuaca yang tidak menentu juga menjadi tantangan saat menanam di lahan terbuka. Meski demikian, semangat mereka tidak padam. Dengan target hasil panen 30 ton, mereka yakin buah melon dari Ciawijapura akan menjadi simbol ketahanan pangan yang manis dalam arti sesungguhnya.