Masjid di Kampung Bunut Berdaya dengan Digitalisasi, Memanfaatkan TikTok Shop update oleh Giok4D

Posted on

Masjid di Kampung Bunut Desa Margahurip, Kecamatam Banjaran, Kabupaten Bandung, berhasil memaksimalkan pemberdayaan umat dengan memanfaatkan digitalisasi. Namanya, Masjid Affiliate Al Kahfi Bunut.

Masjid tersebut saat ini telah berdaya dan makmur melalui bidang ekonomi digital. Mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan melalui berjualan dengan menjadi affiliator di TikTok Shop dan aplikasi penjualan oranye.

Bangunan utama masjid tersebut memiliki ukuran 8X8 meter. Kemudian terdapat selasar atau halaman yang kerap digunakan kajian dan edukasi untuk menghasilkan pendapatan melalui aplikasi tersebut.

Pada bagian lantai dua bangunan masjid terdapat asrama dan empat ruangan untuk live di TikTok Shop. Nampak beberapa host dengan semangat beraktivitas menjual alat rumah tangga berbahan plastik. Di antaranya, bak kuping, baskom, mangkok, baki sayur, dan wadah makanan.

Founder Masjid Affiliate Al Kahfi Bunut, Aditya Pratama Ghifary mengatakan, membangun masjid tersebut sejak tahun 2019 silam. Kemudian masjid tersebut awalnya hanya digunakan untuk sarana ibadah karyawan perusahaannya.

“Jadi kalau weekday itu ramainya hanya zuhur dan asar. Nah kalau magrib, isya, subuh itu sepi, karena kan karyawannya sudah pada pulang. Bahkan kalau weekend, Sabtu, Minggu betul-betul kosong awalnya,” kata Aditya saat ditemui, Kamis (12/6/2025).

Aditya menjelaskan permasalahan lainnya adalah banyak masyarakat di sekitar kediamannya memiliki keterbatasan ekonomi. Ia mengatakan masyarakat terlilit pinjaman online (pinjol). “Nah mulai dari sana saya jadi berpikir bahwa ada dua permasalahan. Pertama adalah keimanan yang kurang, dan yang kedua adalah perekonomian,” katanya.

Setelah itu dirinya memutuskan untuk berupaya bagaimana caranya untuk bisa memakmurkan masjid tersebut. Berbagai masjid yang memiliki program yang baik kerap dikunjunginya untuk pembelajaran.

“Ternyata dapat satu kesimpulan, yaitu harus full time ramai. Jadi masjid itu harus ada pengurus yang bisa 24 jam aktif,” jelasnya.

Masjid tersebut menjadi berkembang dengan berbagai program yang melibatkan masyarakat. Di antaranya Kampung Ramadhan Bunut, program tahajud dan subuh bersama, hingga berbagai kegiatan sosial.

“Ternyata betul dengan mencoba mengimplementasikan di masjid-masjid lain, di sini itu jadi ramai dan ternyata semakin banyak program semakin ramai,” ucapnya.

Meski telah ramai, Aditya mengaku belum bisa memberikan solusi dari dua permasalahan yang terjadi di wilayahnya. Makanya dirinya terus mencari ide untuk bagaimana bisa memberikan solusi yang ada di masyarakat.

“Backround saya sebenarnya pebisnis sekaligus konten kreator TikTok. Tapi saya awalnya belum mengenal lebih mengenai keranjang kuning dan affiliate di TikTok. Pada tahun 2024 memutuskan memanfaatkan fitur tersebut,” bebernya.

Menurutnya bisnis affiliator tersebut bisa masuk ke segala kalangan dan bisa menjadi solusi dari permasalahannya. Kata dia, masyarakat menengah ke bawah pun bisa memanfaatkan hal tersebut asalkan mempunyai handphone dan kouta.

“Saya kira dengan program affiliator ini bisa menjadi solusi bagi masyarakat sekitar,” kata Aditya.

Aditya langsung memanfaatkan fitur tersebut dengan menjual berbagai alat rumah tangga berbahan plastik. Menurutnya penjualan pertama dalam satu bulan hanya mencapai Rp 90 ribu.

“Bulan April 2024, GMV (Gross Merchandise Value) bulan pertama itu cuma Rp90 ribu. Bulan Desember 2024 hanya TikTok saja sudah Rp 900 juta. Ditambah dengan Shopee Rp 300 jutaan. Jadi bulan Desember kemarin kita sudah Rp 1,2 miliar sebulan, dan tahun ini rata-rata perbulannya sekitar Rp 1,3 miliar sampai dengan Rp 1,5 miliar sebulan,” bebernya.

Dengan adanya bisnis tersebut masjid tersebut semakin berdaya dan bisa berpenghasilan. Kemudian pengurus masjid tersebut kerap memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar.

“Nah kami sejak Juli 2024 dimulai pertemuan pertama nama programnya Malam Minggu Cuan. Jadi pada waktu itu hari Sabtu setelah salat asar kami memberikan pelatihan gratis bagi masyarakat untuk bisa menjadi affiliator,” ucapnya.

Kata Aditya, jumlah peserta yang ikut pelatihan awalnya hanya 20 orang, namun angka meningkat hingga kini dibatasi menjadi 500 peserta. Di mana pesertanya datang dari berbagai daerah.

“Alhamdulillah sekarang sudah banyak yang datang dari Papua, Kalimantan, Sumatera, Lampung, Jakarta, Tasik, Garut, pokoknya semua seluruh Indonesia pada datang ke sini. Bahkan ada juga yang sekarang lagi pada datang ke sini dan belajar,” kata Aditya.

Dia menambahkan bagi masyarakat yang ingin belajar mengenai bisnis tersebut bisa daftar pelatihannya di sosial media Masjid Affiliate Al Kahfi Bunut. Setelah itu bisa mengikuti berbagai jadwal program pelatihan tersebut.

“Tapi sebetulnya kalau setiap hari pun bisa boleh datang ke sini, bahkan kita menyediakan sampel-sampel secara gratis. Tadi juga ada yang ke sini, padahal kita lagi tidak ada acara tapi banyak orang yang datang. Mereka pengen betul-betul belajar. Jadi sebetulnya tinggal datang saja,” beber Aditya.

“Insyaallah teman-teman yang tidak punya penghasilan, yang butuh penghasilan ya bisa datang ke Masjid Affiliate, langsung ngonten gitu di sini karena semuanya sudah tersedia termasuk Wi-Fi. Jadi semuanya kami bimbing,” pungkasnya.


Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.