Kronologi Bayi Nadira Meninggal di IGD RSUD Palabuhanratu baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Unggahan pilu di media sosial tentang layanan kesehatan di Kabupaten Sukabumi lagi-lagi viral. Usai kasus kesehatan balita Raya, kini giliran kisah Nadira Meysa Fauzia, balita berusia 1 tahun, yang mengembuskan napas terakhirnya di IGD RSUD Palabuhanratu. Bagaimana kisahnya?

Kisah ini bermula saat Nadira mendapat penanganan di IGD dengan kondisi yang menurut keluarga sudah benar-benar kritis. Dalam video yang diunggah akun Joe Alfatih, terlihat situasi bayi Nadira sejak awal masuk, saat tubuhnya melemah, hingga akhirnya meninggal dunia di ranjang IGD.

“Keluarga Nadira sempat menggenggam tangan balita satu tahun itu dengan doa yang tak putus-putus. Tiga hari dua malam sudah mereka menunggu kabar ruang perawatan kosong. Sampai kemudian pada Sabtu (23/8/2025) sore, pukul 16.30 WIB, Nadira mengembuskan napas terakhirnya,” kata Irwan, pemilik akun Facebook Joe Alfatih, Senin (25/8/2025).

Isak tangis pecah. Ruang IGD terasa sesak. Harapan yang dijaga selama tiga hari itu runtuh seketika.

Irwan adalah seorang relawan sosial Desa Loji sekaligus pemilik akun Facebook Joe Alfatih, yang sejak awal mendampingi keluarga. Ia masih ingat jelas kepanikan sore itu.

Nadira awalnya dibawa ke RSUD Palabuhanratu karena keluhan jantung bocor. Ia sempat mendapat penanganan selama beberapa hari sampai akhirnya dokter memperbolehkan Nadira pulang karena kondisinya dinilai stabil, hanya menyisakan batuk ringan.

Namun, tak lama setelah tiba di rumah, batuknya makin parah, dan keluarganya kembali membawa Nadira ke rumah sakit.

“Kita dapat informasi jam 1 siang saat itu, keluarga Nadira minta bantuan katanya ruangan belum tersedia. Kondisi si balita sudah membiru, kata keluarga ada keluhan jantung bocor,” jelas Irwan.

Setelah kembali ke rumah sakit, Nadira hanya bisa menunggu di IGD. Ruang perawatan dan HCU penuh. Selama tiga hari dua malam, tubuh mungilnya terbaring di bawah lampu putih ruangan darurat. Sementara keluarga menunggu keajaiban, kondisi Nadira terus menurun.

“Kirain saya kalau ICU penuh, IGD penuh, dirujuklah ke RS lain. Ini malah dibiarkan di IGD. Ya menyayangkannya itu. Tindakan medis memang sudah sesuai prosedur, cuma menyayangkannya itu,” ungkap Irwan.

Menurutnya, pembicaraan soal rujukan baru dilakukan ketika Nadira sudah dalam kondisi kritis. Saat keluarga menunggu keputusan, bibir Nadira mulai membiru dan napasnya berburu.

“Pak Wabup juga menyayangkannya. Kenapa enggak dirujuk ketika sudah berbusa, baru dirujuk, kan enggak etis,” katanya lirih, mengungkap pasca kepergian Nadira ia menguubungi Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Sukabumi Hamzah Gurnita yang kemudian datang bersama Wakil Bupati Sukabumi, Andreas.

Irwan mengatakan, meninggalnya Nadira menyisakan luka mendalam bagi keluarga Bapak Syamsudin dan Ibu Neng Diah. Putri bungsu mereka pergi dengan cara yang menyesakkan.

“Kini menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga suami istri Syamsudin dan Neng Diah, atas meninggalnya putri bungsunya, Nadira Meysa Fauzia. Yang menjadi persoalan kenapa RS tidak mengambil langkah buat rujukan, udah tahu kondisi pasien urgen, pihak keluarga pun menyayangkanya itu, harus evaluasi benar nih RSUD Pelabuhanratu soalnya bukan kali ini saja, jadi harus bener-bener evaluasi,” ujarnya.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Menurut Irwan, pihak rumah sakit memang sudah menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga. Namun, ia menilai permintaan maaf saja tidak cukup.

“Walaupun kemarin dari pihak IGD meminta maaf atas kelalaiannya kepada pihak keluarga, namun tidak cukup meminta maaf, ini harus jadikan cermin buat ke depan jangan sampai terulang dan terulang lagi. Jangan juga sidak-sidak dari Bupati Asep Japar, Ketua Komisi II Dewan Hamzah Gurnita, Wabup Andreas jangan dianggap main-main, harus dijadikan evaluasi motivasi buat rekan medis ke depannya bagaimana pelayanan di IGD ini lebih ekstra dan nyaman buat masyarakat, kasih penjelasan juga bisa dimengerti di mata masyarakat, kasih paham masyarakat yang bisa dimengerti dan dipahami,” tegasnya.

Sebelumnya, pihak RSUD Palabuhanratu memberikan penjelasan resmi atas kasus ini. Direktur RSUD, Rika Mutiara, mengatakan pihaknya sudah menerima laporan lengkap dan berjanji akan melakukan audit internal untuk mengevaluasi prosedur penanganan pasien darurat.

“Saya sudah dapat laporannya, besok kita audit internal. Mungkin statement-nya, semua kasus menjadi pembelajaran yang sangat berharga. Audit internal itu untuk memperbaiki dan refresh kembali untuk menuju pelayanan yang lebih baik,” ujar Rika.

Rika juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Nadira. Menurutnya, Nadira bukan pasien baru, melainkan sebelumnya sudah pernah ditangani oleh dokter spesialis anak rumah sakit tersebut.

“Atas kedukaan ini, kami turut berduka. Karena pasien ini bukan pasien baru, tapi sudah pernah ditangani oleh dr SpA kami,” jelasnya.

Selain itu, Rika menambahkan, berdasarkan keterangan kepala IGD, opsi rujukan sebenarnya sempat dibicarakan dengan keluarga. Namun, terdapat perbedaan informasi yang membuat RSUD belum bisa memberikan penjelasan final.

“Kalau keterangan dari kepala IGD, ini sudah ditawarkan ke keluarga. Tapi saya juga dengar lagi, keluarga menyangkal. Saya belum bisa jawab lebih lanjut, ingin rapat dulu dengan tim IGD kemarin,” katanya.