Koperasi Pemilik Angkutan Masyarakat (Kopamas) menjelaskan skema untuk rencana pengoperasian angkot listrik yang diberi nama Angklung. Angkot itu akan diuji coba pekan depan dengan rute Gunung Batu – Stasiun Bandung.
Ketua Kopamas Kota Bandung Budi Kurnia mengatakan, nantinya, Angklung akan beroperasi dengan Pemkot Bandung sebagai regulator atau pembuat aturannya. Penyediaan Angklung bakal diserahkan ke para pengusaha angkutan sebagai bagian dari wacana peremajaan angkot.
“Jadi Pak Wali Kota Bandung itu sebagai regulatornya, kami sebagai operatornya. Penggantian kendaraan itu nanti domainnya kami, pemerintah hanya menyediakan aturannya aja,” katanya, Rabu (29/10/2025).
“Jadi yang mengganti angkot itu dari kami, koperasi. Karena selama ini ada persepsi yang salah di masyarakat kalau angkot ini nanti akan dibeli oleh Pemkot,” ucapnya menambahkan.
Budi Kurnia menyatakan, anggota Kopamas nantinya akan disarankan untuk mengganti angkot konvensional ke Angklung. Namun menurutnya, semua itu akan bergantung terhadap kemampuan para pengusaha.
“Rencana sih pengennys semua trayek. Tapi ya balik lagi ke (pengusaha) angkotnya. Kalau saya pribadi, karena saya punya angkot, saya akan ganti dengan mobil listrik,” ujarnya.
Ia membeberkan, dari sisi biaya operasional, Angklung lebih terjangkau dibandingkan dengan angkot konvensional. Angkot konvensional berdasarkan catatannya, butuh biaya Rp 200 ribu setiap 200 kilometer, sedangkan Angklung hanya butuh Rp 30 ribu.
Namun demikian, modal awal untuk membeli Angklung memang terbilang besar. Untuk satu unit Angklung, kisaran harganya bisa memakan biaya senilai Rp 400 juta.
“BOK (biaya operasional kendaraan)-nya rendah dibanding konvensional. Meskipun investasi di awalnya tinggi, tapi akan kami sarankan untuk anggota kami di Kopamas beralih ke kendaraan listrik ini,” pungkasnya.
