Kisah Pemandian Kuda Keramat dan Jejak Legenda Si Windu di Kuningan

Posted on

Di Kelurahan Winduhaji, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan terdapat sebuah aliran sungai yang sering digunakan untuk tempat memandikan kuda. Konon, tempat dengan tulisan Pemandian Kuda Si Windu tersebut sudah dijadikan pemandian kuda selama ratusan tahun.

Oleh warga sekitar, lokasi tempat pemandian kuda tersebut masih dikeramatkan hingga hari ini. Salah seorang warga sekitar, Yayan (40) mengatakan, sungai yang digunakan untuk memandikan kuda tersebut merupakan bagian dari aliran Sungai Cikedung.

Biasanya, lanjut Yayan, kuda akan dimandikan di sungai Cikedung setiap malam Jumat Kliwon. Kuda-kuda yang dimandikan mayoritas dimanfaatkan sebagai delman. Menurutnya, setiap malam Jumat Kliwon, ada sekitar puluhan ekor kuda yang dimandikan di aliran Sungai Cikedung.

“Biasanya itu hari Kamis malam Jumat Kliwon. Waktunya dari sore jam magrib, lanjut lagi pada Jam 02.00 WIB sampai subuh. Banyak, ada sampai 30 lebih kuda. Kebanyakan kuda delman, dari dulu sudah turun temurun pada dimandikanya di sini, ” tutur Yayan, Senin (2/5/2025).

Menurut Yayan, aliran Sungai Cikedung diyakini kusir delman dapat membuat kuda menjadi lebih kuat, lebih semangat dan bisa menarik penumpang lebih banyak. “Tujuannya biar kudanya jadi lebih kuat, nggak sakit, bisa narik penumpang lebih banyak. Itu yang dipercayai ya mah. Tapi tetep mintanya ke Allah,” tutur Yayan.

Yayan memaparkan, adanya mitos yang dipercaya oleh banyak kusir delman tersebut tidak lepas dari asal-usul pemandian kuda Sungai Cikedung. Menurutnya, dulu Sungai Cikedung digunakan sebagai tempat memandikan kuda legendaris Kuningan yang bernama Si Windu.

Kuda Si Windu dikenal sebagai kuda yang kuat dan gesit yang digunakan oleh seorang tokoh yang bernama Pangeran Arya Kemuning atau Adipati Kuningan, yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Menurut Yayan, karena ketangkasannya, Kuda Si Windu sering digunakan oleh Pangeran Arya Kemuning untuk berperang.

“Kalau asal-usulnya itukan dari Kuda Si Windu, kudanya kuat, gesit, dulu mandinya di sini. Kudanya sering dibawa perang oleh Pangeran Arya Kemuning, tokoh Kuningan anaknya Sunan Gunung Jati,” tutur Yayan.

Senada dengan Yayan, penduduk sekitar lain, Yana juga mengatakan, sejak dirinya kecil Sungai Cikedung memang sering dijadikan tempat untuk memandikan kuda. Tidak hanya dari Winduhaji, kuda yang dimandikan di Sungai Cikedung juga banyak yang berasal dari daerah lain di Kuningan.

“Yang mandiin kuda di sini, asalnya dari mana-mana. Ada yang dari Cijoho, Lebakkardin, Cikepuh, itu memandikan kudanya di sini semua. Asal-usulnya dulu Si Windu kuda paling gagah di Kuningan, dimandikan di sini,” tutur Yana.

Menurut Yana, tidak ada ada tata cara khusus dalam memandikan kuda di Sungai Cikedung. Kusir hanya perlu membawa kudanya ke aliran Sungai Cikedung untuk dimandikan. Lalu, setelah dirasa cukup, kuda akan dikeringkan lalu dipasangi kembali aksesoris kuda delman.

“Nggak terlalu dalam airnya, paling cuman sepinggang. Nggak ada ritual, kudanya langsung saja di masukin ke sungai, kan nggak terlalu dalam,” tutur Yana.

Sementara itu, pemerhati sejarah dan budaya Kuningan, Asep Budi mengatakan, adanya pemandian kuda Si Windu yang dikeramatkan menunjukkan bahwa kuda Si Windu memang ada dalam sejarah Kuningan.

“Bahkan di Kuningan, dikenal Pemandian Kuda Si Windu di Cikedung, yang masih dikeramatkan. Pemandian Kuda Si Windu merupakan bukti dari keberadaan kuda ini dalam sejarah Kuningan. Si Windu konon dimandikan setiap menjelang Jumat Kliwon,” pungkas Asep.

Sungai Cikedung sekarang kondisinya tampak tidak terawat hal ini diungkapkan oleh salah seorang warga sekitar yang bernama Yana. Menurut Yana, berbeda saat dirinya kecil dulu, di mana Sungai Cikedung airnya bersih, sekarang sungai Cikedung mulai kotor karena banyaknya orang yang membuang sampah di sungai.

“Sekarang airnya makin dangkal, karena nggak ada yang ngurus. Banyak orang buang sampah sembarangan, itu sampahnya dari mana-mana. Padahal kan sudah dilarang buang sampah sembarangan,” tutur Yana.

Pantauan infoJabar di lokasi, tampak beberapa sampah plastik masih ditemukan melintas di aliran Sungai Cikedung. Selain sampah yang masih ditemukan di aliran sungai, fasilitas yang ada di sekitar Sungai Cikedung juga tampak tidak terawat, seperti lampu yang tidak berfungsi dan hilang, serta hiasan cat di sungai sekitar pemandian yang mulai pudar.

Padahal, lanjut Yana, dengan sejarah di baliknya, sungai Cikedung memiliki potensi yang besar untuk dijadikan tempat wisata. “Lampunya sudah pada mati. Itu tulisannya Pemandian Si Windu, kalau malam harusnya nyala tapi sekarang mati. Padahal ini bisa jadi tempat wisata,” tutur Yana.

Senada dengan Yana, warga sekitar lain Yayan juga menyayangkan kondisi Pemandian Kuda Si Windu tersebut. Menurutnya, setelah direvitalisasi beberapa tahun yang lalu. Kini, kondisi pemandian kuda Si Windu menjadi tidak terawat.

“Sayang nggak terawat. Waktu Pembukaannya itu sama Pak Bupati Acep. Apalagi ini kan masuknya Kuningan Kota,” tutur Yayan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Kuningan Elon Carlan mengatakan pemandian Kuda Si Windu bisa jadikan sebagai tempat wisata di Kuningan. Soal tak terawatnya pemandian keramat itu, Elon mengaku akan berbagi tupoksi dengan dinas terkait. Menurutnya, Disporapar Kuningan akan berfokus untuk mempromosikan potensi wisatanya.

“Bisa. Kita baru bubar rapat koordinasi untuk berbagi peran antar tupoksi dinas. Tugas saya mempromosikan potensi wisatanya. Untuk penataan kita bagi tugas,” pungkas Elon.

Tak Terawat