Kewaspadaan Jadi Senjata Hadapi Ancaman Sesar Lembang

Posted on

Bendera merah putih terlihat menempel di dinding Gunung Batu Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Nuansa kemerdekaan masih terasa meski peringatannya sudah lewat hampir sepekan. Euforia berganti waspada. Bukan soal ancaman perang, namun bahaya potensi bencana gempa bumi Sesar atau Patahan Lembang. Sepekan belakangan, sesar aktif itu bergeliat memicu rentetan gempa di Bandung Raya.

Gempa-gempa yang untungnya berkekuatan di bawah magnitudo 3 itu mengundang rasa penasaran orang-orang. Sebagian menaruh perhatian, sebagian lagi justru skeptis dan menganggap ujaran para ahli yang berseliweran di media masa justru bentuk teror dan pupuk menumbuhkan ketakutan. Sesar Lembang sendiri membentang sepanjang 29 kilometer dari ujung utaranya di Cilengkrang, Kabupaten Bandung, hingga ujung baratnya di Padalarang, Bandung Barat.

Di Minggu (24/8/2025) pagi, puluhan orang menapaki permukaan Gunung Batu, yang diyakini merupakan bukti sahih Sesar Lembang. Batuan itu timbul akibat aktivitas gempa bumi sejak jutaan tahun lalu. Jalan terjal menuju puncak Gunung Batu setinggi 1.228 mdpl itu tak sulit sebetulnya. Dari Jalan Pagerwangi, tinggal menapaki permukaan tanah merah berbatu dibalut hijau vegetasi yang tak terlalu rimbun.

Rombongan peserta kegiatan geotrack yang diinisiasi BPBD Kota Bandung menggandeng relawan dan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu lalu berhenti di bawah bebatuan berukuran besar yang biasa dipakai sebagai sarana latihan olahraga panjat tebing.

“Di Indonesia itu, kalau belum melihat langsung biasanya kurang percaya. Orang ada teroris saja yang nonton, gitu ya. Jadi itu poinnya. Makanya kami ajak langsung orang-orang ke Gunung Batu, yang menjadi bukti aktivitas gempa Sesar Lembang,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Bandung, Didi Ruswandi saat ditemui, Minggu (24/8/2025).

“Kedua, kami juga ingin mendapatkan penjelasan dari ahlinya, Kang Mudrik (peneliti BRIN). Jadi Kang Mudrik menjelaskan di sini, Sesar Lembang itu kejadiannya seperti apa, fungsinya seperti apa, kemudian kalau ada dampak negatifnya bagaimana,” imbuhnya.

Ancaman Sesar Lembang sudah di depan mata. Tak ada yang bisa memprediksi kapan bakal terjadi dan berapa kekuatannya. Ketimbang memusingkan hal itu, Didi menekankan pentingnya mempersiapkan diri menghadapi ancaman tersebut. “Sangat penting (mitigasi), malah jadi prioritas pertama. Kemarin Pak Wali Kota (Bandung) sempat minta kami awalnya pas kejadian erupsi Gunung Tangkuban Perahu. Tetapi setelah kita ngobrol dengan PVMBG ternyata untuk Kota Bandung dampaknya relatif kecil sekali. Jadi kami fokus ke Sesar Lembang dan pergerakan tanah,” kata Didi.

Pelaksanaan kegiatan disambut antusias. Salah satunya Taufik Achmad, warga Tamansari, Kota Bandung. Ia rela meluangkan waktu di libur akhir pekan demi menambah pengetahuannya soal Sesar Lembang dan dampak yang bakal ditimbulkannya. “Menurut saya ini penting, sejauh ini masyarakat cuma tahu Sesar Lembang tanpa tahu sebetulnya itu apa, bahayanya bagaimana, pencegahannya seperti apa,” ujar Taufik.

Mitigasi disebutnya menjadi kunci. Hal itu sesuai dengan serapan informasi yang baru didapatkannya setelah melawat ke Gunung Batu Lembang. Nantinya informasi yang ia serap akan disebarkan lagi ke orang-orang terdekat. “Tadi disampaikan bahwa semua harus bersatu, jangan ada lagi ego. Utamanya informasikan ke orang terdekat, cara menyelamatkan diri ketika gempa bagaimana, apa saja yang dibawa, dan banyak informasi lainnya,” ucap Taufik.

Peneliti BRIN, Mudrik Rahmawan Daryono menjelaskan sedikit soal Gunung Batu. Menurutnya, Gunung Batu merupakan bagian dari Sesar Lembang yang dulunya berada satu level. “Kemudian ini (Gunung Baru) terangkat akibat tektonik, bergeser sekitar 120 sampai 460 meter. Dari penelitian, ada pergeseran vertikal sekitar 40 sentimeter, yang kemungkinan akibat gempa magnitudo 6,5-7. Itu bukti pergerakan Sesar Lembang dari waktu ke waktu,” ujar Mudrik.

Menghadapi ancaman Sesar Lembang, Mudrik menyebut peran pemerintah sangat vital. Selain mesti mempersiapkan masyarakat melalui mitigasi berkala, juga mesti mempersiapkan fiskal untuk pra dan pasca peristiwa. “Pemerintah tahu bahwa potensi bahaya Sesar Lembang berdampak ke Cimahi, Bandung Barat, hingga Bandung. Karena itu mitigasi harus serius dan masif dilakukan,” kata Mudrik.