Kabar duka yang datang dari Kemayoran, Jakarta Pusat, baru-baru ini menjadi perhatian serius. Fokus utama investigasi saat ini adalah mencari penyebab pasti insiden tersebut, khususnya dugaan sumber api yang berasal dari baterai.
Ini menjadi perhatian serius, dan meninggalkan tanda tanya besar. Bagaimana mungkin baterai bisa memicu insiden kebakaran besar?
Menurut investigasi awal, menunjukkan dugaan ledakan baterai di lantai satu sebagai sumber api. Insiden ini mendorong refleksi mengenai pentingnya keamanan penggunaan teknologi baterai sejenis dalam kehidupan sehari-hari.
Pasalnya, teknologi baterai Lithium-Ion atau Lithium-Polymer tersebut adalah hal yang sama dengan benda yang hampir setiap hari kita selipkan di saku atau tas yaitu powerbank.
Meskipun terdapat perbedaan skala dan jenis baterai, penting untuk menyadari bahwa teknologi Lithium-Ion yang digunakan pada pengisi daya portabel memerlukan perhatian serius terhadap kualitas dan standar keamanan. Apalagi jika yang kita pakai adalah produk murah meriah tanpa standar keamanan yang jelas.
Lantas, kenapa penyelamat baterai HP ini berpotensi menimbulkan bahaya? Dan bagaimana caranya kita tetap eksis tanpa harus waswas?
Siapa yang tidak tergiur melihat powerbank berkapasitas 20.000 mAh dijual dengan harga yang sangat rendah? Di marketplace, barang seperti ini bertebaran. Namun, di balik harga miring itu, tersimpan risiko yang mahal.
Kunci keamanan sebuah powerbank ada pada komponen bernama BMS atau Battery Management System. Anggap saja BMS ini sebagai otak pintar yang mengatur keluar-masuknya listrik.
Pada powerbank tidak bersertifikasi atau non-standar, fitur ini sering tidak memiliki fitur tersebut demi menekan biaya produksi. Akibatnya fatal. Tanpa BMS, arus listrik akan terus memaksa masuk meski baterai sudah penuh (tidak ada fitur Cut-Off). Lebih parah lagi, banyak produk murah yang ternyata menggunakan sel baterai daur ulang atau bekas laptop lama yang dipoles ulang yang secara kimiawi sudah tidak stabil.
Keamanan nyawa jelas tidak bisa ditawar. Berkaca dari insiden yang terjadi, kita harus lebih selektif. Tenang, aman tidak harus mahal kok. Ini panduannya:
1. Logo SNI Bukan Sekadar Hiasan. Pemerintah tidak main-main soal ini. Pastikan powerbank incaranmu memiliki logo SNI (Standar Nasional Indonesia) fisik di bodinya. Logo ini adalah jaminan bahwa baterai di dalamnya sudah lolos serangkaian tes dan uji coba mulai dari uji panas, tekanan, hingga bantingan sesuai standar keamanan IEC 62133. Jadi, jangan asal beli hanya karena murah, ya.
2. Cek Fitur Anti-Over. Jangan malas membaca spesifikasi di balik kemasan. Cari produk yang dengan tegas mencantumkan fitur perlindungan, seperti Over-Charge Protection yang merupakan fitur otomatis untuk menyetop aliran listrik saat baterai penuh. Lalu Temperature Control yaitu powerbank akan mati sendiri jika suhunya terlalu panas (biasanya di atas 60°C). Tentunya juga memiliki fitur Short Circuit Protection sebuah fitur yang dapat mencegah korsleting jika ada arus pendek.
3. Ada Harga, Ada Rupa. Baterai berkualitas itu modalnya tidak murah. Jika ada yang menjual kapasitas raksasa dengan harga puluhan ribu rupiah, alarm waspada harus menyala. Besar kemungkinan itu barang palsu atau refurbished. Lebih baik beli kapasitas yang wajar (misalnya 10.000 mAh) tapi dari merek resmi dan terpercaya.
4. Ramah dibawa Terbang (Flight Friendly). Jika anda sering bepergian naik pesawat, pastikan powerbank punya keterangan daya dalam satuan Watt-hour (Wh) yang tertulis jelas di bodi. Aturan penerbangan internasional umumnya mengizinkan kapasitas di bawah 100Wh masuk kabin. Kalau tulisannya pudar atau tidak ada, siap-siap saja disita petugas bandara demi keselamatan bersama.
Punya barang bagus pun percuma kalau cara pakainya sembrono. Tanpa sadar, kebiasaan ini sering kita lakukan:
Menumpuk di Tas Sempit: Ngecas HP pakai powerbank lalu dimasukkan ke dalam tas yang penuh sesak adalah resep bencana. Panas yang terperangkap tidak bisa keluar karena sirkulasi udara buruk.
Menyimpannya di Dashboard: Jangan pernah tinggalkan powerbank di dashboard mobil atau jok motor di bawah terik matahari. Suhu kabin yang panas bisa merusak struktur kimia baterai dan memicu ledakan.
Menyimpan Kabel yang Rusak: Kabel yang sudah terkelupas jangan dipelihara. Itu bisa memicu percikan api yang menyambar ke baterai.
Penting untuk selalu memprioritaskan keamanan dan standar kualitas saat memilih perangkat elektronik portabel, mengingat energi membutuhkan perlakuan dan perawatan khusus demi mencegah insiden yang tidak diinginkan.
Yuk, mulai sekarang jadi konsumen yang lebih cerdas. Cek SNI-nya, pahami fiturnya, dan rawat barangnya. Karena sejatinya, gadget canggih tak akan ada gunanya jika kita tidak merasa aman saat menggunakannya.
Demikian ulasan mengenai cara memilih powerbank yang aman agar terhindar dari ledakan berbahaya. Semoga bermanfaat!
Penulis adalah peserta MagangHub Kemenaker
