Di selatan Kabupaten Sukabumi, jauh dari jalan utama dan keramaian wisata populer, Pantai Minajaya terhampar tenang. Pasir hitamnya memanjang, bersentuhan langsung dengan laut lepas yang tak dibatasi beton atau pemecah ombak. Suasana di sini terasa seperti ruang jeda tak terlalu banyak pengunjung, tak banyak bangunan, hanya suara air dan angin.
Bagi Dira (29), yang datang dari Bandung bersama dua rekannya, Minajaya adalah kejutan. Ia mengira akan menemukan pantai biasa. Namun, begitu melangkah dari parkiran ke bibir pantai, ia langsung berhenti sejenak.
“Tempatnya bersih dan sepi. Tidak banyak hal yang dibuat-buat. Saya malah senang enggak ada warung-warung besar di tepi pantai,” katanya saat ditemui infoJabar akhir pekan lalu.
Dira berjalan menyusuri pasir yang sedikit lembap. Sesekali ia melihat karang-karang kecil dan jejak kaki burung. Ia memilih duduk di bawah pohon cemara laut, membentangkan tikar kecil, dan membuka bekal yang dibawanya dari penginapan. Tak ada musik, tak ada jaringan internet yang stabil dan itu justru membuatnya betah.
Beberapa ratus meter dari tempat Dira duduk, Arman (34) seorang mahasiswa semester akhir dari salah satu universitas di Bogor terlihat sibuk menyiapkan kamera DSLR di atas tripod. Ia sudah lima kali datang ke Minajaya sejak 2022 dan hampir semuanya untuk memotret lanskap pantai.
“Pantai ini punya karakter yang kuat. Langitnya terbuka, garis pantainya panjang, dan kadang bisa lihat perahu nelayan masuk di ujung timur. Kalau sore, pantulan cahaya di pasir basah itu luar biasa,” ujar Arman.
Tak hanya untuk fotografer, Minajaya juga cocok bagi wisatawan yang butuh suasana tenang. Ombaknya sedang, tidak terlalu keras, dan pasirnya padat cukup nyaman untuk berjalan kaki.
Beberapa titik menawarkan latar menarik untuk berfoto, mulai dari susunan batu karang hingga pohon tunggal yang berdiri sendiri di tepi pantai.
Saat ini, Pantai Minajaya sudah dilengkapi dengan fasilitas dasar seperti area parkir, toilet umum, dan beberapa gazebo yang dikelola oleh warga. Akses jalannya pun semakin baik.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Dari Kecamatan Surade, jaraknya sekitar 6 kilometer dengan kondisi jalan beraspal cukup mulus. Pengunjung dari luar kota dapat menempuh rute Sukabumi – Jampang Kulon – Surade dengan kendaraan pribadi.
Namun, keheningan Minajaya tidak berarti tanpa tantangan. Dalam beberapa bulan terakhir, warga setempat mulai membicarakan rencana pembangunan Tambak Udang di sekitar pantai.
Hal ini sempat mendapat penolakan dari kelompok nelayan dan pemuda desa, menunjukkan adanya kekhawatiran terhadap perubahan wajah pesisir ini.
Meski begitu, wisata tetap berjalan seperti biasa. Warga tetap ramah menyambut pendatang, warung kopi tetap buka di pagi hari, dan suara laut masih mendominasi ruang.
“Saya enggak tahu apakah nanti pantai ini akan tetap seperti ini, memang tadi sempat mendengar obrolan tentang pembangunan tambak,” kata Dira. “Tapi untuk sekarang, saya menikmati versi sunyinya,” imbuhnya lirih menutup perbincangan.
Untuk yang ingin berkunjung ke lokasi ini, waktu terbaik adalah pagi dan sore hari. Sinar matahari tidak terlalu terik dan pantulan cahaya di air terlihat lebih dramatis.
Disarankan membawa bekal makanan, alas duduk, serta kantong sampah pribadi. Jaringan internet terbatas, namun justru itulah daya tarik tempat ini pengunjung bisa benar-benar lepas dari layar telepon seluler.