Kawah Putih jadi tempat yang begitu eksotis. Areanya jadi salah satu tempat wisata favorit di Kabupaten Bandung.
Hal itu tidak terlepas dari keindahan dan keunikannya. Sehingga, tak heran jika Kawah Putih jadi tujuan wisatawan dari berbagai daerah di Jawa Barat, Indonesia, hingga luar negeri.
Di sini, pengunjung bisa menikmati pemandangan yang menakjubkan. Kawah yang terhampar, bebatuan yang terlihat unik, hingga suasana sekitar yang terkadang seolah terlihat seperti alam lain.
Akan tetapi, di balik keindahannya, ada kengerian yang melekat dengan Kawah Putih. Kengerian itu berupa mitos soal makhluk tak kasat mata yang sudah ada sejak dulu.
Sebagian orang percaya mitos itu benar-benar ada, tapi ada juga yang menganggapnya hanya sekadar cerita karangan belaka.
Berikut ini mitos yang ada di Kawah Putih
Dulu, area sekitar Kawah Putih dikenal sebagai tempat angker oleh masyarakat sekitar. Saking mengerikannya, burung yang melintas di atas kawasan ini pun bakal tewas!
Mitos ini berkembang cukup lama. Namun pada akhirnya mitos ini berhasil dibongkar Franz Wilhelm Junghuhn. Ia adalah pria asal Jerman yang dikenal sebagai ilmuwan, naturalis, doktor, botanikus, geolog, hingga pengarang.
Ekspedisi dilakukan Junghuhn pada 1837. Ia benar-benar menembus segala kesulitan untuk bisa masuk ke area yang oleh masyarakat dianggap angker tersebut.
Hasilnya justru luar biasa. Bukan hantu, siluman, atau hal-hal lain yang menyeramkan dalam bayangan. Jungghuhn justru menemukan hal lain.
Ia menemukan sebuah kawah yang indah. Kawah itu memiliki air yang terlihat kehijauan dengan arena kapur berwarna putih di sekelilingnya. Bau belerang begitu menyengat di sana.
Dari situ, terbongkar segala kengerian yang ada. Kabar soal burung yang enggan melintas, bahkan akan mati jika keukeuh terbang di atasnya, ternyata karena bau belerang yang menyengat.
Kawah Putih sendiri ada di area Gunung Patuha. Puncak gunung ini oleh masyarakat disebut Puncak Kapuk. Konon, puncak kapuk ini jadi tempat pertemuan para leluhur. Mereka akan berkumpul di waktu-waktu tertentu.
Hal ini biasanya ditandai dengan adanya kumpulan kabut atau awan yang sepintas menyerupai kapuk. Sehingga tempat itu disebut Puncak Kapuk. Saat itulah kono pertemuan para leluhur terjadi. Namun, entah apa yang dibahas.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Mitosnya, di Puncak Kapuk ini ada tujuh makam leluhur, masing-masing bernama Eyang Jaga Satru, Eyang Rangsa Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barabak, Eyang Baskom, dan Eyang Jambrong. Eyang Jaga Satru jadi pemimpin dari para leluhur itu.
Di puncak yang dianggap keramat itu juga ada mitos lain. Konon di sini ada sosok gaib yang disebut domba lukutan.
Disebut domba lukutan karena tubuhnya memiliki bulu yang berbeda. Bukan bulu putih, hitam, atau coklat seperti domba pada umumnya, domba di sini berwarna hijau.
Warna hijau itu karena domba tersebut tubuhnya berlumut atau dalam bahasa Sunda disebut lukutan. Sosok domba lukutan ini disebut-sebut sebagai jelmaan leluhur.