ITB Butuh Ratusan Sekolah Serupa dengan SMA Unggulan CT Arsa

Posted on

Yayasan CT Arsa Foundation menjalin nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dangan Institut Teknologi Bandung (ITB). MoU itu disambut positif oleh Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T. Meski MoU baru dilakukan per 28 Juni 2025, Tatacipta sebut jika sudah ada puluhan lulusan SMA Unggulan CT Arsa masuk ITB dan mendapatkan gelar sarjana dari ITB.

Tatacipta berujar, tahun ini ada dua orang lulusan sekolah yang didirikan Chairul Tanjung dan Anita Ratnasari itu diterima ITB. Sedangkan untuk jumlah lulusan, menurut Tatacipta, sudah lebih dari 50 orang.

“Totalnya yang sudah diterima itu ada 57 orang berbagai angkatan itu,” kata Tatacipta saat melakukan wawancara eksklusif bersama infoJabar di Gedung Rektorat ITB, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Selasa (8/7/2025).

Disinggung mengapa MoU itu dilakukan, Tatacipta sebut jika ITB membutuhkan calon mahasiswa yang berasal dari sekolah-sekolah terbaik yang pada akhirnya diharapkan demi memajukan bangsa.

“Jadi kita memang ingin mendapatkan talent-talent yang bagus dari berbagai daerah di Indonesia dan juga tentu saja kalau sekolah seperti CT Arsa ini kan ada keberpihakan, ada afirmasi, sekolah ini kan sudah menyeleksi dari ribuan kandidat terus jadi hanya 100-200 anak gitu ya. Nah, jadi tentu saja dengan MoU ini kita harapkan nanti semakin banyak alumni dari SMA CT Arsa itu bisa diterima di ITB,” ungkap Tatacipta.

“Ya, kita harapkankan. Ini baru mulai MoU-nya ya. Jadi sudah ada MoU tentu saja kita dengan MoU itu kan kita bisa punya program-program yang lebih terfokus gitu ya. Kita punya program peningkatan kapasitas guru misalnya. Kita punya program penyiapan siswa dan seterusnya dan juga selain itu, sebetulnya kalau dari yang saya temukan itu banyak anak-anak SMA itu nggak berani mendaftar, dengan berbagai alasan gitu ya,” tambahnya.

Menurut Tatacipta, setelah dilakukan MoU, lulusan SMA Unggulan CT Arsa khususnya bisa lebih kenal ITB. Kemudian informasi terkait peluang hingga hambatan-hambatan yang ditemukan para siswa bisa diketahui dan dikonsultasikan dengan kakak kelasnya yang sebelumnya berhasil masuk ITB.

Tak hanya lulusan SMA Unggulan CT Arsa, secara umum tanpa informasi yang cukup, kerap membuat siswa enggan melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan tinggi. Dengan MoU inilah, akses informasi pun bisa didapatkan dan para siswa memiliki keberanian untuk mendaftarkan diri ke perguruan tinggi.

“Nah, mereka jadi berani mendaftar (masuk ITB),” ujarnya.

Tatacipta mengatakan, ITB membutuhkan ratusan sekolah seperti SMA Unggulan CT Arsa yang mampu mencetak banyak lulusan terbaik

“Menurut saya kita perlu 100-200 sekolah seperti CT Arsa,” ujarnya.

Lalu apa alasan Tatacipta membutuhkan ratusan sekolah serupa dengan SMA Unggulan CT Arsa?

“Ya, ini kan yang menjadikan filantropis dan keberpihakannya jelas. Dan itu akan membuka kesempatan buat anak-anak dari latar belakang ekonomi yang mungkin kurang beruntung, dengan dapat kesempatan pendidikan ini, dia akan bisa memutuskan rantai kemiskinannya itu. Jadi, saya kira kita masih perlu banyak banget,” jelasnya.

Menurut Tatacipta, kesempatan masuk ITB terbuka untuk seluruh lulusan SMA/sederajat di Indonesia. Namun dengan MoU akses informasi bisa lebih banyak didapatkan sehingga kesempatan siswa yang diterima lebih banyak.

“Oh, kalau kriteria masuk ke ITB itu semua sama. Jadi seleksi di ITB kan ada yang seleksi jalur prestasi ya, SNBP, kemudian seleksi jalur ujian tulis, kemudian seleksi mandiri. Semua menggunakan jalur yang sama. Tapi kalau dipersiapkan dan anak-anaknya mau mendaftarkan, mungkin kita bisa dapat lebih banyak. Intinya sih, kita nggak merubah cara menerimanya ya. Tapi kita buat kemitraan-kemitraan ini sedemikian rupa supaya potensi anak-anak itu bisa tergali dan siap untuk diterima di ITB,” terangnya.

Tatacipta acungkan jempol atas keseriusan Chairul Tanjung (CT) dan Anita Ratnasari dalam memajukan dunia pendidikan melalui Yayasan CT Arsa. Tatacipta juga puji jika CT dan istrinya turun langsung demi menghasilkan SDM yang berkualitas.

“Kalau saya lihat Yayasan CT Arsa ini kan dipegang langsung oleh Pak Chairul Tanjung dan Ibu Anita ya, beliau berdua turun langsung membina sekolah dan yayasan ini. Jadi saya ngobrol langsung, cukup panjang dan saya lihat dengan seperti itu, maka perencanaan kemudian pengembangannya tumbuh dengan luar biasa dan saya kira ini bisa jadi model untuk sekolah-sekolah yang lain,” tuturnya.

Menurut Tatacipta, Sekolah Rakyat yang menjadi program Presiden Prabowo pun mengambil model pembelajaran dari SMA Unggulan CT Arsa.

“Saya dengar malahan Pak Prabowo membuat sekolah-sekolah rakyat. Nah, SMA CT Arsa ini jadi model. Pak Prabowo punya dua program untuk sekolah yang satu Sekolah Garuda, itu sekolah-sekolah unggulan. Yang kedua sekolah rakyat, sekolah rakyat ini untuk membantu meningkatkan kesejahteraan itu,” ujarnya.

“Nah, sekolah rakyat ini juga tetap ada kualitasnya. Jadi dicari model yang sudah berjalan seperti apa. Nah, SMA CT Arsa ini rupanya dilihat dapat menjadi model untuk sekolah rakyat itu,” pungkasnya.

ITB Butuh Ratusan Sekolah Serupa dengan SMA Unggulan CT Arsa

Puji Kepemimpinan CT dan Istri

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *