Hidup Baru Misbah, Penyintas Pergerakan Tanah di Sukabumi

Posted on

Pagi itu, Misbah duduk di teras rumah panggung berdinding bambu, memandangi deretan bangunan serupa yang kini menjadi kampung barunya. Tak ada lagi rasa waswas seperti setahun lalu, saat tanah di kampung asalnya perlahan bergerak dan memaksa ia pergi. Di tempat inilah, Misbah memulai hidup baru, di hunian yang jauh lebih aman dari ancaman bencana.

Suasana itu merupakan permukiman warga di RT 06 RW 02 Kampung Cireundeu, Desa Mekarsari, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi. Puluhan rumah panggung dengan arsitektur khas Sunda berdiri rapi. Sebagian sudah dihuni, sementara akses jalan menuju lokasi masih berupa bebatuan dan tengah dalam proses pembangunan.

Kampung tersebut dikenal di media sosial sebagai Kampung KDM. Videonya pun sempat viral di media sosial. Senyum ramah warga menyambut setiap orang yang datang, sekadar ingin melihat langsung Kampung KDM.

Misbah menjadi salah satu warga yang kini menetap di Kampung KDM. Bersama istrinya, ia telah menempati rumah tersebut sekitar sebulan terakhir. Misbah merupakan penyintas bencana pergerakan tanah yang melanda Desa Mekarsari pada Desember 2024 lalu.

“Sekitar sebulan tinggal di sini. Dulu rumah kami terdampak pergerakan tanah, bahkan sampai terbelah rumahnya,” kata Misbah saat ditemui infoJabar, Senin (29/12/2025).

Rumah lamanya di RT 05 RW 02 Kampung Cireundeu kini masuk zona merah rawan pergerakan tanah. Bangunannya retak, bahkan sebagian struktur rumah terbelah akibat bencana tersebut.

Pasca kejadian, Misbah sempat menjalani hari-hari sulit. Ia mengungsi di tenda darurat selama tiga bulan, sebelum akhirnya menumpang di rumah orang tuanya.

“Awalnya ngungsi ke rumah orang tua. Terus seminggu setelah bencana datang bantuan tenda dari BNPB. Sekitar tiga bulan di tenda, habis itu balik lagi ke rumah orang tua,” ujarnya.

Permukiman relokasi itu dikenal dengan nama Kampung KDM. Nama tersebut lahir dari peristiwa yang membekas bagi warga. Pada Juni 2025, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meninjau lokasi bencana longsor di Kampung Cisayar, Desa Mekarsari, Kecamatan Nyalindung.

Saat kunjungan itu, warga menyampaikan keluhan masih banyak penyintas bencana yang belum mendapatkan hunian relokasi. Aduan tersebut mendapat perhatian serius dari Dedi Mulyadi dan langsung ditindaklanjuti dengan bantuan pembangunan rumah. Dari situlah, warga sepakat menamai kawasan relokasi tersebut sebagai Kampung KDM.

“Waktu itu sekitar 20 warga dipanggil ke Lembur Pakuan. Di sana dikasih bantuan pembangunan rumah, satu unitnya Rp40 juta. Nggak lama kemudian langsung dibangun,” tutur Misbah.

Untuk lahannya sendiri, warga membeli tanah secara gotong royong dengan difasilitasi pemerintah desa. Harga lahan tersebut sekitar Rp60 juta.

“Tanahnya hasil beli, patungan warga yang dikoordinir desa. Dibeli dari pemilik tanah, sekitar Rp60 jutaan,” jelasnya.

Kini, Misbah dan istrinya menjalani kehidupan baru di Kampung KDM. Sehari-hari ia bekerja sebagai buruh tani, sementara sang istri membuka warung kecil di depan rumah.

Terpisah, Kepala Desa Mekarsari M Ilham Maulana menjelaskan, hingga kini sudah berdiri 26 unit rumah berukuran 7×5 meter persegi di Kampung KDM. Puluhan rumah itu berasal dari berbagai sumber bantuan.

“Dari Pemprov Jabar ada 20 unit, Pemkab Sukabumi 5 unit, dan desa 1 unit. Total sementara 26 unit,” kata Ilham.

Untuk pembangunan rumah tersebut, Pemprov Jabar mengucurkan dana sekitar Rp800 juta, Pemkab Sukabumi Rp200 juta, dan Pemerintah Desa Mekarsari Rp40 juta. Saat ini, jumlah warga yang tinggal di Kampung tersebut mencapai sekitar 80 jiwa.

Ilham menyebut, luas total lahan mencapai 2.700 meter persegi. Sebagian lahan masih kosong dan direncanakan akan dibangun hunian tambahan oleh BNPB bagi penyintas bencana lainnya.

“Lahannya masih ada, belum terisi semua. Karena bantuan huntap juga belum full,” ungkapnya.

Soal desain rumah yang seragam dengan konsep rumah panggung Sunda, Ilham mengatakan hal itu merupakan permintaan langsung Gubernur Dedi Mulyadi.

“Pak Gubernur minta supaya bangunannya dikembalikan ke ornamen zaman dulu. Jadi rumah panggung khas Sunda,” ucapnya.

Meski Kampung KDM telah berdiri, persoalan relokasi belum sepenuhnya tuntas. Ilham menyebut masih banyak penyintas bencana di Desa Mekarsari yang hingga kini bertahan di zona merah karena belum memiliki hunian tetap sejak bencana Desember 2024.

“Total korban bencana di Desa Mekarsari ada 102 kepala keluarga. Sekarang baru terakomodir 26 unit, sisanya masih sekitar 70-an unit,” jelasnya.

Ia berharap ke depan ada tambahan bantuan pembangunan rumah agar seluruh warga terdampak bisa direlokasi ke kawasan yang lebih aman.

“Mudah-mudahan ke depan ada lagi bantuan. Target kita bagaimana caranya warga yang masih di zona rawan bisa dipindahkan ke Kampung KDM atau sekitarnya,” pungkasnya.

Asal Usul Nama Kampung KDM

Total 26 Rumah, Masih Ada Lahan Kosong

Masih Banyak Penyintas Menunggu Huntap