Menjelang pergantian tahun, geliat pasar di Jawa Barat mulai diwarnai lonjakan harga sejumlah kebutuhan pokok. Di Kota Bandung, kenaikan paling terasa terjadi pada komoditas protein hewani seperti daging ayam dan telur yang harganya merangkak naik seiring meningkatnya permintaan.
Pantauan di Pasar Baru Bandung, ditambah data resmi dari Dashboard Pangan Jawa Barat, menunjukkan tren kenaikan harga unggas terjadi hampir merata. Lonjakan ini dinilai sebagai dampak permintaan musiman yang biasanya meningkat menjelang Natal dan Tahun Baru.
Berdasarkan data Pemprov Jabar, harga daging ayam broiler tercatat naik 0,21 persen menjadi rata-rata Rp40.865 per kilogram. Sementara itu, kenaikan lebih tajam terjadi pada ayam kampung yang melonjak 4,59 persen atau sekitar Rp3.114, sehingga menyentuh harga Rp71.017 per kilogram.
Kondisi tersebut sejalan dengan yang dirasakan pedagang di lapangan. Nani, pedagang sembako dan daging ayam di kawasan Jalan Pasar Baru Barat, mengaku harga ayam potong sudah cukup lama berada di level tinggi.
“Ayam potong lagi mahal. Sebenarnya sudah hampir beberapa bulan ya, standar Rp40.000 menjual. Biasanya paling rendah Rp36.000 atau Rp38.000,” ujar Nani saat ditemui di lapaknya, Selasa (24/12).
Tak hanya daging ayam, harga telur ayam ras yang menjadi kebutuhan harian masyarakat juga ikut terkerek. Dashboard Pangan Jabar mencatat harga telur ayam ras naik 0,99 persen menjadi Rp31.259 per kilogram.
Nani membenarkan kenaikan tersebut. Menurutnya, harga telur di tingkat pedagang eceran sudah naik bertahap hingga Rp2.000 per kilogram dalam beberapa waktu terakhir.
“Kemarin sudah Rp2.000 naiknya. Dari saya menjual kan Rp28.000 sampai Rp30.000, sekarang sudah Rp32.000,” jelasnya.
Di tengah kenaikan harga protein hewani, sejumlah komoditas lain justru menunjukkan tren penurunan. Cabai, yang kerap menjadi pemicu inflasi, tercatat mengalami penurunan harga di hampir semua jenis.
Cabai merah turun tajam 3,50 persen menjadi Rp51.080 per kilogram, cabai merah keriting turun 1,03 persen menjadi Rp57.694 per kilogram, sementara cabai hijau biasa turun tipis menjadi Rp33.630 per kilogram.
Sementara itu, harga beras bergerak variatif. Beras medium tercatat naik tipis 0,27 persen menjadi Rp13.220 per kilogram. Sebaliknya, beras premium justru mengalami penurunan harga sebesar 0,44 persen menjadi Rp14.473 per kilogram.
Untuk minyak goreng, meski tidak mengalami lonjakan signifikan, harganya masih dirasakan cukup memberatkan pedagang. Nani mengaku menjual minyak goreng curah di kisaran Rp20.000 per kilogram, dengan harga beli sekitar Rp18.000.
“Kalau bahan-bahan (sembako lain) nggak ada yang naik (drastis). Minyak ya standar lah, naik gak banyak,” tutur Nani.
Di tengah fluktuasi harga tersebut, pedagang pasar berharap pemerintah dapat menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok agar tidak terus merangkak naik dan memberatkan masyarakat.
“Harapannya ya minimal standar ya, tetap gitu, jangan naik terus. Jadi kan menjualnya nggak terlalu tinggi,” pungkasnya.
