Bagi kebanyakan orang, memiliki buah hati tentu menjadi anugerah besar yang disambut suka cita. Namun dari sekian banyak kelahiran, banyak bayi yang harus melalui liku cerita pilu, akibat kondisi tak diinginkan yang dialami orang tua.
“Banyak sekali cerita pilu dari anak-anak yang kami asuh di sini, dramatis,” kata Irma Arlianti, pengasuh Panti Asuhan Yayasan Mutiara Titipan Ilahi Tasikmalaya, Senin (2/6/2025).
Salah satunya kisah bayi usia 10 hari yang kini menjadi penghuni baru panti asuhan yang berlokasi di Kelurahan Sukahurip, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya itu.
“Anak ini baru kami terima seminggu lalu, usianya sekitar 10 hari,” kata Irma.
Dia menceritakan, di satu malam sepekan lalu dia kedatangan seorang perempuan dalam kondisi lemah.
“Datangnya malam, sekitar jam 21.00 WIB. Saat itu lagi hujan deras, datang perempuan muda ke sini,” kata Irma.
Perempuan itu membawa bayi laki-laki yang baru dia lahirkan beberapa hari. “Ibunya lemah sekali, mungkin habis pendarahan karena melahirkan. Dia mengalami sindrom baby blues,” kata Irma.
Tujuan perempuan itu ingin menitipkan bayinya di panti milik Irma. Perempuan itu mengaku tak sanggup untuk merawat darah dagingnya sendiri.
Menurut Irma, perempuan asal Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya itu mengalami depresi akibat masalah kehidupan yang dialaminya.
“Jadi selain mengalami baby blues atau trauma pasca melahirkan. Dia juga tertekan oleh masalah rumah tangganya, ya mungkin depresi,” kata Irma.
Menurut pengakuan perempuan itu, dia tertekan oleh kelakuan suaminya yang kepergok selingkuh.
“Suaminya selingkuh, katanya sampai dipergoki sedang berduaan di kamar, dengan perempuan lain. Ironisnya perempuan selingkuhan itu adalah temannya sendiri,” kata Irma.
Selain itu perempuan itu juga tak berdaya secara ekonomi, sehingga merasa tak mampu untuk merawat dan membesarkan bayinya.
“Dari pada bayinya dia telantarkan atau bahkan disakiti, akhirnya kami tampung. Demi kemanusiaan, kami tampung tanpa syarat. Kami hanya minta kartu identitas ibunya,” kata Irma.
Kisah pilu bayi laki-laki itu hanya bagian kecil dari sekian banyak kisah sejenis yang dialami anak-anak Panti Asuhan Yayasan Mutiara Titipan Ilahi.
“Kalau total anak yatim dhuafa yang kami tampung ada 65 orang. Tapi hanya sebagian ada yang bermukim di sini. Kalau yang masih bayi atau usia bawah 3 tahun ada 3 orang,” kata Irma.
Irma sendiri bukan orang yang berlimpah harta, panti asuhan yang dia dirikan pun relatif seadanya. Bersama suaminya, Abas, dia memutuskan mengurus anak yatim hanya dengan modal niat baik dan kepedulian terhadap sesama.
Bangunan panti asuhan mereka bisa dibilang masih jauh dari kata layak. Bangunan kamar anak-anak masih berupa saung. Beratap asbes dengan rangka kayu, tak ada dinding tembok.
“Kami memulai ini sejak tahun 2019, awalnya akibat keprihatinan saja. Kami mengurus satu dua orang anak yatim dhuafa,” kata Irma yang berprofesi sebagai guru madrasah dan pedagang.
Karena anak asuh mereka terus bertambah, Abas dan Irma akhirnya memutuskan menata halaman samping rumah mereka menjadi rumah singgah. Bukan bangunan permanen, mereka hanya mendirikan saung kayu, beratap asbes dan berlantai tanah. Sebagai penahan dingin malam, dinding kamar dibuat dari lapisan triplek.
“Ini untuk yang bermukim saja, ketimbang mereka terlantar di jalanan tak ada tempat berteduh, setidaknya tempat ini lebih layak. Ada ranjang kayu, kasur dan selimut,” kata Irma.
Lebih dari 5 tahun beroperasi, Irma mengakui banyak cerita yang sudah mereka lalui. Pasalnya donatur tetap mereka belum terlalu banyak dan mereka pun belum pernah tersentuh bantuan Pemerintah.
“Donatur tetap ada, tapi tak banyak. Diantaranya dari sedekah subuh pedagang Pasar Cikurubuk. Kalau dari pemerintah belum, tapi mudah-mudahan ke depan ada,” kata Irma.
Dia mengakui aktivitas kemanusiaan yang dia lakukan belum mendapatkan izin dari pemerintah, sehingga menjadi hambatan untuk mendapatkan sokongan pemerintah.
“Izin memang belum ada, tapi sudah kami ajukan sejak 6 tahun lalu, mungkin masih ada yang kurang,” kata Irma.
Meski demikian Irma menegaskan bahwa yang dia lakukan semata-mata karena ingin membantu sesama dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
“Ya saya hanya ingin mendapatkan keberkahan dari Allah SWT, karena kita wajib mengurus anak yatim. Saya ingin menjadi manusia berguna bagi manusia lain. Kalau urusan uang, nggak ada. Yang ada saya nombok terus, tapi selagi saya mampu, ya jalan terus,” kata Irma.