Cerita Haru di Balik Sekolah Rakyat Sukabumi

Posted on

Suasana berbeda terasa sejak pagi hingga siang di kawasan Sentra Phalamarta Sukabumi, Senin (14/7/2025). Ratusan orang tampak hilir-mudik, sebagian dengan mata berkaca-kaca, mengantar putra-putri mereka memulai babak baru di Sekolah Rakyat (SR), sekolah rintisan bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem di Kabupaten Sukabumi.

Miftah Ajis (62), warga Kampung Lebakwangi, Palasari Hilir, Kecamatan Parungkuda, tampak berdiri lama di depan kelas, menatap putranya, anak ketujuh dari delapan bersaudara yang perlahan masuk ruangan.

“Alhamdulillah anak itu semangat, mudah-mudahan cita-citanya tercapai dan sukses. Hati saya lega merelakan, karena kalau sekolah lain kendala biaya, pergaulannya juga lain. Di sini katanya terpantau segalanya,” ucap lirih Ajis kepada infoJabar di lokasi.

Miftah, yang sehari-hari bekerja serabutan, menyebut anaknya terpilih masuk SR lewat rekomendasi pendamping PKH (Program Keluarga Harapan). Saat ini, Moh Rajib Abdurizki resmi menjadi salah satu siswa di Sekolah Rakyat tersebut.

“Ekonomi saya akar serabut (serabutan). Jadi nggak tentu penghasilannya. Yang penting anak saya semangat belajar, katanya mau jadi TNI. Saya dukung saja,” tuturnya sembari tersenyum.

Kepala Sentra Phalamarta Sukabumi, Dian Bulan Sari menjelaskan, tahun ini ada 100 siswa yang resmi diterima di SR dari total 156 pendaftar. Seiring berjalannya waktu, beberapa siswa yang terpilih memilih mundur lantaran tak siap dengan sistem boarding.

“Awal pendaftaran lewat media sosial, Pak Bupati juga bersurat ke camat-camat untuk menyampaikan ke warga. Awalnya ada 145 yang lolos seleksi, tapi ada yang mundur karena keluarga berubah pikiran,” terang Dian.

Para siswa berasal dari 38 kecamatan di Sukabumi. Seleksi dilakukan berbasis Data Sosial Ekonomi Nasional dengan verifikasi dari tim lintas instansi di antaranya BPS, Dinsos, Disdik, Kemenag, hingga para pendamping PKH di lapangan.

“Ini memang sesuai arahan Presiden, diprioritaskan untuk keluarga miskin ekstrem, desil 1 dan 2,” tegas Dian.

Sekolah Rakyat dirancang bukan sekadar untuk memberikan pendidikan formal, melainkan juga pembentukan karakter. Dian menyebut, selain guru formal, ada sembilan wali asuh dari pendamping PKH yang mendampingi siswa di luar jam belajar.

“Sistemnya seperti pesantren, mereka tinggal di asrama dengan pola pengasuhan bergiliran. Kepala sekolah nanti yang menyusun detail kurikulum dan tata tertib,” ujarnya.

Saat ini SR menempati bangunan milik Kementerian Sosial, lengkap dengan fasilitas seperti asrama putra-putri, perpustakaan, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, komputer, ruang bimbingan konseling, UKS, mushola, hingga gedung olahraga. Tercatat ada 13 guru yang bertugas.

Hari pertama ini para siswa mengikuti pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari MPLS. Selama dua minggu ke depan, mereka akan diperkenalkan pada lingkungan sekolah, guru, wali asuh, sekaligus menjalani pelatihan kedisiplinan yang menggandeng Danramil setempat.

“Kalau ada penyakit bawaan, kita tangani dulu. Targetnya mereka tetap bisa belajar di sini,” ujar Dian.

Momen perpisahan di hari pertama ini berlangsung haru. “Ada yang diantar satu keluarga besar, bahkan ada yang sudah datang sejak semalam. Wajar karena banyak yang belum pernah jauh dari keluarga,” kata Dian.

Sekolah Rakyat Sukabumi sendiri masih berstatus rintisan. Ke depan, Pemkab Sukabumi menargetkan bisa memperluas kapasitas hingga 1.000 siswa dari semua jenjang pendidikan.

“Kalau pemda sudah siap, siswanya akan dirujuk ke sana. Sekarang kita jalankan dulu yang ada sebaik-baiknya,” pungkas Dian.

Sementara itu, Bupati Sukabumi Asep Japar, berjanji semua kebutuhan siswa, mulai dari makan, pakaian, hingga kesehatan ditanggung penuh pemerintah.

“Alhamdulillah barusan sudah dilakukan launching untuk Sekolah Rakyat tingkat menengah pertama di Kabupaten Sukabumi. Jumlahnya sekitar 100 siswa tingkat SMP,” kata Asjap, sapaan akrabnya, saat ditemui usai peresmian di Sentra Phalamarta Sukabumi.

Asjap menyebut, konsep sekolah rakyat ini merupakan wujud perhatian Presiden Prabowo Subianto bagi keluarga kurang mampu yang punya keinginan besar untuk tetap bersekolah, meski kemampuan ekonominya terbatas.

“Alhamdulillah melalui penjaringan kita juga tidak asal memilih dan menentukan, tapi yang betul-betul anak-anak yang punya keinginan bersekolah tapi kemampuan orang tuanya kurang. Makanya hari ini dari Tegalbuleud sampai seluruh kecamatan ada yang di sini,” jelasnya.

Ia memastikan, sekolah rakyat ini menyediakan asrama bagi seluruh siswa. Mereka juga akan mendapat makan setiap hari, seragam lengkap, hingga layanan kesehatan gratis.

“Insya Allah ini sangat luar biasa, dari mulai makan setiap hari, pakaian setiap hari, termasuk untuk kesehatan. Tidur di sini juga sudah dipersiapkan asramanya,” ujarnya.

Kegiatan belajar pun dirancang seperti sekolah pada umumnya, dengan jam masuk pukul 06.30 WIB sebagaimana aturan terbaru Surat Edaran Gubernur Jabar. Surat edaran pun sudah diedarkan ke sekolah-sekolah. “Iya, sudah diberlakukan. Tapi kalau ada keluhan-keluhan ya kita tampung,” sambungnya.

Di Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), para siswa diperkenalkan pada guru, wali asuh, dan lingkungan sekolah. TNI-Polri juga dilibatkan dalam pelatihan disiplin untuk para siswa.

Saat ini sekolah rakyat baru memiliki 13 guru. Asjap memastikan kekurangan tenaga pengajar akan segera dipenuhi. “Yang ada sekarang baru 13 guru, nanti dipersiapkan kalau ada kekurangan,” katanya.

Marwan juga membeberkan bahwa pemerintah daerah sudah menyiapkan rencana pembangunan gedung sekolah rakyat permanen di Cicurug. “Insya Allah nanti tahun depan kita akan membangun kelas yang baru yang berkapasitas 1.000 orang SD, SMP,” pungkasnya.

100 Anak dari 38 Kecamatan

Jalani MPLS

Janji Bupati Sukabumi

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *