Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat, Purwanto, menyatakan keprihatinan atas maraknya aktivitas pelajar di luar rumah hingga larut malam. Bahkan Purwanto menyebut kondisi tersebut sudah masuk kategori darurat sosial.
Karenanya, Pemprov Jabar kemudian memberlakukan aturan jam malam seusai Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 51/PA.03/DISDIK yang melarang pelajar tidak melakukan aktivitas di luar rumah mulai pukul 21.00 WIB hingga 04.00 WIB, kecuali untuk beberapa keadaan tertentu.
“Kita berterima kasih kepada daerah-daerah yang telah berkolaborasi dengan multipihak, sampai ke tingkat kepala desa, RT, RW, untuk membiasakan anak-anak sudah istirahat di jam 21.00,” ujar Purwanto saat ditemui di SMAN 1 Bandung, Jumat (13/6/2025).
Menurutnya, banyaknya pelajar yang masih berkeliaran di luar rumah hingga pukul 22.00 WIB bahkan lewat tengah malam menjadi ancaman serius, tidak hanya bagi masa depan anak-anak itu sendiri, tetapi juga ketertiban umum.
“Ancaman terbesar kita ya kalau membiarkan anak-anak tidak terkendali. Jam 21, 22, 23, 24 mereka masih pada di luar, keluyuran naik motor. Itu menimbulkan potensi yang tidak baik untuk anak-anak kita, baik dari sisi keamanan, moral, hingga ketertiban umum,” tegasnya.
Purwanto menilai, negara perlu hadir untuk melindungi anak-anak dari pengaruh lingkungan negatif, dengan dukungan penuh dari masyarakat.
“Maka negara harus hadir di situ, dibantu dengan segenap warga yang menginginkan anaknya menjadi generasi yang baik,” imbuhnya.
Purwanto menyebut situasi ini sebagai bentuk kegentingan sosial yang tidak bisa lagi dibiarkan. Ia mencontohkan kondisi di negara-negara lain, di mana anak-anak sudah tak terlihat di jalan selepas waktu Magrib.
“Kita bisa lihat di lingkungan sekitar. Dibanding di luar negeri, itu habis Magrib sudah nggak ada yang di luar. Ini realitas yang memprihatinkan,” katanya.
Sebagai langkah konkret, Disdik Jabar kini tengah menyiapkan sistem pelaporan berbasis aplikasi untuk mendata pelajar yang tertangkap melanggar jam malam oleh petugas di lapangan.
Nantinya data tersebut akan langsung terhubung ke sekolah asal yang bersangkutan. Upaya pengawasan terhadap siswa sendiri telah dilakukan di berbagai daerah di Jabar sejak beberapa hari terakhir.
“Saat ini kami sedang menyiapkan aplikasinya. Siswa yang tertangkap di lapangan akan diinput petugas ke sistem itu, dan akan terdeteksi masuk ke SMA mana,” tutup Purwanto.