Alih Fungsi Lahan Kebun Teh di Pangalengan Ancam Habitat Burung

Posted on

Lahan perkebunan teh milik PTPN VIII yang berada di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung beralih fungsi menjadi lahan pertanian sayur. Tak main-main, luas lahan yang beralih fungsi luasnya sekitar 90 hektar.

Alih fungsi tersebut membuat vegetasi alami menjadi hilang. Dampak yang ditimbulkan salah satunya bencana alam seperti erosi, longsor hingga banjir bandang. Tak hanya itu, alih fungsi ini dapat mengganggu habitat satwa salah satunya burung.

Pengamat burung sekaligus Guru Besar Etnobiologi Unpad Johan Iskandar mengatakan, perubahan teh menjadi kebun sayur jelas menyebabkan perubahan terhadap populasi dan komunitas burung.

“Perubahan terhadap burung disebabkan ada dua hal. Pertama akibat perubahan struktur vegetasi. Kedua perubahan pengelolaan. Perihal struktur vegetasi kebun teh secara umum lapisan tajuk tumbuhan terdapat ada lapisan-lapisan tajuk. Pertama lapisan tajuk bawah ada dominan tanaman teh tinggi kurang 1 meter sangat rimbun,” kata Johan kepada infoJabar, Senin (28/4/2025).

Tak hanya kebun teh, pohon-pohon tinggi dengan diameter yang cukup besar yang tumbuh di sekitar kebun teh juga digunduli.

“Maka jenis-jenis burung yang ada di kebun teh biasanya burung pada umumnya dan burung semak belukar seperti ciblek, pacikrak, jogjog, cekcek reyod. Lalu di pepohonan biasa juga ada kutilang, uncuing, dan burung yang biasa terbang di atas kebun teh ada sriti/walet, kapinis, kadang kadang ada burung elang ruyuk,” ungkap Johan.

Menurutnya, berbeda dengan kebun teh, kebun sayur, susunan vegetasinya lebih sederhana, bagian bawah tinggi kurang 1 meter dan dominan sayur, di sekitar kebun-kebun sayur sedikit pohon-pohon kayu dengan tidak banyak dan lebih terbuka karena sayur tidak tahan naungan.

“Dalam pengelolaan kebun lebih intensif banyak aktifitas dan banyak gangguan pada burung, penggunaan pestisida intensif, barung rentan keracunan pestisida secara langsung atau via rantai makanan. Kebun teh kurang kegiatan penduduk dan kurang pestisida. Erosi tanah kebun sangat rentan erosi tanah dan longsor di tempat curam,” jelasnya.

Akibat kebun teh yang sebelumnya digunakan burung semak belukar hidup dan berkembang biak beralih fungsi, maka burung-burung itu akan mencari tempat yang nyaman untuk hidup dan berkembang biak.

“Karena habitat teh berubah biasanya jenis-jenis burung khas di habitat teh akan pindah mencari habitat serupa,” terangnya.

Konflik perebutan wilayah, menurut Johan bisa terjadi jika burung itu pindah ke tempat yang populasi burung ya sudah padat. “Kalau kepadatan di tempat baru tidak padat konflik berat tidak akan terjadi. Tetapi ada pula jenis jenis burung yang adaptif di lingkungan baru,” paparnya.

Kesehatan burung bakal terganggu, salah satunya jika burung itu memakan ulat yang sudah terkontaminasi pestisida.

“Biasanya burung yang memangsa ulat dan serangga yang terkontaminasi racun bisa mati atau bertelur telurnya tipis dan tidak menetas dengan baik,” pungkasnya.