Berpakaian adalah kebutuhan dasar manusia. Selain bisa membuat tubuh terlindungi dari udara dingin atau sengatan matahari, pakaian juga bertujuan untuk menutup hal-hal yang harus ditutup menurut norma sosial dan agama.
Perlunya bagian tubuh tertentu ditutup adalah agar orang tidak merasa malu. Orang Sunda bahkan menyebut bagian tubuh tertentu dengan kata ‘rarangan’ atau larangan. Yakni, sesuatu yang terlarang untuk diperlihatkan.
Agama Islam mengajarkan pemeluknya untuk berpakaian. Tidak ada keterangan harus mengenakan pakaian yang mewah, yang ada hanya batasan mengenakan pakaian itu, Yaitu, mengatur bagian mana saja yang harus ditutup dengan pakaian yang disebut aurat.
Batasan aurat laki-laki dan perempuan di dalam Islam berbeda. Menurut para cerdik cendekia, aurat laki-laki sebatas pusar hingga lutut. Sementara aurat perempuan adalah seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan.
Secara terperinci, di dalam Al-Quran ada penjelasan mengenai fungsi-fungsi pakaian ini. Mengutip buku M. Quraish Shihab berjudul ‘Dia di Mana-mana, Tangan Tuhan di Balik Setiap Fenomena’ (2013) ada setidaknya 5 fungsi pakaian di dalam Islam.
Kisah pakaian pertama dalam literatur agama bisa merujuk kepada kisah Adam dan Hawa yang bajunya tersingkap lantaran keduanya mencicipi buah terlarang. Dalam penelusuran sejarah, bahwa homo sapiens dari Afrika yang gerah berpindah-pindah ke daerah-daerah yang lebih dingin.
Di daerah-daerah dingin inilah mereka memanfaatkan kulit hewan untuk melindungi diri dari suhu udara yang minus. Penemuan berkembang sehingga muncul teknik menjahit kulit binatang itu menjadi pakaian yang lebih fit untuk tubuh manusia.
Namun, sejatinya Al-Quran menyebut, yang telah menjadikan pakaian untuk manusia itu adalah Allah SWT.
Tak bisa terbayangkan betapa panasnya berada di tengah gurun pasir dalam keadaan telanjang. Maka, pakaian menjadi pelindung bagi pemakainya dari sengatan panas matahari.
Hal ini telah diungkapkan oleh Al-Quran. Di dalam Surat An-Nahl ayat 81 dijelaskan bahwa Allah SWT adalah yang menjadikan tempat-tempat bernaung dan berlindung manusia, serta Dialah jua yang menciptakan pakaian untuk melindungi manusia dari panas.
Dengan pakaian itu, manusia juga terhindar dari debu yang diterbangkan udara panas. Debu tentu dapat mengganggu kesehatan kulit, sehingga dengan pakaian, manusia terhindar dari sakit kulit.
Ayat yang sama di dalam Al-Quran, yakni surat An-Nahl ayat 81 menjelaskan bahwa pakaian berfungsi sebagai perlindungan saat berperang. Boleh jadi secara terperinci yang dimaksudkan oleh ‘pakaian’ ini adalah baju besi.
وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّمَّا خَلَقَ ظِلٰلًا وَّجَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الْجِبَالِ اَكْنَانًا وَّجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيْلَ تَقِيْكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيْلَ تَقِيْكُمْ بَأْسَكُمْۚ كَذٰلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُوْنَ ٨١
“Allah menjadikan tempat bernaung bagi kamu dari apa yang telah Dia ciptakan. Dia menjadikan bagi kamu tempat-tempat tertutup (gua dan lorong-lorong sebagai tempat tinggal) di gunung-gunung. Dia menjadikan pakaian bagimu untuk melindungimu dari panas dan pakaian (baju besi) untuk melindungimu dalam peperangan. Demikian Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (Q.S. An-Nahl: 81, terjemah oleh NU Online)
Mengutip studi berjudul Konsep Busana di dalam Al-Quran, Suatu Kajian Al-Qur’an Berdasarkan Pendekatan Tematik oleh Fahrudin dan Risris Hari Nugraha dari Universitas Pendidikan Indonesia, dijelaskan bahwa Al-Quran punya perbendaharaan kata sangat banyak terkait dengan pakaian.
“Di dalam Al-Qur’an ada istilah-istilah khusus yang berkaitan dengan busana, seperti libas, tsiyab, sarabil, jilbab, khimar (kerudung), dan zinat(perhiasan),” tulis studi itu.
M. Quraish Shihab dalam ‘Dia di Mana-mana, Tangan Tuhan di Balik Setiap Fenomena’ menyebutkan di dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 26 fungsi pakaian sebagai perhiasan ini tercantum. Dan diksi yang digunakan untuk mengatakan ‘perhiasan’ atau ‘untuk berhias diri’ ini adalah ‘رِيْشًاۗ’ (Risy).
Di antara fungsi pakaian menurut Al-Quran adalah untuk menutup aurat. Menutup aurat tentu menjadi hal yang dianjurkan. Batasan-batasan aurat yang harus ditutup ini juga bertalian dengan syarat sah seorang muslim dalam melaksanakan ibadah shalat.
Al-Quran menginformasikan bahwasanya Allah SWT telah menurunkan pakaian kepada anak-cucu Adam dengan fungsi menutup aurat. Maka, menjadi kewajaran manusia mengenakan pakaian.
ا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ ٢٦
“Wahai anak cucu Adam, sungguh Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan bulu (sebagai bahan pakaian untuk menghias diri). (Akan tetapi,) pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu merupakan sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Allah agar mereka selalu ingat.” (Q.S. Al-A’raf; 26, terjemah oleh NU Online)
Menurut pakar Al-Quran M. Quraish Shihab pakaian punya fungsi untuk membedakan antara satu orang dengan orang yang lainnya. Lebih khusus, pakaian menjadi pembeda antara laki-laki dengan perempuan, dan antara perempuan dengan perempuan lain dalam perbedaan keyakinan.
Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 59 menjelaskan fungsi pakaian itu:
يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ٥٩
“Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
