Kasus penculikan Kepala Cabang (Kacab) bank M Ilham Pradipta (37) terungkap. Meski pelaku ditangkap dan motif terungkap, kasus ini masih menyisakan misteri.
Salah satunya terkait pemberi info rekening ‘tidur’ atau rekening dormant ke salah seorang pelaku yakni C alias Ken. Sosok ini masuk dalam klaster otak penculikan bersama pengusaha sekaligus motivator Dwi Hartono, AAM dan JP.
Melansir infoNews, penculikan Ilham sendiri sudah direncanakan. C mendapatkan informasi soal rekening dormant dari rekannya. Kepada penyidik, C menyebut nama inisial S yang memberi informasi.
“Terkait dengan rekening dormant, ini hasil pemeriksaan Saudara C alias K itu mendapatkan informasi dari temannya dengan inisial S,” kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra di Polda Metro Jaya.
Soal sosok S ini, polisi menyebut masih dalam penyelidikan. Sebab, kata Wira, C belum terbuka terkait sosok S ini. Termasuk soal keterlibatan pegawai bank.
“Apakah ada karyawan bank BUMN yang terlibat ini, dalam hal ini, sampai sejauh ini belum ada keterlibatan,” ujarnya.
Kendati demikian, usai C mendapatkan informasi itu, dia segera menyiapkan tim IT, rekening penampungan hingga menyusun rencana penculikan kacab bank.
Pada 31 Juli 2025, C dan Dwi Hartono serta AAM melakukan pertemuan untuk membahas rencana tersebut. Awalnya, ada dua opsi yakni melakukan pengancaman dengan kekerasan lalu korban dilepas setelah menguras uang di rekening dormant. Lalu opsi pengancaman hingga membunuh.
Dalam tragedi ini, polisi menetapkan 16 orang sebagai tersangka. Dua orang berstatus anggota TNI AD yang terlibat diusut oleh TNI. Dari 16 tersangka itu, satu orang masih buron.
“Dari 15 tersangka tersebut, kami membagikan menjadi empat kategori klaster,” kata Wira.
Empat klaster tersebut terdiri atas otak pelaku pencurian uang dari rekening dormant, tim penculik, tim penganiaya, dan tim pengintai. Pelaku menculik kacab bank karena membutuhkan otoritas dalam memproses pencurian uang dari rekening dormant ke rekening penampung.
Untuk klaster otak penculikan terdiri dari C alias Ken, Dwi Hartono, AAM dan JP. C memiliki peran mengatur rencana pemindahan rekening dormant dan menyiapkan tim IT untuk pemindahan uang ke rekening penampung.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Lalu Dwi Hartono berperan mencari tim penculik, menyiapkan tim pembuntutan, merencanakan penculikan, memberi uang Rp 60 juta kepada JP untuk operasi penculikan.
Kemudian AAM berperan sebagai penculikan korban dan menyiapkan tim pengintai. Sementara JP mempersiapkan tim eksekutor bersama N yang merupakan prajurit TNI. JP juga ikut membuang korban di Bekasi bersama N. Dia juga mengoordinasi dan mengawasi operasi penculikan hingga memberi uang Rp 150 juta kepada N.
Sementara untuk klaster penculikan ada lima orang. Mereka yakni E yang berperan memasukkan korban secara paksa ke mobil para penculik, melakukan penganiayaan, melilitkan lakban, dan mengikat tangan korban. E menerima uang Rp 45 juta dari Kopda FH yang juga menjadi tersangka dan diusut Pomdam Jaya. Uang itu dibagi ke empat rekannya masing-masing Rp 8 juta.
Kemudian, REH yang berperan membantu E memegangi korban dari belakang, lalu RS berperan membantu E memegangi korban dari sisi kanan; AT berperan membantu E memasukkan korban secara paksa ke dalam mobil yang digunakan penculik dan memegangi korban dari kiri; dan EWB yang berperan sebagai sopir mobil penculik.
Ada juga tersangka dari oknum TNI dalam klaster ini, yaitu Kopda FH alias Kopda F yang perkaranya ditangani Pomdam Jaya.
Sementara klaster penganiayaan hingga korban tewas ada tiga orang yakni JP yang juga otak penculikan, lalu MU driver mobil, DS driver mobil dan Serka N yang ditahan Pomdam Jaya.
Sedangkan klaster pengintai ada empat orang yakni AW, EWH, RS, dan AS. Selain itu, ada buron berinisial EG.
Sebagaimana diketahui, Ilham diculik dari parkiran supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Rabu (20/8). Ilham lalu ditemukan tewas di Serang Baru, Kabupaten Bekasi, pada Kamis (21/8).
Artikel ini sudah tayang di infoNews