Gemerlap lampu studio televisi rupanya belum sepenuhnya padam bagi Ramzi. Meski kini pundaknya memikul beban sebagai Wakil Bupati Cianjur, wajah sang presenter kondang itu masih wara-wiri di layar kaca.
Fenomena pejabat yang tak mau kehilangan panggung hiburan ini sontak memantik perbincangan publik: Bisakah amanah rakyat dan sorotan kamera berjalan beriringan?
Isu tentang ‘dua wajah’ Ramzi ini akhirnya sampai ke telinga Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Di Bandung, Dedi merespons fenomena wakil daerahnya yang masih aktif menerima tawaran sebagai pemandu acara (MC) tersebut.
Bukan dengan amarah, Dedi justru memberikan pandangan moderat. Baginya, batasan utama bukanlah status selebritasnya, melainkan kinerja birokrasinya.
“Selama itu tidak mengganggu pekerjaannya sebagai wakil bupati dan selama tidak bertentangan dengan undang-undang, maka itu tidak masalah,” ujar Dedi tegas.
Namun, Dedi tak menampik bahwa ada wilayah abu-abu bernama etika. Di mata publik, seorang pejabat diharapkan fokus penuh mengurus rakyat. Menanggapi hal ini, Dedi menyerahkan penilaian moral tersebut kepada hati nurani Ramzi sendiri.
“Secara etika kembali kepada wakil bupatinya, karena etika itu ukurannya susah. Tapi kan kita semuanya menggunakan norma dan setiap orang silakan berkaca pada dirinya,” katanya mengingatkan.
Sang Gubernur pun menitipkan pesan, agar ‘kaki’ Ramzi yang masih berpijak di dunia hiburan tidak menjegal langkahnya dalam melayani warga Cianjur.
“Anjuran saya, konsisten pada pekerjaannya (sebagai wakil kepala daerah) dan yang penting tidak mengganggu pekerjaan yang dilakukan,” ucap Dedi.
Di sisi lain, Ramzi sendiri tampaknya sudah punya hitung-hitungan matang soal manajemen waktu. Ia sadar betul sorotan tajam mengarah padanya. Namun, ia bersikeras bahwa aktivitas keartisannya dilakukan di sela-sela waktu istirahat, bukan saat jam dinas.
“Selama syuting malam, tugas-tugas di Cianjur sudah selesai, insyaallah tidak apa-apa,” ujar Ramzi saat ditemui di Senayan beberapa waktu lalu.
Ia menggambarkan ritme hidupnya yang kini bak gasing, berputar cepat antara Jakarta dan Cianjur. Ia rela menempuh perjalanan jauh demi melakoni dua peran tersebut, bahkan jika itu harus mengorbankan waktu tidurnya.
“Ini enak, live sampai jam 7 malam, waktu sahur saya sudah merasakannya. Jam 2-3 pagi live, setelah itu pulang ke Cianjur jam 8-9 saya sudah kerja,” ungkapnya.
Ramzi bahkan menceritakan kebingungan warganet yang melihat staminanya yang seolah tak habis-habis.
“Sampai warganet bingung, ‘itu Abi tidurnya di mana?’ Kalau sekarang lebih enak, sekitar jam 3-4 sore sudah selesai, saya menuju Jakarta, kita live jam 7, pulang jam 10 kembali lagi ke Cianjur,” bebernya merinci jadwal harian.
Soal potensi teguran dari atasan, termasuk Gubernur, Ramzi mengaku santai. Ia merasa tidak ada yang perlu disembunyikan karena wajahnya terpampang jelas di televisi nasional secara langsung.
“Kok takut ketahuan, kan tayang langsung, bukan sembunyi-sembunyi,” kata Ramzi membela diri.
Ia mengklaim telah berkonsultasi dan memastikan tidak ada aturan yang dilanggar, selama syuting tidak mengambil jatah waktu melayani masyarakat.
“Sudah. Semua sudah saya tanyakan, tidak ada yang saya langgar. Yang penting tanpa meninggalkan tugas saya di sana. Kecuali saya mengambil syuting pagi siang, nah itu baru masalah,” pungkasnya.







