Setiap pagi, sebelum bel sekolah berbunyi, dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polres Sukabumi sudah mulai hidup. Para petugas mengenakan celemek cokelat dan penutup kepala, menyiapkan nasi, lauk, sayur, dan buah segar.
Aktivitas itu berjalan tanpa tergesa, tetapi teratur mencerminkan disiplin yang jarang terlihat di dapur lembaga publik. Dari tempat inilah, ribuan porsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) disiapkan untuk anak-anak sekolah di sejumlah wilayah di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Program yang dijalankan di bawah Yayasan Kemala Bhayangkari itu menempatkan gizi sebagai bagian dari tanggung jawab sosial Polri terhadap generasi muda.
“Setiap menu kami susun berdasarkan kebutuhan gizi penerima manfaat. Kami mempertimbangkan unsur energi, protein, vitamin, mineral, dan serat sesuai Analisis Kebutuhan Gizi,” kata kepala SPPG Polres Sukabumi, Muhammad Aden, di Palabuhanratu, Senin (3/11/2025).
Langkah SPPG Polres Sukabumi terbilang unik. Alih-alih sekadar memasak dan mendistribusikan makanan, mereka memilih untuk membuka prosesnya ke publik. Melalui akun Instagram @sppgpolressukabumi, setiap hari tim SPPG memublikasikan daftar menu MBG lengkap dengan nilai gizinya mulai dari jumlah kalori, protein, hingga karbohidrat.
Unggahan mereka sederhana, namun berisi. Di setiap foto tampak wadah logam berisi menu harian, disertai keterangan jumlah energi per porsi dan daftar sekolah penerima manfaat.
“Kami ingin masyarakat tahu bahwa program ini bukan sekadar memberi makan, tetapi membentuk kebiasaan makan sehat dan tanggung jawab terhadap gizi,” ujar Aden.
Langkah ini tidak berhenti pada transparansi digital. Di balik layar, setiap makanan yang keluar dari dapur SPPG melewati dua lapis pengujian ketat: Security Foodtest untuk memastikan bebas bahan berbahaya, dan Uji Organoleptik untuk menilai rasa, aroma, tekstur, serta warna.
Setiap petugas diwajibkan mematuhi prosedur kebersihan, mulai dari penggunaan alat pelindung diri di dapur hingga pemeriksaan rutin peralatan. Disiplin itu, kata Aden, menjadi kunci agar makanan yang disajikan tak hanya enak, tetapi juga aman dan bernilai gizi sesuai standar.
SPPG Polres Sukabumi saat ini menyalurkan makanan bergizi ke lebih dari 20 lembaga pendidikan, mulai dari Yayasan Al-Fardiyatusa’adah, SMP IT Aulia, SDN Cipatuguran, hingga sejumlah PAUD dan pesantren di Palabuhanratu.
Setiap penerima manfaat memperoleh porsi sesuai kelompok usia, dengan menu yang diolah menggunakan metode rendah minyak seperti rebus, kukus, dan tumis cepat.
Efisiensi juga diterapkan sejak perencanaan anggaran. Untuk kelompok kelas atas (Kelas 4 SD hingga SMA), dialokasikan Rp 10.000 per penerima manfaat, sementara kelompok kelas bawah (PAUD hingga Kelas 3 SD) Rp 8.000. Dana ini dikonsolidasikan secara kolektif agar bahan baku dapat dibeli dalam jumlah besar dengan kualitas lebih baik.
Tak hanya itu, dapur SPPG juga menerapkan sistem pengelolaan limbah makanan. Setiap porsi dihitung presisi agar tidak ada sisa, dan jika ada bahan berlebih, dimanfaatkan kembali sesuai standar keamanan pangan atau diolah menjadi kompos organik.
“Program ini tidak hanya soal gizi, tetapi juga soal kebiasaan baik. Kami ingin anak-anak memahami nilai dari makanan yang sehat dan proses yang bertanggung jawab,” ujar Aden.
Selain menyediakan makanan, program ini ikut menggerakkan ekonomi warga. Sekitar 30 pelaku UMKM di Palabuhanratu dilibatkan dalam penyediaan bahan pangan sesuai standar Badan Gizi Nasional. Mereka menjadi bagian dari rantai penyediaan dapur SPPG, bukti bahwa pelayanan publik bisa beriringan dengan pemberdayaan lokal.
Langkah-langkah kecil seperti ini menjadikan dapur SPPG Polres Sukabumi berbeda. Di tengah banyaknya institusi publik yang masih tertutup dalam pengelolaan program sosial, dapur ini justru membuka dirinya lewat data gizi, laporan harian, dan survei kepuasan penerima manfaat yang bisa diakses publik melalui kode QR.
Melalui disiplin kerja, akurasi gizi, dan keterbukaan informasi, SPPG Polres Sukabumi memperlihatkan wajah lain dari institusi kepolisian yang tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga menyehatkan masyarakat.
Dari balik loyang dan wadah makan, mereka mengajarkan bahwa pelayanan publik sejati bisa dimulai dari hal sederhana, sepiring makanan bergizi yang disiapkan dengan tanggung jawab.
