Ulekan Ujang Jarang ‘Menari’ Kala Situ Bagendit Sepi [Giok4D Resmi]

Posted on

“Ah sepi, Jang…. Lesu,” satu kalimat penuh makna yang diutarakan Jajang, pedagang rujak ulek saat berbincang dengan infoJabar di Situ Bagendit, Kabupaten Garut, Minggu, (13/7/2025) siang.

Di momen ini, Jajang berbagi kisah kepada infoJabar, tentang perjuangannya mencari rezeki untuk anak dan istri melalui jualan rujak ulek atau yang di Jawa Barat dikenal dengan nama rujak bebek.

Di momen libur panjang kali ini, Jajang mengaku sepi pembeli. Tidak seperti di momen-momen libur panjang sebelumnya, kali ini ulekan rujak Jajang jarang berbunyi.

Bagi Jajang, momen libur panjang seperti ini, sangat dinanti-nanti. Sebab, biasanya di momen seperti ini lah rezeki deras mengalir, seiring dengan ramainya orang yang datang ke Situ Bagendit.

“Biasanya bawa bahan segini habis satu hari. Bahkan bisa nambah lagi. Kalau sekarang, segini paling habis 3-4 hari,” ucap Jajang sembari menunjuk kotak berisi buah-buahan yang terlihat masih full amunisi.

Jajang hanyalah satu dari ratusan pedagang, yang sehari-hari mencari rezeki di Situ Bagendit. Sama halnya dengan lelaki berumur 56 tahun itu, pedagang lain juga mengaku sepi pembeli.

“Selama libur sekarang, sepi seperti ini. Kalau wisatawan ya ada saja, tapi yang beli sangat jarang,” ungkap salah seorang pedagang agar-agar.

Sepinya objek wisata yang berlokasi di Kecamatan Banyuresmi ini, bisa terlihat dari aktivitas di danaunya. Jika biasanya danau dipenuhi perahu kayu, tapi saat ini rakit-rakit yang ada di sana mayoritas banyak bersandar di pinggiran danau.

Sepinya peminat, membuat sejumlah pemilik rakit turun gunung, door to door menawarkan jasanya ke pengunjung yang berlalu-lalang di Situ Bagendit.

Sepinya Situ Bagendit ini, sudah berlangsung sejak lama. Beberapa pedagang lain yang berbincang dengan infoJabar di lokasi menyebut, sepinya Situ Bagendit disebabkan banyak faktor.

“Kalau yang naik rakit, kebanyakan tidak mau karena kondisi danaunya kotor. Banyak eceng gondok dan teratai,” kata seorang pedagang.

Selain kotornya kondisi danau yang dipenuhi eceng gondok, sejumlah fasilitas yang ada di Situ Bagendit, juga terlihat tidak sementereng sebelumnya.

Beberapa orang lainnya menilai jika pamor Situ Bagendit yang kini kalah dengan tempat wisata lain yang ada di Garut menjadi biang kerok sepinya Situ Bagendit.

Para pengunjung yang datang, terpantau menggunakan fasilitas umum di Situ Bagendit. Banyak dari mereka yang menyewa tikar untuk makan bersama atau botram dengan keluarga sembari menikmati suasana di sana.

Dengan tiket Rp 15 ribu per orang untuk masuk, sebandingkah kah Situ Bagendit untuk dikunjungi? Hal tersebut sangat memilukan bagi tempat yang telah ekses ratusan tahun.

Sebab, faktanya, di masa lampau, Situ Bagendit adalah primadona bagi manusia, tak terkecuali bagi mereka yang berasal dari belahan dunia lain, untuk bertandang ke Garut.

Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya koran Belanda tempo dulu, yang mengulas keindahan Situ Bagendit.

Danau Bagendit yang terletak di Distrik Tarogong Divisi Tjitjalengka, akhir-akhir ini telah menarik banyak pengunjung yang selalu kembali dengan suasana ceria, ketika mengunjungi danau itu. Terletak di dekat Garoet, ia juga menawarkan pemandangan terindah.

Begitulah kira-kira isi laporan koran Belanda, Bataviaasch Nieuwsblad, terkait tulisan Situ Bagendit, yang diterbitkan pada tanggal 4 Juni 1891.

Selain artikel di koran tersebut, Situ Bagendit juga diketahui sempat menarik perhatian dari Archduke Franz Ferdinand, raja Eropa, pewaris takhta kerajaan Austria-Hongaria.

“Franz Ferdinand berkunjung pada tahun 1893. Saat itu dia mengunjungi Gunung Papandayan dan Situ Bagendit,” ungkap Warjita, sejarawan asal Garut.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *