Tujuh Tahun Menanti, Buah Hati Andi Pergi di RSUD Linggarjati

Posted on

Impian Andi untuk menimang buah hati sirna. Anak pertamanya yang sudah ditunggu selama tujuh tahun meninggal dunia di RSUD Linggarjati, Kuningan.

Bukan tanpa sebab. Buah hati Andi dan istrinya ini meninggal diduga akibat kelalaian dokter. Anak pertama warga Desa Gandasoli, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan ini meninggal pada Senin (18/6) lalu.

“Iya saya menunggu sampai tujuh tahun. Itu anak pertama sampai sudah beli perlengkapan bayi kayak kereta, mainan baju-bajunya juga sudah ada,” tutur Andi, Minggu (29/6/2025).

Andi menceritakan, bawah kejadian bermula ketika istrinya mengalami rasa sakit akibat pecah ketuban. Khawatir terjadi sesuatu Andi lekas membawa istrinya ke bidan yang ada di dekat rumahnya. Oleh Bidan, istri Andi disarankan untuk segera dibawa ke rumah sakit.

“Istri saya pecah air ketuban hari Sabtu tanggal 14 jam 11 malam. Saya langsung otw dulu ke bidan yg di Perum. Kata Bidan ini harus langsung segera ditindak dan disuruh ke rumah sakit,” tutur Andi.

Namun, sesampainya di rumah sakit, istri Andi tidak kunjung menjalani operasi persalinan, bahkan setelah istrinya hampir dua hari di rumah sakit operasi tak kunjung dilakukan. Malah, dari IGD, istri Andi dipindahkan ke ruang rumah sakit lantai 2.

“Sampai rumah sakit langsung masuk IGD dan disuruh nunggu dokter jam 05.00 WIB hari Minggu, dan sampai jam 05.00 WIB dari dokter tatap tidak ada. Di kira saya jam 05.00 pagi si dokter sudah siap operasi. Ternyata jam 05.30 pagi malah pindah ruangan ke lantai 2 di atas, ” tutur Andi.

Saat itu, Andi merasa kesal karena istrinya tak kunjung dilakukan operasi persalinan. Menurut Andi, kala itu, alasan pihak rumah sakit tidak kunjung melakukan persalinan karena dokter sedang berada di rumahnya dan sulit untuk dihubungi.

“Jadi komunikasi sama dokternya kayak ada yang miskom. Jadi harus nunggu lama-lama sampai keluar lendir, saking habis air ketubannya. Dokternya nggak ada, yang jaganya nelpon cuman sekali. Kata dokternya kalau nelpon sekali mah mungkin nggak penting,” tutur Andi.

Andi mengatakan, operasi persalinan baru bisa dilakukan pada hari Senin pukul 08.40 WIB. Namun, kondisi bayi yang ada di dalam perut istrinya sudah tidak lagi tertolong.

“Nah pas hari Senin mau dioperasi dicek dulu, pergerakan bayi sudah nggak ada. Sudah dicek pake alat nggak bisa sampai gantian bidan yang ngeceknya, tetap nggak ada. Saya sama istri teh kecewa di situ teh,” tutur Andi.

“Cuma saya optimis mudah-mudahan bayinya masih bisa diselamatkan dan turunlah ke bawah baru bisa dioperasi jam 08.40 hari Senin. Hampir dua hari nunggu teh. Harusnya mah langsung dioperasi pas hari Minggu jam 05.00 WIB itu, jangan dilamain lagi. Itukan dilamain terus sampai akhirnya nggak ketolong,” tambah Andi.

Andi sendiri mengaku sangat terpukul atas kejadian yang menimpa bayinya tersebut. Andi membayangkan, mungkin jika penanganan dilakukan secara cepat, bayinya masih bisa diselamatkan.

“Dokternya meminta maaf karena kelalaian dokter sama timnya. Padahal dari rumah bayi teh sehat ada pergerakan terus. Saya berharap semoga bisa lebih perhatian lagi pelayanannya,” tutur Andi.

Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Linggajati Kuninghampirdy Syarief membenarkan bahwa memang kejadian tersebut terjadi di RSUD Linggarjati. Atas kejadiannya tersebut, pihaknya akan segera melakukan audit internal untuk mencari kejelasan tentang kejadian yang menimpa keluarga Andi tersebut.

“Bahwa saya mengakui betul bahwa kejadian itu ada di saya. Dan saya sudah menegaskan setiap kejadian seperti ini kita harus melakukan studi kasus. Jadi nanti ada audit maternal prenatal di rumah sakit. Dan untuk keluarga pasien kami juga sudah konfirmasi datang, menanyakan dan lain-lain. Jadi prinsipnya seperti itu,” tutur Eddy.

Meskipun adanya keterlambatan mengangkat telepon, menurut Eddy, hal tersebut tidak masalah karena pihaknya sesuai melakukan prosedur sesuai SOP.

“Tidak ada miskomunikasi. Sesuai data semuanya sesuai SOPnya. Memang saya mengakui ada sedikit keterlambatan mengangkat telpon, tapi itu tidak jadi masalah dari kasus ini tidak ada,” tutur Eddy.

Eddy juga mengucapkan bela sungkawa atas kejadian yang dialami Andi dan keluarganya. Ia berjanji ke depan, RSUD Linggarjati akan terus melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien.

“Saya pada kesempatan ini menyampaikan duka cita dan permohonan maaf dengan sangat menyesal sekali. Apalagi ini pasien yang sangat percaya terhadap rumah sakit tapi berakhir dengan seperti ini. Kami sangat menyesal. Saya dan audit internal akan lebih tajam lagi dan akan menambah SOP yang harus kami tambah,” pungkas Eddy.

Penjelasan RSUD Linggarjati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *