Peristiwa kecelakaan kereta api di Trowek tiga dekade lalu masih teringat jelas di dalam benak Ati Rohayati (63). Walau tak melihat langsung ke lokasi kejadian, tetapi Ati yang saat itu bekerja sebagai tenaga medis di RSUD Tasikmalaya turun tangan menangani puluhan tubuh tak bernyawa.
“Yang meninggal dunia sama yang luka berat kan dibawa ke RSUD Tasik, jadi saya tahu kejadian itu. Kalau yang luka ringan dibawa ke Puskesmas Ciawi,” kata Ati kepada infoJabar beberapa waktu lalu.
Dikutip dari berbagai sumber, tragedi Trowek itu terjadi pada 24 Oktober 1995. Kejadian itu terjadi di titik Km 241, Trowek, Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Kecelakaan menewaskan 20 orang dan 90 orang luka berat, 246 orang luka ringan.
Kereta nahas itu terdiri dari 13 gerbong yang merupakan gabungan KA Kahuripan relasi Jakarta – Kediri dan KA Galuh relasi Jakarta – Banjar. Sebelum kejadian, KA Galuh yang terdiri dari 6 gerbong dalam kondisi mogok di stasiun Cibatu Garut. Kemudian dua kereta itu digabung menjadi satu rangkaian.
Rangkaian dengan dua lokomotif itu kemudian melanjutkan perjalanan ke arah timur dari stasiun Cibatu sebelum akhirnya mengalami kecelakaan di Trowek.
“Tragedi kereta api di Trowek terakhir terjadi tahun 95, itu cukup mengerikan. Proses evakuasi sulit karena di TKP nya di lembah perbukitan,” kata Firman Suryaman (60) warga Kota Tasikmalaya yang juga wartawan senior, Jumat (5/1/2024).
Menurut Firman kecelakaan itu terjadi pada kereta api yang datang dari Jakarta menuju Jawa Timur dan Banjar. “Jadi itu kereta gabungan, lokomotifnya dua. Sebelumnya kereta yang jurusan Banjar mogok, kemudian digabungkan dengan kereta yang tujuan Jawa Timur,” kata Firman.
Menurut Firman kecelakaan itu terjadi akibat kereta melebihi batas kecepatan, padahal kondisi rel berkelok dan kontur menurun. “Jadi ibaratnya kereta tumpah, karena kecepatan tinggi dan jalan berkelok. Evakuasi kereta sampai berhari-hari,” kata Firman. Dia menambahkan kecelakaan terjadi pada dini hari dan lokasinya di daerah perbukitan.
Trowek sendiri merupakan sebuah lembah perbukitan di Desa Cibahayu Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya. Spot yang berada di kawasan tanjakan Gentong Tasikmalaya ini menjadi lokasi terjadinya tragedi kecelakaan kereta api.
Dalam catatan sejarah setidaknya ada tiga kali insiden KA yang tergolong fatal hingga total korban jiwa mencapai ratusan orang.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Selain kecelakaan di tahun 1995, di Trowek juga pada tahun 1959 terjadi kecelakaan serupa. Empat gerbong kereta api relasi Banjar – Bandung, anjlok dan terjun ke jurang. Kecelakaan ini menewaskan 185 jiwa.
Sementara itu, Koran Belanda Nieuwe Haarlemsche Courant yang terbit pada 30 Mei 1959 melaporkan, kecelakaan terjadi sekitar pukul 06.30 WIB. Kereta tersebut disesaki penumpang, dan memiliki sedikit tempat duduk. Alhasil banyak penumpang yang berdiri dan bergelantungan di luar jendela dan pintu.
“Bendera di stasiun kereta api pusat di Bandung sudah dikibarkan setengah tiang ketika korban tewas pertama dari Trowek tiba. Pejabat perkeretaapian mengatakan lalu lintas kereta api dari Bandung ke arah timur kemungkinan akan dihentikan selama seminggu karena puing-puing dibersihkan dan jalurnya diperbaiki,” tulis koran tersebut.
Tiga tahun berselang atau 24 September 1962, kecelakaan kembali terjadi di kawasan Trowek. Sebuah kereta api mengalami rem blong hingga akhirnya anjlok ke dasar jurang. Korban jiwa tercatat 130 orang.
Trowek menjadi zona tengkorak bagi jalur KA selatan Jawa Barat. Pihak PJKA saat itu melakukan evaluasi. Salah satunya memberlakukan aturan bagi kereta api yang akan melewati spot itu harus melewati dulu mekanisme ppemeriksaan kelaikan di stasiun Cipeundeuy. Selain itu nama stasiun Trowek pun diganti nama menjadi stasiun Cirahayu.
Lorong Waktu adalah rubrik khas infoJabar yang mengulas mengenai peristiwa yang terjadi masa lampau