Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mencatat banjir yang kembali merendam sejumlah titik di Kecamatan Palabuhanratu pada Sabtu (19/4/2025) malam disebabkan oleh curah hujan ekstrem dan sistem drainase yang tak mampu menampung debit air.
“Hujan deras terjadi mulai pukul 17.30 sampai sekitar pukul 10 malam. Luapan air menyebabkan banjir di beberapa titik seperti Cangehgar, Cisaat, Tipar, hingga Badak Putih,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, Deden Sumpena, kepada infoJabar.
Menurut Deden, bencana kali ini bukan kejadian pertama. Sejak Desember tahun lalu, sejumlah wilayah di Palabuhanratu sudah tiga kali dilanda banjir dengan pola dan titik genangan yang serupa. Pihaknya menilai fenomena ini bagian dari bencana hidrometeorologi yang belum tertangani secara menyeluruh.
“Untuk Cangehgar, pimpinan daerah sudah meninjau lokasi dan merencanakan normalisasi. Tapi memang, sampai saat ini masih dalam tahap perencanaan karena curah hujan berdasarkan data BMKG masih tinggi,” katanya.
Banjir tak hanya menimbulkan kerusakan fisik, tapi juga memakan korban. Seorang warga bernama Entis Sutisna meninggal dunia setelah terpeleset saat mengendarai sepeda motor di Jembatan Badak Putih. “Beliau bukan terbawa arus, tetapi jatuh dari motor dan mengalami kejang-kejang. Saat dibawa ke rumah sakit, beliau dinyatakan meninggal dunia,” jelas Deden.
Selain korban jiwa, satu warga Cangehgar mengalami luka ringan dan sudah mendapat penanganan medis. BPBD juga mencatat dua rumah warga hancur, sementara sejumlah rumah lain terdampak banjir, khususnya di wilayah Tipar RW 08.
Fasilitas publik pun tidak luput. Air sempat masuk ke Puskesmas Palabuhanratu dan beberapa ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu, termasuk ruang anak yang terpaksa diungsikan. Lapang Cangehgar turut terdampak.
“Kami sudah berkoordinasi dengan camat, lurah, dan unsur Forkopimcam untuk memantau situasi langsung. Pemerintah akan mengambil langkah-langkah pencegahan, agar penanganan ke depan tidak bersifat sektoral, tapi terpadu lintas kewenangan,” tegas Deden.
Mengenai abrasi sungai di Kampung Tipar yang disebut makin parah, Deden menjelaskan bahwa secara kewenangan itu berada di bawah pemerintah provinsi. Namun, pihaknya tetap akan berupaya melakukan langkah-langkah darurat untuk merespons cepat kerusakan yang terjadi.
“Bencana ini menunjukkan bahwa kita harus meningkatkan kesiapsiagaan terhadap risiko hidrometeorologi. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada karena potensi cuaca ekstrem masih ada,” tutupnya.