Malam itu, suasana warung sate di Kampung Cigombong, Desa Warungkiara, Kabupaten Sukabumi tampak biasa saja. Teguh, pegawai warung, tengah bersiap menutup aktivitas harian. Namun, pada Sabtu dini hari, 19 April 2025, segalanya berubah menjadi mimpi buruk.
Sekitar pukul 03.30 WIB, sebuah mobil Brio kuning berhenti di depan warung. Lima orang turun dari mobil itu, berisi empat pria dan satu perempuan. Mereka masuk dengan sikap santai, layaknya pelanggan biasa.
“Awalnya mereka nanya warung buka atau tidak, saya jawab buka. Mereka pesan satu sop dan empat ayam goreng,” kata Teguh kepada wartawan, Rabu (23/4/2025).
Tak ada tanda-tanda buruk hingga makanan dihidangkan. Sejurus kemudian, salah satu pria itu mengklaim sup panas tumpah ke pahanya. Suasana berubah tegang. Permintaan ganti rugi dilontarkan, diiringi nada tinggi dan makian.
“Katanya sopnya tumpah dan minta ganti rugi. Padahal kayak mengada-ada. Saya sudah minta maaf, tapi tetap nggak diterima,” ujar Teguh.
Protes berubah menjadi kekerasan. Dua pria memukul dan menampar Teguh. Yang lebih mengerikan, sebuah pistol dikeluarkan, diarahkan ke kepala dan perutnya.
“Sambil mukul, pistol ditodongin ke jidat. Temannya bilang, ‘tembak aja, tembak’,” lanjut Teguh.
Tak berdaya, Teguh berusaha meredam ketegangan. Ia menawarkan makanan gratis. Namun, para pelaku tetap menuntut uang.
“Saya bilang makanan sudah saya gratiskan. Tapi dia tetap maksa minta uang. Saya kasih Rp 50 ribu sama recehan dari laci, padahal itu uang buat beli popok anak saya,” katanya.
Mereka juga memaksa memotret SIM Teguh dan meminta nomor ponselnya. Teror berlanjut keesokan harinya lewat pesan WhatsApp.
“Dia minta sisa Rp 100 ribu lagi. Saya bilang kerja dulu. Tapi setelah itu semua pesan dihapus,” ucap Teguh.
Saat itu, Teguh tidak sendiri. Lima rekannya yang tidur di warung sempat terbangun dan hendak melerai. Namun, ancaman pistol membuat mereka tak berani bergerak.
“Mereka juga diancam, jadi nggak bisa bantu apa-apa. Harapan saya, pelakunya cepat ditindak,” tuturnya.
Teguh melaporkan insiden ini ke Polres Sukabumi pada Minggu, 20 April 2025. Saat dikonfirmasi, Kasat Reskrim Polres Sukabumi Iptu Hartono hanya menjawab singkat. “Kita cek dulu ya,” katanya.
Tak lama, sebuah rekaman CCTV berdurasi 1 menit 20 info tersebar luas. Meski gambar visualnya tak langsung memperlihatkan meja kejadian, suara bentakan keras dan suara tangisan korban terekam jelas.
“Gua anggota goblok, gua anggota!” bentak pelaku dalam rekaman.
“Iya om, saya minta maaf om, saya salah om,” terdengar suara Teguh, gemetar.
Disusul suara bentakan lagi, “Ini lihat, kamu lihat nggak. Mau makan, jangan maaf-maaf. Layani yang bener!”
Dalam rekaman itu pula, suara yang diduga sebagai pukulan terdengar cukup nyaring.
“Ia dia sambil menampar beberapa kali dan memperlihatkan gantungan anggota dan senpi,” ujar Teguh.
Ketika ditanya siapa yang dimaksud ‘anggota’, Teguh menjelaskan, pelaku sempat mengaku sebagai anggota yang biasa menangkap pelaku kasus narkoba.
“Anggota yang suka nangkap narkoba katanya gitu, terus sambil bilang kakak saya anggota polres gitu. Serse Narkoba atau apa gitu dia bilangnya,” lirihnya.
Mengenai dugaan pelaku yang mengaku aparat, Kepala Bagian Operasi (KBO) Reskrim Polres Sukabumi, Iptu Sapri menegaskan, pihaknya tengah melakukan pendalaman.
“Masih kami dalami, soal adanya yang mengaku anggota juga kita selidiki. Mudah-mudahan segera terungkap,” kata Sapri.