Gemuruh bobotoh terus menggema demi mendukung Persib Bandung. Riuh semangat terdengar di sepanjang jalan hingga menuju Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung pada Minggu (6/7/2025).
Kecintaan terhadap kebanggaan tersebut harus dinodai ketika memarkirkan kendaraan di depan stadion. Beberapa warga setempat secara inisiatif menggunakan lahan kosong untuk digunakan lahan parkir.
Bobotoh yang telah memarkirkan kendaraan langsung dipatok harga selangit. Sejumlah lahan parkir mematok harga dari Rp 10 ribu, Rp 20 ribu, Rp 50 ribu, hingga Rp 100 ribu.
Harga fantantis tersebut langsung dikeluhkan bobotoh. Sehingga, petugas gabungan dari TNI dan Polri langsung bergerak melakukan penindakan.
Mereka mengecek sejumlah lahan parkir yang ada di depan stadion. Lahan-lahan kosong tersebut digunakan warga untuk meraih pendapatan dari parkir.
Pengecekan lahan parkir tersebut dilakukan Kapolresta Bandung Kombes Aldi Subartono dan Dandim 0624 Kabupaten Bandung, Letkol Inf Tinton Amin Putra. Keduanya menyisir tempat parkir yang mematok harga yang tinggi.
“Ini ngapain matok harga sampai Rp 100 ribu gini?” tanya Aldi Subartono.
“Ini saya pengen membangun masjid. Saya sudah mencari dana kemana-kemana susah, sudah kirim di WA group, susah,” jawab pemilik lahan.
“Ya, sudah sekarang buka spanduknya. Soal harga samakan dengan yang ada di dalam dengan harga Rp 10 ribu,” kata Aldi.
Setelah itu, beberapa parkiran lain khusus roda dua pun dipatok dengan harga Rp 20 ribu. Kemudian TNI dan Polisi langsung mengecek ke lokasi lainnya dan meminta harga parkir disamakan dan tidak ada paksaan.
“Baik rekan-rekan saya bersama Dandim melakukan penertiban tempat parkir. Jadi kita mengendus terdapat parkir liar yang nominalnya itu sangat mencekik,” kata Aldi, kepada infoJabar.
Aldi menjelaskan beberapa lahan parkir milik warga tersebut mematok harga fantantis. Sehingga polisi langsung melakukan penindakan.
“Jadi kita imbau tadi, kepada pemilik lahan untuk tidak memberikan harga yang mahal. Berapa harganya, ya disesuaikan dengan yang ada di dalam stadion (Rp 10 ribu),” bebernya.
“Tadi kalau kita lihat, harga yang dipasang itu motor Rp 50 ribu, mobil Rp 100 ribu. Sehingga ini merugikan bagi masyarakat,” tambahnya.
Menurtnya sidak tersebut dilakukan agar bobotoh yang datang bisa menyaksikan laga dengan nyaman. Pasalnya beberapa penonton mengeluhkan adanya parkir yang mencekik.
“Ini tiket Rp 50 ribu, masa parkir Rp 100 ribu. Nah, ini perlu peran semua peserta masyarakat di sekitar stadion untuk sama-sama menjaga nama Jawa Barat,” tuturnya.
Aldi menegaskan ke depannya kepada para pemilik lahan yang nekat mencekik harga parkir akan ditindak tegas. “Tentunya kalau ngeyel yang pertama kita akan tutup ya. Tidak akan memberikan akses kepada pemilik lahan untuk menerima parkir,” pungkasnya.
Sementara itu, di kawasan stadion, tarif parkir memang dipatok Rp 10 ribu untuk sepeda motor. Nominal itu tergolong mahal dibanding biasanya yang berkisar Rp 5 ribu.
Yang disesalkan, tak hanya tarif yang dinilai kemahalan, petugas parkir pun lepas tangan. Tak ada jaminan keamanan dari mereka.
Dari karcis parkir yang ada, tertulis jika segala kerusakan/kehilangan kendaraan yang diparkir dan barang berharga di dalamnya bukan tanggung jawab petugas, melainkan risiko pemilik kendaraan.
Hal itu lantas dikeluhkan sejumlah penonton, tak terkecuali jurnalis yang meliput di stadion. Jurnalis televisi senior, Mujib Prayitno mengaku cukup kaget saat dimintai bayaran parkir. Ia juga merasa khawatir memarkir kendaraan terlalu jauh dari area utama stadion karena minimnya pengawasan dan pencahayaan.
“Aku juga sempet khawatir kalau parkir agak jauh dari area, makanya kemarin dipepetin di mobil anak TV. Pasti pulangnya juga mereka agak malem, jadi bareng,” kata Mujib, Selasa (7/7/2025).
“Kebayang kalau pake sistem jam atau otomatis, bayar berapa coba kemarin tuh? Dari jam 11 siang sampai jam 8 malam,” sambungnya.
Mujib lalu membandingkan dengan pengalaman parkirnya di Jalak Harupat pada masa lalu, sekitar tahun 2013. Dulu kata dia, jurnalis terbiasa parkir di dekat gedung VIP, yang lokasinya bisa dipantau langsung dari media center stadion.
Selain itu, kala pulang malam pun ada petugas yang berjaga hingga rombongan wartawan terakhir selesai bertugas. Namun kini, suasananya jauh berbeda.
“Dulu ada langganan belum resmi. Waktu pake mobil ke sana dijagain, dan ditungguin sampe kita pulang. Bayarnya bisa Rp5 ribu bisa Rp10 ribu, seikhlasnya. Tapi dijagain sama orangnya. Entah siapa, tapi sekali kita parkir di situ, dia ngejagain,” kenangnya.
Selain di dalam kawasan stadion, Mujib menuturkan tak sedikit warga sekitar yang membuka lahan pribadi sebagai tempat parkir dadakan setiap kali ada pertandingan. Meski tidak resmi, banyak penonton, justru merasa lebih nyaman karena ada interaksi langsung dan rasa saling percaya.
Kini, menurut Mujib, parkir di stadion terasa lebih serampangan. Tidak ada pengawasan saat kendaraan masuk maupun keluar. Ia pun menyayangkan jika hal ini terus berlanjut tanpa perbaikan.
“Semalem mah Rp10 ribu kagak ada yang jaga. Dan terserah parkirnya, sedapatnya. Pas keluar kan nggak dijaga dan nggak ditanya kartu parkir. Kebayang kalau motor ada yang ngangkut juga nggak ditanyain tuh,” tutup Mujib kesal.
Sementara itu, bagi Andri Supardi (28), menjadi bobotoh bukan sekadar soal mendukung Persib Bandung di tribun stadion. Ia rela menempuh jarak puluhan kilometer dari kampung halamannya di Gunung Halu Kabupaten Bandung Barat demi menyaksikan Maung Bandung bertanding langsung di Stadion Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung.
Namun, semangat itu kini mulai diuji oleh satu hal, ongkos parkir yang kian mahal. Andri mengaku harus merogoh kocek hingga Rp15 ribu hanya untuk memarkirkan motor dan menitipkan helm saat datang ke Si Jalak Harupat.
Uniknya, parkir itu bukan di area resmi, melainkan di halaman rumah warga sekitar stadion. Hal itu dirasakan Andri saat menyaksikan laga Persib vs Port FC.
“Bayar parkir di Jalak Rp15 ribu, Rp10 ribu buat motor, Rp5 ribu buat nitip helm, dan parkirnya di rumah warga,” ujar Andri, Senin (7/7/2025).
Meski tidak mengurangi semangatnya mendukung Persib Bandung, Andri tak menutupi rasa keberatannya dengan tarif yang menurutnya cukup mahal.
“Sebenarnya mah mahal untuk harga segitu. Harusnya Rp5 ribu aja. Soalnya kan ada yang punya uang, ada juga yang nggak punya. Jadi kalau Rp5 ribu mah cukup untuk di kantong bobotoh,” katanya.
Yang lebih disesalkannya, tarif mahal itu tak menjamin keamanan kendaraan. Ia menyebut masih banyak tukang parkir yang lepas tanggung jawab saat terjadi kehilangan barang atau kendaraan.
“Sangat kecewa, kebanyakan parkir seperti itu. Harusnya ketika sudah menitipkan dan kita udah bayar, kewajiban kita membayar itu harusnya diimbangi dengan tanggung jawab kalau ada kehilangan,” ungkapnya.
Bagi Andri, menyaksikan langsung pertandingan Persib adalah bentuk loyalitas dan cinta terhadap klub. Tapi ia berharap pihak terkait bisa lebih memperhatikan aspek pendukung seperti pengelolaan parkir yang layak dan terjangkau.
“Semangat mah tetap ada, tapi kalau terus begini, kasihan bobotoh yang dompetnya pas-pasan,” tutupnya.