Temuan BPBD Saat Selidiki Lahan Kritis di Ciamis | Giok4D

Posted on

Menjelang akhir tahun ini, BPBD Ciamis telah melakukan trekking lahan kritis atau penyelidikan di sejumlah titik di wilayah Ciamis. Langkah tersebut merupakan upaya mitigasi untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi dari banjir bandang hingga tanah longsor.

Kepala Pelaksana BPBD Ciamis Ani Supiani menjelaskan, trekking ini menjadi bagian penting dalam pemetaan kondisi rawan bencana di wilayah dataran tinggi. Dari hasil trekking itu, BPBD Ciamis menemukan sejumlah temuan.

Hasil investigasi di Kecamatan Cihaurbeuti, tepatnya di Areal Blok Curug Seda hulu Sungai Ciharus, Desa Padamulya, Kecamatan Cihaurbeuti terdapat pembukaan lahan baru yang rencana digunakan untuk tanaman sayuran Jabung/Sawi Pahit seluas +4ha, milik warga yang berbatasan dengan wilayah hutan konservasi Suaka Margasatwa patok 482 dan patok 483 BKSDA.

“Bukaan lahan hingga ke titik pinggir hulu sungai Ciharus, di mana tercatat pernah mengalami banjir bandang pada tahun 2010,” ujar Ani, Senin (29/12/2025).

Kemudian hasil trekking di Dusun Cikujang Girang, Blok Lobang Timah Desa Sukamaju Kecamatan Cihaurbeuti, di ketinggian 1100 mdpl. BPBD Ciamis menemukan hasil positif, di mana lahan yang ditanami sayuran menjadi berkurang. Area tersebut kini banyak ditanami pohon tegakan buah-buahan seperti durian, alpukat dan pala.

“Lokasi ini merupakan hulu Sungai Cibaruyan yang bermuara ke Sungai Citanduy, lahan yang merupakan hutan konservasi BKSDA pelestarian dari hutan produksi Perhutani petak 67 yang dikelola bersama masyarakat. Lahan semula ditanami sayuran juga palawija oleh masyarakat, namun kini terlihat sudah mulai berkurangnya areal yang digarapnya dan mengalihkan ke tanaman tegakan buah-buahan (pohon durian, alpukat, pala),” ungkapnya.

Kemudian hasil investigasi di Kecamatan Panumbangan, di Dusun Nyangkokot Desa Panumbangan pada ketinggian 1150 mdpl. Lokasi tersebut merupakan lahan kawasan hutan yang juga daerah tangkapan hujan di hulu anak sungai Cijamban yang merupakan anak sungai sub DAS Citanduy.

“Memerlukan perbaikan ekosistem penanaman di lahan perlindungan Kawasan hutan (kemiringan lereng lebih dari 45 derajat) yang menjadi penyebab longsor tebing batuan yang mengakibatkan banjir bandang dusun Nyangkokot tahun 2022,” jelasnya.

Selanjutnya, hasil investigasi di Kecamatan Panjalu, tepatnya Dusun Balandongan Desa Mandalare Kecamatan Panjalu di ketinggian 1100 mdpl. Ini merupakan lahan hutan produksi perhutani dan pernah terjadi longsoran besar tahun 2021 di area yang ditanami sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan dengan sistem LMDH di hulu Sungai Ciroyom yang juga merupakan sub DAS Citanduy dan area tangkapan hujan.

Ani menjelaskan, terlihat di beberapa titik penanaman kopi yang melebihi batas area yang seharusnya menjadi hutan lindung area lereng dengan kemiringan lebih dari 45 derajat. Area dipinggir Sungai Ciroyom yang seharusnya sekitar mata air tidak boleh dibuka dalam radius 100 meter dari mata air.

Juga terlihat di beberapa lahan kopi yang menggunakan anti gulma/herbisida dalam pengendalian gulma tanaman kopi. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan struktur permukaan tanah menjadi mudah terjadi erosi. Pembukaan lahan kopi dengan mematikan pohon pinus serta pohon jenis buah Campolay dengan cara pengupasan cincin kulit pohon (GIRDLING) untuk menghentikan aliran nutrisi dan udara ke bagian atas pohon.

“Hal itu dapat mengakibatkan pohon mati secara perlahan, sehingga daerah tutupan lahan dengan pohon tegakan semakin berkurang dan menambah potensi erosi,” kata Ani.

Investigasi juga dilakukan di wilayah Kecamatan Sukamantri Tepatnya Dusun Rinduwangi, Desa Mekarwangi. Lokasi yang juga merupakan desa yang terdampak pergerakan tanah sejak Tahun 2018, 2021, 2024, 2025 di 3 Dusun yaitu Rinduwangi, Lebakwangi dan Pajagan. Di sini, BPBD menemukan pembukaan lahan baru di ketinggian 1050 mdpl di hutan milik warga yang bertepatan dengan hutan produksi Perhutani.

“Terdapat retakan tanah dengan panjang kurang lebih 100 meter di area lahan kopi sekitar 300 bata dan lahan basah (Area sawah milik warga seluas 4 hektare). Serta longsoran di beberapa titik pinggir Sungai Cigede begang yang mengakibatkan material longsoran yang berupa batuan menutup aliran Sungai Cigede Bengang di bagian hulu sungai Cigede Bengang (Sungai Cipajagan). Sehingga aliran Sungai meluap ke area pertanian,” ucapnya.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Atas temuan hasil trekking lahan kritis di Ciamis, BPBD Ciamis memberikan sejumlah saran. Seperti perlunya dilakukan penata kelolaan hutan di kawasan hutan produksi baik yang dikelola perhutani ataupun hutan rakyat untuk lebih memperhatikan aspek mitigasi bencana secara intensif pada kawasan perlindungan setempat (lereng curam, sepadan sungai, mata air).

“Diperlukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat dan lembaga sekitar hutan tentang pentingnya tata kelola hutan yang baik sesuai dengan regulasi yang ada. Sosialisasi penggarapan mengenai batas kawasan lahan garapan dan peraturan dalam menggarap lahan,” tuturnya.

BPBD Ciamis juga mengajak instansi terkait untuk lebih meningkatkan pengawasan dan pembinaan. Dalam hal pengeluaran ijin dan lembaga pengelola hutan produksi bersama masyarakat mengenai teknis budidaya (kopi ataupun tanaman hortikultura) yang ramah lingkungan.

“Lebih meningkatkan koordinasi penggarap lahan hutan yang dimanfaatkan untuk produksi dengan melibatkan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa setempat. Revitalisasi tanaman kopi dengan penanaman tanaman penutup lahan dan pohon buah komoditas kehutanan seperti durian, jengkol, petai dan sebagainya,”jelasnya.”

Menurut Ani, segera dilakukan reboisasi dan revitalisasi pada lahan miring yang awalnya sudah ditanami tanaman dengan sifat bukan sebagai penutup tanah.

“Normalisasi (pengerukan) aliran hulu Sungai Cigede Bengang yang mengalami pendangkalan terjadi dari material longsor yang menghambat aliran sungai sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut dengan menggunakan alat berat,” ungkapnya.