Sejumlah pemandangan baru mulai menyambut siapa pun yang melintas atau memasuki kawasan Gedung Sate, kantor Gubernur Jawa Barat yang juga menjadi ikon bersejarah di Kota Bandung.
Dalam beberapa pekan terakhir, suasana kawasan tersebut tampak berubah dengan hadirnya unsur-unsur kebudayaan Sunda yang kini semakin menonjol.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Perubahan paling mencolok terlihat di area pintu masuk. Gapura lama yang selama ini berdiri sebagai jalur keluar-masuk kini telah dibongkar dan dibangun ulang dengan konsep kebudayaan Sunda serta sentuhan material terakota yang khas.
Bentuknya mulai terlihat, meski masih dalam tahap pembangunan. Pilar-pilar bata terakota tersusun rapi. Sementara detail arsitekturalnya mencerminkan gaya tradisional khas Tatar Sunda.
Dari kejauhan, nuansa etnik itu memberi kesan bahwa Gedung Sate bukan hanya tengah mempercantik diri, tetapi juga berupaya memperkuat identitas budaya daerahnya.
Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Jawa Barat, Mas Adi Komar, membenarkan bahwa revitalisasi gapura dilakukan sebagai bagian dari upaya memperkuat karakter visual Gedung Sate.
“Memang secara umum kota pemerintah terus berbenah kaitan dengan lingkungan dan sarana prasarana di Gedung Sate karena sebagai ikon Jawa Barat dan perlu representasi visual yang lebih kuat terkait kekhasan Jawa Barat,” ujarnya, Kamis (20/11/2025).
Ia menjelaskan, kondisi infrastruktur pagar Gedung Sate memang sudah lama tidak diperbarui. Beberapa bagian bahkan mengalami kerusakan menyusul sejumlah aksi unjuk rasa dalam beberapa waktu ke belakang.
“Beberapa kali kemarin ada aktivitas unjuk rasa yang memang saat itu berlangsung berdampak pada infrastruktur pagar, jadi ada yang perlu diperkuat kembali dan sementara ini kita masih tambal sulam perbaikannya, tidak menyeluruh,” tutur Mas Adi.
Adi menyebut, revitalisasi gapura ini sudah masuk dalam rencana APBD Perubahan 2025. Ia menegaskan kembali pentingnya penguatan identitas budaya dalam wajah baru Gedung Sate.
“Kita sudah merencanakan revitalisasi arena muka dan pagar beberapa item di lingkungan Gedung Sate di APBD Perubahan, dan salah satunya pembangunan gapura,” katanya.
“Jadi kantor gubernur ikon Jawa Barat perlu memiliki representasi visual yang lebih kuat sebagai identitas kekhasan Jawa Barat,” sambungnya.
Konsep arsitektur gapura baru menggabungkan unsur tradisi dan modernitas. Menurut Adi, desainnya mengangkat elemen candi bentar, yang sebenarnya sudah lama menjadi bagian dari lanskap bangunan Gedung Sate.
“Itu desainnya mengangkat elemen arsitektur candi bentar, itu memang sudah menjadi bagian dari Gedung Sate yang sudah lama dibangun jadi ada unsur candi bentar di area kompleks Gedung Sate,” jelasnya.
Elemen candi bentar bukan sekadar ornamen, tetapi simbol historis yang hidup di berbagai keraton di Jawa Barat.
“Dan candi bentar merupakan warisan budaya lokal yang masih hidup di beberapa keraton di Jawa Barat. Jadi harapannya memang penggabungan dari unsur tradisi dan modernitas menegaskan bahwa Jawa Barat provinsi yang maju, inovatif, tapi juga menjunjung budaya yang berakar kuat yang ditonjolkan melalui desain bangunan,” paparnya.
Ia menambahkan, desain gapura dan pagar baru ini akan menjadi identitas visual yang lebih kokoh bagi Gedung Sate. “Dan desain gapura serta pagar baru ini menjadi simbol karakter arsitektur khas Jabar yang lebih tegas dan baik,” kata Adi.
Saat ini warna terakota terlihat dominan dalam konstruksi yang masih berlangsung. Namun menurut Mas Adi, tampilan akhir belum final. ‘Ini kan masih berproses ya, ada perapian dan dominannya Gedung Sate kan putih, mungkin nanti akan disesuaikan supaya selaras,” ujarnya.
Renovasi gapura ini telah dialokasikan dalam APBD Perubahan 2025. Adi mengungkapkan jika dana yang dihabiskan untuk revitalisasi pagar dan gapura itu mencapai Rp3,9 miliar.
“Pembangunan ini sudah direncanakan di APBD Perubahan dan sudah dianggarkan kurang lebih Rp3,9 miliar untuk renovasi infrastruktur khususnya gapura,” jelasnya.
Sentuhan Candi Bentar dan Warisan Lokal








