Minggu siang itu, 2 November 2014, hawa panas dari sumber air alami di Taman Wisata Air Panas Cikundul terasa berbeda. Tak ada lagi tawa pengunjung yang biasanya riuh di area kolam. Yang terdengar hanya bisik-bisik dan langkah kaki petugas yang lalu lalang di sekitar sebuah cottage bernomor 4.
Di dalam kamar itu, sesosok perempuan berusia kurang lebih 40 tahun ditemukan terbujur kaku di atas kasur. Wajahnya tertutup bantal, darah mengalir dari kepala dan lehernya, membasahi seprai putih yang kemudian berubah merah pudar. Di lantai, kaki kanannya terjulur lemah, seolah mencoba melangkah sebelum segalanya berakhir.
“Waktu saya buka pintu pakai kunci cadangan, darahnya sudah banyak. Saya langsung teriak minta tolong,” cerita Didi (40), petugas jaga cottage milik Pemerintah Kota Sukabumi itu kepada infonews pada 2014 silam.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Ia awalnya hanya curiga. Sejak pagi, tamu di kamar itu tak kunjung keluar atau mengembalikan kunci. Suasana sekitar sepi. Tapi ada yang janggal. Dia melihat di gagang pintu tampak noda merah kecil, seperti sisa darah yang tertinggal dari tangan seseorang.
Begitu pintu terbuka, Didi langsung disergap pemandangan yang tak akan ia lupakan seumur hidupnya.
Dari keterangan petugas jaga malam, kamar itu dipesan oleh seorang pria. Rambutnya cepak, kulitnya gelap, tubuh tinggi tegap. Ia datang pada Sabtu (1/11/2014) sekitar pukul 22.00 WIB, seorang diri.
“Dia bilang cuma mau bersantai, nggak nginep,” ujar Away Rista (29), rekan Didi yang bertugas malam itu.
Tak lama, pria itu kembali, kali ini bersama seorang perempuan. Mobil berwarna gelap berhenti di depan cottage, dan pasangan itu masuk. Setelah itu, tak ada lagi yang melihat mereka keluar.
Pagi datang, namun sunyi masih menyelimuti cottage nomor 4. Pintu tertutup rapat, tak ada suara dari dalam. Hingga akhirnya Didi memutuskan membuka pintu itu dan menemukan kematian menatapnya dari balik bantal.
Polisi datang beberapa menit kemudian. Garis kuning dipasang, dan petugas olah TKP bergerak cepat. Di kamar, selain tubuh perempuan malang itu, ditemukan pecahan cangkir besar dan bercak darah di gagang pintu. Namun satu hal yang membuat polisi bingung yakni tak ada identitas.
Tak ada dompet, tak ada KTP. Yang tersisa hanya beberapa nota tagihan dan fotokopi KTP orang lain, bukti samar yang justru menambah misteri.
“Korban menggunakan kaos merah, rompi jeans, dan celana jeans biru. Tubuhnya agak gemuk, rambut ikal. Luka memar dan tusukan ditemukan di wajah, kepala, dan leher,” ungkap AKP Sulaeman, Kasat Reskrim Polres Sukabumi Kota saat itu.
Dari hasil pemeriksaan awal, polisi menduga korban dibunuh dengan cara dicekik dan ditusuk di leher. Luka lembam di kepala menunjukkan adanya perlawanan. Namun siapa pelaku dan apa motifnya, masih jadi teka-teki.
“Kami sudah memeriksa beberapa saksi, termasuk petugas cottage dan penjaga malam. Masih dilakukan penyelidikan,” kata AKP Sulaeman.
Jasad perempuan itu kemudian dibawa ke RS PMI Bogor untuk dilakukan visum. Harapannya, dari hasil pemeriksaan, identitas korban bisa terungkap.
Enam tahun berlalu, Taman Wisata Air Panas Cikundul tetap buka. Beberapa pengunjung mengaku merinding jika melintas di dekat sana. Warga sekitar pun masih mengingat jelas peristiwa itu.
“Waktu itu ramai banget, banyak orang motret. Sampai sekarang nggak jelas siapa pelakunya,” kata MM (29) salah seorang warga Lembursitu kepada infoJabar, Senin (3/11/2025).
Kasus ini akhirnya masuk dalam deretan misteri kriminal Sukabumi yang tak terpecahkan. Sebuah malam di taman wisata yang seharusnya jadi tempat beristirahat, berubah jadi saksi bisu kematian seorang perempuan tanpa nama.
Malam Terakhir di Cottage Nomor 4
Darah, Pecahan Cangkir, dan Identitas yang Hilang
Kasus yang Membeku di Ingatan
Polisi datang beberapa menit kemudian. Garis kuning dipasang, dan petugas olah TKP bergerak cepat. Di kamar, selain tubuh perempuan malang itu, ditemukan pecahan cangkir besar dan bercak darah di gagang pintu. Namun satu hal yang membuat polisi bingung yakni tak ada identitas.
Tak ada dompet, tak ada KTP. Yang tersisa hanya beberapa nota tagihan dan fotokopi KTP orang lain, bukti samar yang justru menambah misteri.
“Korban menggunakan kaos merah, rompi jeans, dan celana jeans biru. Tubuhnya agak gemuk, rambut ikal. Luka memar dan tusukan ditemukan di wajah, kepala, dan leher,” ungkap AKP Sulaeman, Kasat Reskrim Polres Sukabumi Kota saat itu.
Dari hasil pemeriksaan awal, polisi menduga korban dibunuh dengan cara dicekik dan ditusuk di leher. Luka lembam di kepala menunjukkan adanya perlawanan. Namun siapa pelaku dan apa motifnya, masih jadi teka-teki.
“Kami sudah memeriksa beberapa saksi, termasuk petugas cottage dan penjaga malam. Masih dilakukan penyelidikan,” kata AKP Sulaeman.
Jasad perempuan itu kemudian dibawa ke RS PMI Bogor untuk dilakukan visum. Harapannya, dari hasil pemeriksaan, identitas korban bisa terungkap.
Enam tahun berlalu, Taman Wisata Air Panas Cikundul tetap buka. Beberapa pengunjung mengaku merinding jika melintas di dekat sana. Warga sekitar pun masih mengingat jelas peristiwa itu.
“Waktu itu ramai banget, banyak orang motret. Sampai sekarang nggak jelas siapa pelakunya,” kata MM (29) salah seorang warga Lembursitu kepada infoJabar, Senin (3/11/2025).
Kasus ini akhirnya masuk dalam deretan misteri kriminal Sukabumi yang tak terpecahkan. Sebuah malam di taman wisata yang seharusnya jadi tempat beristirahat, berubah jadi saksi bisu kematian seorang perempuan tanpa nama.
